"Walaupun aku tidak mengingatmu tapi aku sangat merindukanmu... ayah.." ucap tine dengan suara parau sambil mendekap liontin itu di dadanya. - 1
------------------------——————
"Haahhh akhirnya selesai juga" ucap tine sambil mengelap peluh yang mengalir di dahinya.
"Ini upahnya, dan ini ada sedikit kue. Nenek membuatnya tadi malam" ucap love sambil memberikan bungkusan pada tine.
"Terimakasih. Sampaikan juga terimakasihku pada nenek. Dia selalu repot2 setiap hari membuatkan kue untuk ku." Ucap tine sambil mengambil bungkusan tadi.
"Cckk kau benar nenek memang sengaja membuatkannya untukmu. Hahh dia lebih menyayangimu daripada cucunya sendiri." Ucap love sambil menyandarkan tubuhnya ke tembok.
"Ya itu karena aku orang yang baik" ucap tine dengan percaya diri. Love yang mendengarnya berlagak seperti orang yang ingin muntah tapi yaa apa yang diucapkannya memang benar. Tine anak yang baik. Maka dari itu ia sangat disayangi neneknya.
"Aku pergi dulu. Aku harus membuatkan sarapan untuk mereka." Ucap tine sambil mengambil tasnya.
"Apakah mereka tidak punya tangan? Kenapa tidak bisa masak sendiri? Kau itu bukan pembantu tinee" oceh love kesal.
Tine yang mendengarnya hanya tersenyum kecil. Ia tidak bisa menjawab. Tidak bisa juga mengeluh. Ia hanya bisa menerima dan melakukan semuanya dengan ikhlas.
"Bersiap-siaplah, bukankah kau harus sekolah? Aku pergi dulu ya" ucap tine sambil melambaikan tangannya.
"Baiklah, hati-hati tine.." jawab love sedikit berteriak"
---------------------------------------
"Tunggu....." tine berlari dengan sangat cepat sambil berteriak.
"Paman tunggu aku...." teriaknya sambil berlari dan memukul bagian belakang bus.
Ciiittttt
Bunyi suara rem dari ban bus terdengar keras menandakan bus berhenti secara mendadak. Tine yang melihat itu langsung berhenti dan menunduk sambil memegang lututnya dan mengatur nafasnya secara teratur. Setelah dirasa nafasnya sudah mulai normal ia berjalan kearah pintu masuk. Pintu terbuka menampilkan wajah pria tua yang terlihat khawatir.
"Kau terlambat lagi tine.." ucapnya ketika tine sudah memasuki bus.
"Maaf paman" ucap tine sambil menyatukan tangannya dan menunduk. Setelah mengucapkan itu, tine langsung mencari tempat duduk. Untung hari ini tidak terlalu banyak orang jadi masih banyak bangku kosong. Tine memilih bangku paling belakang di dekat jendela. Ia sangat suka melihat pemandangan dijalan ketika naik bus. Lalu lalang orang, mobil dan beberapa motor. Terlihat sibuk seperti harinya.
'semoga aku sampai tepat waktu' batin tine berharap. Kalau saja bukan gara-gara prim tidak mungkin dia pagi-pagi sudah mengejar bus. Benar-benar menyebalkan. Dia sangat mirip dengan ibunya. Menyusahkan. Ya prim adalah saudara angkat tine. Mereka seumuran. Ketika mengangkat tine menjadi anaknya, orang tua angkat tine sudah memiliki anak yaitu prim. Karena kebutuhan yang banyak maka dari itu mereka mengangkat tine menjadi anaknya untuk memanfaatkan uang tunjangan.
Mereka sekolah di tempat yang sama. Jika tine masuk karena beasiswa, berbeda dengan prim. Dia masuk karena uang tunjangan tine. Ibu angkatnya benar-benar licik.
-----------------------------------
"Bright, kau sudah bangun. Ayo sarapan nak. Ibu membuat makanan kesukaanmu" ucap seorang wanita dewasa yang cantik dan anggun ketika melihat bright menuruni tangga. Tidak ada jawaban dari orang yang ditanya. Ia hanya berlalu sambil meraih sepatunya dan memakainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me (Brightwin) - END
FanfictionBright as Bright Win as tine Bright - seseorang yang dulunya adalah orang yang ceria, ramah, baik dan tidak sombong berubah menjadi anak yang cuek, kejam, tidak punya perasaan, dan pembangkang. Tine - seorang lelaki manis, baik hati, dan sopan. tapi...