DUA

123 61 223
                                    

Sesampainya di rumah, Ashalina dan Ciara bergegas turun dari taxi yang ia tumpangi, pandangan kurang menyenangkan sudah terlihat disana. Berjajar mobil polisi mengerumuni kediaman nya dengan sangat ramai.

Tidak sedikit juga para wartawan yang sedang memberikan pertanyaan dan mengerumuni seseorang yang sedang berdiri dengan borgol ditangannya.

"Kak-kak ini ada apa?" Ciara memegang lengan Ashalina dengan kuat dengan sorot mata yang sendu dan takut.

Tanpa berpikir panjang, Ashalina bergegas mendekat ke area rumah nya, melewati kerumunan yang ada didepan rumahnya, berusaha tidak percaya atas kejadian yang terlihat didepan mata ini.

"Papa, Mama, Asha pulang!" Teriak nya seraya berlari kecil mengelilingi sudut rumah untuk memastikan bahwa kabar buruk itu tidak benar.

Tetapi, pemandangan tidak menyenangkan terlihat jelas dan nyata didepan mata mereka, Hendra Wicaksana dan Wisma Listya sudah memakai borgol yang di beri oleh pihak polisi, hal itu membuat Ciara semakin penasaran, khawatir dan ketakutan.

Ciara menghampiri orang tua nya, "Pak-pak, ke-kenapa sama orang tua saya?" Tanya Ciara mendekat ke polisi itu.

Hendra dan Wisma hanya berdiri diam, menundukkan kepala nya yang tertutup masker hitam, mereka sangat malu dan takut menghadap ke-2 putri nya itu,

"Mereka ber-dua tersangka korupsi uang perusahaan," Ucap pihak polisi tersebut dengan nada cepat, "Saya akan membawanya ke kantor polisi terlebih dahulu," Lanjutnya.

"Apa?!" Ciara sangat terkejut, hingga nafas nya perlahan mulai sesak dan membuat nya pingsan ditempat,

Ashalina menyusul dari kejauhan, melibat adik nya itu pingsan membuatnya semakin khawatir, "Cia bangun cia!" Ia sangat cemas, Belum lagi orang tua nya sedang di bawa oleh polisi,

Ia segera mengangkat Ciara ke kamar tidur dan tetap kembali berusaha mengejar orang tuanya itu, Sayang nya ia terlambat, mobil polisi itu sudah membawa ke-dua orang tuanya pergi dari rumah. Dan sekarang yang ia pikirkan hanyalah adik nya.

Beberapa jam kemudian.

"Cia, kamu sudah sadar?" Tanya Ashalina yang melihat Ciara sudah menggerakkan sedikit tubuhnya,

Ciara berusaha membuka mata nya seraya memegang kepala nya yang masih terasa pusing, "Ka-kakak, mama sama papa kak.. " tak ada henti nya ia menggenggam tangan kakak nya,

"Kamu nggak usah mikir itu dulu ya, kalau kamu udah sehatan baru kakak ajak kamu ke kantor polisi, Kita lihat kondisi mama sama papa disana.."

Ciara masih susah untuk percaya, "Papa sama mama salah apa kak...?"

Ashalina terus mengelus kepala Ciara dengan lembut, "kita nggak akan tahu kenyataannya kalo kita gak ke kantor polisi langsung, sekarang yang terpenting kesehatan kamu dulu," Ashalina berusaha menjelaskan secara rinci supaya adik nya itu tidak terlalu khawatir.

Ciara berusaha bangun dari tidur nya dengan perlahan, "Enggak kak, Cia nggak papa kok, Ayo sekarang susul Papa sama mama kak," Ucap nya seraya menarik lengan Ashalina,

"Cia jangan nekat deh, kondisi kamu masih lemes," Balas Ashalina, menolak permintaan adik nya itu.

"Enggak kak, ciara udah gak papa,"

ASHALINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang