✨
sebuah spoiler
DIFFERENT
1 tahun kemudian.
Suara bel nyaring berbunyi memenuhi suasana cafe yang sangat ramai saat ini.
Pertanda pesanan sudah siap, bel dibunyikan oleh sang koki berulang kali.
Berharap sang pramusaji peka terhadap suara bel yang kalah nyaringnya dengan puluhan orang yang menikmati hidangannya sembari mendengarkan alunan musik biola dan piano bercampur menjadi satu.
“Hyunjin!! Apa kau tuli?! Cepat bawa pesanan ini dan jangan melamun terus!” ketus sang koki kepada pria Hwang yang beberapa menit lalu memandangi gadis cantik bersuara dark blue tengah menyantap hidangannya dengan anggun.
“Ah, baiklah pak, maafkan saya,” gugup Hyunjin lalu dengan gesit membawa nampan berisi sup iga bersamaan dengan kuah rasa bubur jagung kepada gadis yang ia pandangi tadi.
“Ini pesanan anda nona, ada yang perlu ditanyakan?” ucap Hyunjin yang mengganti kalimatnya dan membuat si gadis dan pria di sebelahnya menatap atensi pria Hwang.
“Maaf, tapi bertanya apa?” jawab pria bersurai biru menyala dengan tatanan rambut dibelah ke samping, menggunakan pomade agar rambutnya nampak rapi memperlihatkan jidatnya seperti style makan malam pada umumnya.
“Sudah biarkan saja sayang, mungkin dia ingin meminta tip,” ucap sang gadis.
Hyunjin terkesiap ketika ingatannya dengan si gadis tidak sesuai ekspektasi.
“Ah tidak, saya tidak membutuhkan tip, tapi bolehkah saya yang bertanya?” kata Hyunjin, sempat disenggol lengan pria Hwang oleh rekan sesama kerjanya, bermaksud untuk tidak menganggu pasangan yang sedang makan malam.
Pria yang bersama gadis itu menggeram, mungkin muak dan jijik melihat rambut blonde dan panjang milik Hyunjin yang tidak tertata rapi, apalagi Hyunjin cuma pramusaji di sana.
“Tenang sayang, jangan buat keributan lagi, di sini banyak bangsawan, kau tidak ingin mendapatkan masalah seperti tempo hari lalu kan?” tenang si gadis bersurai dark blue tersebut.
“Katakanlah, kami tidak memiliki waktu banyak, aku dan kekasihku hanya ingin makan malam dengan tenang,” lanjut si gadis kepada Hyunjin yang memeluk nampan kosong di perutnya.
“Apakah kalian mengenal Hwang Yeji?” tanya Hyunjin mantap.
Keduanya menghentikan aktivitasnya, pisau dan garpu diletakkan, keduanya seraya memegangi kedua tangan masing-masing dengan gelisah ketika nama itu diucap.
Sedikit basah, keringat bercucuran dari pelipis si pria itu, padahal di sana ada AC yang mendinginkan suasana keramaian ini.
Si gadis juga, selalu memegangi lengannya seakan kedinginan, padahal tadi ia berkeringat karena merasakan makanannya yang pedas.
“Begini, katakan saja, kau siapa, apa kau mengenali kami?” ucap si pria akhirnya ia bersuara.
Pemuda Hwang tersenyum, menyunggingkan bibirnya, “Tidak ada, aku tidak kenal kalian, aku hanya memastikan saja, baiklah kalau begitu maafkan saya telah menganggu makan malam kalian—
Jeno dan Karina.” setelah itu Hwang Hyunjin pergi dengan nampannya yang kosong, menyisakkan pria dan gadis itu yang masih menganga membuka mulutnya lebar.
Seakan tak percaya oleh perilaku si pramusaji, sejenak terlintas dari pikiran Jeno.
Siapa pramusaji itu, apakah ada hubungannya dengan Hwang Yeji.
HYUNJIN HWANG
(Karena tepat setahun di alur cerita, Hyunjin jadi gondrong haha)YEJI HWANG
(Loh, Yeji kan udah mati? Kok—)
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT ✔️
FantasíaHyunjin dan hujan itu sama, menemani Yeji saat kesepian. ft. Hyunjin&Yeji