56# The Doll

136 19 1
                                    

Nevin, Devano, Mevia, dan Diana sedang duduk di ruang tengah dengan boneka yang diletakkan di meja tengah.

Sudah berbagai cara mereka memberi pertanyaan kepada boneka ini, tetapi boneka seram ini masih saja tidak mau memberikan jawaban yang mereka inginkan.

"HAHH GUE BAKAR JUGA NIH LAMA LAMA—"

"DEVANO SABAR!" Diana berteriak, bermaksud untuk menghentikan Devano untuk melempar boneka itu.

"KAKAK KENAPA SIH—"

"KALO KAMU HANCURIN, KITA GATAU KALAU NANTI BONEKA INI BISA BANTU NEMUIN DEVINA!"

Mevia segera berdiri dari duduknya dan menghampiri mereka, berusaha menenangkan Diana agar emosinya tidak meledak, begitu juga dengan Nevin. Ia segera mengambil air minum dari dapur dan memberikannya kepada kakak beradik itu.

Setelah keduanya sudah mulai membaik dan suasana sudah tidak lagi mencengkam seperti tadi, Nevin duduk di hadapan Devano, "Gaada gunanya kalian berantem, yang penting kita cari tau dulu dimana Devina"

°°°

Gue harus gimana? Harus gimana? Badan gue udah mulai sakit semua, rasanya udah mati rasa.

Gue cuman bisa nangis, teriak juga mulut kelakban, mau geram badan keiket.

Nevin tolongin gue, gue takut.

°°°

Brak!

Devina terlonjak kaget saat ada seseorang membuka pintu demgan keras, hampir saja dia jatuh kebelakang, tapi untungnya dia bisa menyeimbangkan sehingga tidak terjatuh.

Devina bisa melihat meskipun pandangan nya agak blur dan gelap, tapi ia yakin jika ada seseorang mendekatinya.

Devina berusaha untuk berbicara, siapa tau orang ini adalah orang baik yang mau menolong Devina.

"Ouh udah bangun cantik?" tanya orang itu.

Ehmm mhhh!!

Orang itu semakin mendekati Devina dan duduk jongkok di bawah, dengan wajah yang tertutupi masker, dan memakai kacamata.

Orang itu membelai rambut panjang Devina, diselip nya di belakang daun telinga Devina, "Kasian gabisa ngomong" ucapnya.

ehmm ehmm!

"Apa hm? Mau keluar iya?"

Devina mau tidak mau mengangguk pasrah kepada orang itu. Tolonglah, dia hanya ingin pulang sekarang, Devina tidak mau ada ditempat ini.

Orang itu berdiri, sedikit membungkuk untuk menatap wajah Devina. Tangan terangkat untuk mengusap pipi basah Devina akibat air matanya, "Jangan dulu, gue belum balas dendam"

Tangisan Devina semakin kencang, membuat orang didepannya itu menghela napasnya.

Tangannya bergerak membuka lakban yang menempel di mulut Devina dengan pelan.

"ANJING LEPASIN GUE— Ehmm!"

Orang itu dengan cepat menutup kembali mulut Devina dengan tangannya, "Sshhtt, udah dilepasin malah ngatain", melepas tangannya untuk memberikan kesempatan Devina berbicara.

"Lepasin gue, gue mohon lepasinn gue" masih dalam keadaan menangis, Devina memohon kepada orang itu, dia hanya ingin pulang.

"Kalo gue ga mau lepasin lu?"

"Lepasin guee" lirih Devina.

Orang itu berdiri tegak, berjalan memutari Devina, "Udah dibilang, gue belum balas dendam", kemudian dia kembali berjongkok di depan Devina. Perlahan lahan ia membuka maskernya.

Devina membelalakkan matanya. Entah Devina sedang salah liat atau memang ia sedang ketakutan sekali sampai sampai orang yang di depannya, yang dia lihat sekarang ini adalah Nelson. Iya Nelson.

"Nelson?"

°°°

"Gimana kalo kita bongkar aja bonekanya, Vin?" saran Marvel.

Semua orang disana menatap Marvel yang baru saja bersuara itu. Nevin menundukkan kepalanya, bingung juga mau berbuat apa lagi dia. Sampai sekarang dia dan yang lain masih belum mendapatkan clue dimana Devina berada sekarang.

Stresmen membalas perkataan Marvel, "Kalo bonekanya rusak gimana? Kita gatau apa apa tentang boneka ini"

Iya ini Stresmen, dia kembali kesini setelah mendengar kabar jika Devina menghilang. Makanya dia langsung datang ke sini untuk membantu mencari Devina.

Marvel berdecak, "Ck, makanya itu, kita bongkar bonekanya biar tau"

"Gimana?" tanya Marvel lagi.

"Coba aja bongkar, gua udah rekam boneka setan ini pas dia ngomong tadi", kali ini Devano yang angkat bicara.

Semuanya hanya pasrah mengikuti Devano. Disana ada Nevin, Diana, Devano, Marvel, Stresmen dan Ranel. Mereka masih mencari berbagai cara untuk menemukan keberadaan Devina.

Marvel mengangguk kemudian berdiri ke dapur untuk mengambil pisau dan gunting yang akan digunakan untuk membongkar boneka itu. Lalu ia kembali lagi ke tempat, dan mengambil boneka itu.

"Gua bongkar yah"

Kemudian Marvel memutus paksa kepala boneka itu dengan menggunakan pisau yang ia bawa tadi. Semuanya langsung terkejut saat tau apa isi didalam boneka itu.

Ternyata didalam sana ada semacam alat atau mesin, disana juga ada kabel kabel, dan di mata boneka itu ada 2 pasang kamera. Ada speaker juga, mungkin ini yang membuat boneka itu bisa berbicara.

Setelah membongkar boneka itu satu persatu, Marvel menemukan sebuah chip mungkin semacam kartu sd. Marvel mengangkat chip tersebut untuk memperlihatkannya kepada yang lain.

Diana langsung berlari ke arah kamar nya untuk mengambil laptop. Sedangkan yang lain langsung mendekati Marvel saat dia menemukan benda itu.

Diana kembali dan mengambil duduk di sebelah Marvel, ia menyalakan laptop nya dan memasukkan chip tersebut. Tangan Diana sibuk dengan keyboard dan yang satu lagi di mouse nya. Beruntung sekali Diana kuliah jurusan IT, jadi dia lumayan sedikit paham tentang ini.

"Damn!" seru Diana dengan menatap layar laptop bangga.

Dia membalikkan laptop tersebut agar yang lain dapat melihat apa yang Diana dapatkan.


















"Devina ada di Surabaya"

































Hey :)
Long time no see you guys:)

Ada Apa Dengan Youtuber? || Ft. NevinGamingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang