6

2K 165 0
                                    

"Phii..." ucap tine lemah sambil mengangkat tangannya hendak menyentuh wajah bright. Belum sempat tangannya sampai, pandangannya seketika menghitam. Ia pingsan dan menjatuhkan kepalanya di pelukkan bright.

-

-

-

-

-

-

"Tine... tine.. bangunlah" ucap nam dengan suara lembut tapi terdengar sedikit khawatir mencoba membangunkan tine.

Ia menepuk-nepuk pipi tine lembut dan mengoleskan sedikit minyak angin di pelipis tine dan disekitar hidung tine. Mata tine yang sejak tadi terpejam mulai terlihat pergerakkannya. Ia membuka kelopak matanya. Ia mencoba menetralkan cahaya yang masuk ketika ia memcoba membuka matanya. Ketika matanya sudah terbuka dan ia bisa menetralkan cahaya yang masuk, ia melihat 3 orang yang sedang menatapnya. Nam dan lily menatapnya dengan khawatir dan senyum lega sedangkan bright, tine tidak tahu tatapan seperti apa itu.

"Phi kau sudah sadar? Apa kepalamu masih sakit?" Tanya lily khawatir.

"Aku sudah tidak apa-apa" jawab tine meyakinkan walaupun masih dengan nada lemah.

"Kau istirahatlah dulu, tante akan buatkan minuman hangat" ucap nam sambil bangkit dan merapihkan selimut di tubuh tine.

"Tidak apa-apa tante, aku langsung pulang saja" cegat tine berusaha bangkit.

"Aww.." ringis tine ketika kepalanya kembali pusing.

"Dasar keras kepala" celetuk bright sambil menyentuh dan mendorong kepala tine agar kembali berbaring di ranjang.

"Phi.. kau istirahat dulu saja. Kalau sudah enakkan baru kau pulang oke!!" Ucap lily.

"Baiklah.." pasrah tine sambil membenarkan posisi kepalanya agar nyaman.

"Ly ayo kita turun. Jangan mengganggu phi tine." Ucap nam sambil mengajak lily untuk keluar.

"Iya bu.." jawab lily kemudian bangkit dari ranjang dan pergi mengikuti langkah ibunya.

Sepeninggal nam dan lily hanya ada keheningan yang menyelimuti bright dan tine di kamar ini. Tine bingung harus berkata apa, ia juga masih memikirkan hal yang baru saja terjadi padanya. Kejadian tadi benar-benar membuatnya bingung. Anak kecil tadi itu siapa? Dan anak kecil lainnya itu siapa? Kenapa kejadiannya sangat nyata? Seperti dejavu.

"Ini dimana?" Tanya tine memecah keheningan setelah ia selesai memikirkan kejadian tadi.

"Di rumahku" jawab bright acuh.

'Shiaa~~ Aku juga tahu ini rumahmu!' Gerutu tine dalam hati.

"Kamarku" jawab bright lagi.

'Aahhh kamarnya. Kamarnya juga sangat luas. Kamarnya lebih besar dari rumahku. Tapi kamar ini terasa dingin. Apa karena sangat luas makanya banyak angin yang masuk sehingga menjadi dingin?' Tanya tine dalam hati.

"Kau tadi kenapa?" Tanya bright memecahkan pemikiran tine.

"Ahh kepalaku tiba-tiba pusing" jawab tine.

Forgive Me (Brightwin) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang