"Bright, dia adalah guru pendampingmu yang akan mengajarkanmu untuk ujian nasional." Ucap mew memperkenalkan tine pada bright.
"Apa??!!" Teriak bright dan tine bersamaan. — 2
-----------------------------------------
"Tapi pak, aku kerja part time. Jadi aku tidak memiliki waktu mengajarkan phi bright" jelas tine pada pak mew. Tentu saja tine menolak, membagi waktu belajar untuk dirinya sendiri saja sulit bagaimana bisa ia mengajarkan orang lain. Lagipula bright lebih dewasa darinya. Masa belajar saja perlu pengarahan dari orang yang lebih muda. Dan juga jangan lupakan bahwa mereka saling membenci.
"Aku tau itu. Maka dari itu aku menawarkan upah 3 kali lipat dari upahmu di kerja part time. bagaimana?" Tawar mew lagi merayu tine. Bright yang mendengar itu hanya mendengus. Kenapa hanya pelajaran tambahan saja upahnya begitu tinggi.
"Tapi pak, bukankah disekolah ini banyak guru. Apakah tidak ada yang bisa melakukannya?" Tanya tine lagi berusaha menolak. Ia tidak ingin bersama bright. Walaupun upah yang ditawarkan begitu menggiurkan.
"Kalau itu bisa, sudah dari dulu aku melakukannya nak tine. Tapi lihatlah bahkan guru2 yang mengajarkannya setiap hari, satupun tidak ada yang bisa menempel dikepalanya. Kau adalah juara 1 ujian nasional tingkat sekolah mengah pertama waktu itu. Dan juga usiamu dan bright tidak terpaut jauh, jadi mungkin bright akan nyaman diajarkan oleh anak yang hampir seumuran dengannya. Jadi aku sangat mengharapkan mu nak tine." ucap mew lagi dengan nada memohon.
'Bagaimana ini? Sebenarnya tawaran ini sangat menguntungkan. Tapi masalahnya yang diajarkannya itu bright! Bright si tidak punya hati itu.' Racau tine dalam hati.
"Sudahlah kalau dia tidak mau. Jangan memaksanya" ucap bright sambil berdiri bersiap pergi.
"Apakah bright selalu menindasmu?" Tanya pak mew tepat sasaran. Tine yang mendengarnya langsung mengangkat kepala dan membelalakkan matanya.
"Ternyata benar. Baiklah, bright kalau aku melihatmu menindasnya, aku pastikan barang2 mu sudah tidak ada lagi di rumah" ucap pak mew tegas.
"Apa??" Sentak bright mendengar putusan dari ayahnya.
"Bagaimana nak tine? Apa kau setuju? Kalau kau setuju, kau bisa memulainya hari ini juga. Dan kalau bright menindasmu kau bisa melaporkannya padaku." Ucap pak mew.
"Kenapa kau tidak menanyakan pendapatku" sergap bright kesal.
"Apa kau punya pilihan?" Tanya mew sarkas.
"Baiklah.. baiklahh.. aku akan menurut. Hei kau, mulai hari ini ahh tidak.. tidak.. mulai besok kita akan mulai pelajaran tambahannya. Aku akan memberitahukanmu tempat dan waktunya oke. Sampai jumpa." Ucap bright mengakhiri perdebatan itu dan melangkah pergi.
"Tempat belajar adalah di rumah dan waktunya adalah sepulang sekolah. Itulah keputusanku" sergap mew menahan kepergian bright.
"Apa???" Sentak bright lagi dengan nada kesal.
"Siapa yang tahu apa yang kau lakukan di luar sana. Bisa saja kau menindas tine dan menyuruhnya untuk membohongiku. Benar kan nak tine?" Tanya mew. Tine tidak menjawabnya. Ia hanya menganggukkan kepalanya pelan. 'Shiiaa bocah sialan' rutuk bright dalam hati.
"Mulai besok nak tine pulang dengan bright. Kau akan mengajarinya di rumah. Pembelajaran 4x dalam seminggu. Durasinya selama 3 jam. setelah selesai kau akan diantar pulang oleh supirku. Bagaimana nak tine?" Jelas mew panjang lebar sambil menanyakan keputusan tine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me (Brightwin) - END
FanfictionBright as Bright Win as tine Bright - seseorang yang dulunya adalah orang yang ceria, ramah, baik dan tidak sombong berubah menjadi anak yang cuek, kejam, tidak punya perasaan, dan pembangkang. Tine - seorang lelaki manis, baik hati, dan sopan. tapi...