Imam Dadakan✓ [OPEN PO]

Bab 14 | Pembunuh Gibran Yang Sebenarnya

Bismillahirrahmanirrahim.

Updated on: Ahad, 13 Desember 2020

°°°

Selamat membaca kisah Azlan dan Azmi.

Vote sebelum membaca dan tinggalkan komentar.

Bab 14 | Pembunuh Gibran Yang Sebenarnya

Selain ditinggalkan orang terkasih, ternyata ada luka yang lebih perih yaitu ketika orang yang kamu percaya sepenuh hati tapi nyatanya penghianat paling pandai menyembunyikan bukti.

•Imam Dadakan•
AayuuSR

***

Erlyna menatap heran Azmi yang duduk dengan wajah tegang. Dia menyesap jus mangganya terlebih dahulu dan duduk di samping sang sahabat.

"Ponsel gue astaga!" Erlyna histeris melihat ponselnya yang terjatuh dengan layar retak.

"Kok lo jatuhin ponsel gue sih? Ampe hancur gini! Kejam banget lo!"

"Kejaman mana sama lo yang udah bunuh Gibran?"

Tubuh Erlyna menegang. Azmi menatap Erlyna dengan air mata yang mengalir, hatinya sangat terluka mengetahui kenyataan jika orang terdekatnya yang membunuh mantan calon suaminya. Azmi tidak menyangka bagaimana bisa Erlyna melakukan hal sekejam itu padahal Erlyna menjadi saksi bagaimana kebahagiaannya. Erlyna juga menjadi sosok yang begitu antusias menyambut pernikahan mereka, tapi ternyata itu semua palsu karena kenyataannya Erlyna yang menghancurkan setiap mimpinya.

"Gue bisa jelasin."

"Jelasin apa?! Gue gak nyangka lo lakuin ini, Lyn! Lo sahabat gue, tapi lo hancurin kebahagiaan gue! Lo bunuh dia yang gue anggap berharga di dunia ini! Apa salah gue sama dia, Lyn?! Apa?!"

"Gue benci sama dia! Gue gak kayak lo yang suka sama dia! Dia itu busuk! Paham, gak?!"

"Maksud lo apa?!"

"Jangan sok gak paham! Dan asal lo tau, gue gak nyesel karena udah bunuh dia! Dia pantes mati!"

"ERLYNA!"

Keduanya sama-sama terengah.

"Gue mau menuntut keadilan!"

Ucapan itu membuat Erlyna melotot.

"Maksud lo? Lo bakalan laporin gue ke polisi? Cuman gara-gara dia?!"

"Cuman?!" Azmi bertanya marah.

"Gue yang selalu ada buat lo! Tapi, cuman gue bunuh Gibran lo jadi kayak gini!"

"Lo gila!"

"Lo lebih gila!"

Azmi melotot tajam menatap Erlyna yang memasang wajah kesal. Dia rasa Erlyna sudah tidak waras.

"Pergi. Gue gak mau liat wajah lo. Tunggu aja polisi datang ke rumah lo."

"Tapi, Az—"