Alkisah Putri Nara
Oleh: Ni Luh MartiniPada zaman dahulu hiduplah seorang puteri cantik di negeri antah berantah. Putri cantik ini bernama Putri Nara. Sang Putri hidup bahagia bersama keluarganya. Kini, Putri Nara menginjak usia tujuh belas tahun. Sang Ayahanda dan Ibunda sepakat menjodohkan putri bungsunya dengan Pangeran Chandra dari kerajaan tetangga.
Semua pihak istana merasa gembira dengan kabar perjodohan sang putri bungsunya. Namun, tidak dengan sang Kakak—Putri Kinan. Putri Kinan merasa bahwa dirinya ini seperti anak tiri, tidak pernah sama selalu diperhatikan oleh kedua orang tuanya. Kecemburuannya semakin memuncak saat melihat kedekatan sang adik dengan Pangeran Chandra. Putri Kinan berusaha menggagalkan rencana perjodohan mereka.
Pagi ini Putri menemui seorang nenek yang beraliran sesat untuk bisa mencelakai adik bungsunya. Sang nenek sihir hanya tertawa senang mendengar perkataan putri.
“Haha. Aku ini seorang penyihir hebat, masalah hanya kecil bagiku.Tetapi apa imbalan yang aku dapatkan?”
Putri Kinan tersenyum sinis dengan ucapan sang Nenek sihir. Ia pun berjanji apa pun yang sang Nenek minta, pasti dia kabulkan. Sang Nenek hanya memberikan sebotol ramuan untuk ditaburkan di makanan. Putri Kinan mulai melancarkan aksi dengan membawakan kue tart kesukaan Putri Nara.Tanpa merasa curiga, Putri Nara menerima pemberian Kakaknya.
Setelah memakan kue tersebut, Putri Nara merasakan gatal di sekujur tubuhnya. Seluruh badannya mulai muncul benjolan-benjolan kecil kemerahan yang perlahan-lahan mengeluarkan bahu tidak sedap. Semua pihak istana mulai panik mendengar kabar sang putri bungsu, tak terkecuali sang Kakak. Sang Ayahanda berusaha mencari para Tabib terbaik di kerajaan ini. Namun, tidak satu pun yang mampu menyembuhkan penyakit sang putri.
Di saat inilah Putri Kinan memanas-manaskan Ayahanda agar mengasingkan Putri Nara untuk beberapa bulan sampai penyakitnya sembuh. Awalnya sang Ayah tidak mau menerima usulan tersebut. Namun, Putri Kinan mengingatkan bagimana dengan perjanjiannya dengan Pangeran Chandra.
Dengan berat hati, sang Ayah mengirimkan putri kesayangannya ke tengah hutan. Ibunda yang menyaksikan putri pergi, hanya mampu menangis. Kesedihan juga dirasakan seluruh pegawai istana. Dulu kerajaan Rania penuh dengan tawa ria sang putri. Kini justru hanya ada kesunyian.
Sepanjang perjalanan, sang putri hanya mampu menangisi takdirnya. Kini, sang putri tinggal di hutan dengan kucing kesayangannya. Di sisi lain, Pangeran Chandra mendengar kabar bahwa Putri Nara diasingkan dan Putri Kinan yang akan menggantikan posisinya. Pangeran Chandra datang menghadap Raja Janakya, meminta penjelasan mengenai kabar yang beredar.
Mendengar kabar kalau Putri Nara terkena penyakit yang tidak bisa di sembuhkan, Pangeran Chandra menolak untuk dijodohkan dengan Putri Kinan. Pangeran Chandra sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Putri Nara. Sang Pangeran bersikeras akan mencari Putri Nara.
Putri Kinan mendengar semua pembicaraan Pangeran Chandra dan semakin membuatnya membenci Adiknya. Ia berjanji tidak akan membiarkan mereka hidup bahagia. Putri Kinan berusaha membujuk ayahnya agar Pangeran Chandra menikahinya. Putri Kinan berusaha mencari ide lain karena ayahnya tidak mampu menghentikan niat sang pangeran.
Di sisi lain, Pangeran Chandra menuju ke hutan dengan para pasukannya untuk mencari keberadaan Putri Nara. Diam-diam Putri Kinan mengikuti sang pangeran dari belakang agar ia bisa mencari celah untuk merusak persedian stok makanan mereka. Namun, usaha tidak membuahkan hasil. Alhasil ia hampir jatuh ke perosok lubang karena lari dan hampir ketahuan.
Dalam perjalanan pulang, selendangnya tertiup angin dan terbang jauh. Ia berusaha mengejarnya, tetapi gagal. Ia hampir ketemu dengan prajurit-prajurit yang sedang berpatroli. Hari demi hari demi berlalu sangat cepat. Perlahan-lahan Putri Nara mulai menerima takdirnya dengan ikhlas. Selama pengasingan, ia memilih untuk berkebun untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Selama tiga hari pencarian, mereka belum menemukan jejak keberadan sang gadis pujaannya. Di tengah pencariannya, ia menemukan seekor kucing yang sangat ia kenal. Itu adalah milik sang putri. Saat sang putri menyadari kucingnya hilang, ia pun mencari ke seluruh sudut gubuknya. Namun, tidak ada.
Tanpa basa-basi, ia keluar dari area gubuknya dan mulai menyusuri hutan. Ia menemukan beberapa pasukan prajurit. Sang putri langsung membalikkan badan dan ingin segera bergegas dari sana agar tidak ketahuan. Baru melangkah, ia mendengar suara kucing kesayangannya. Sontak ia membalikkan badan mencari sumber suara itu.
Sang Pangeran langsung memeluk sang putri karena berhasil menemukan setelah beberapa hari pencariannya. Putri Nara berusaha melepas pelukan itu, tetapi dicegah oleh Sang Pangeran. Penyakit yang ada di tubuh sang putri berangsur-angsur pudar saat pelukan mereka semakin erat. Sang Pangeran sudah mengetahui jika penyakit ini adalah sebuah sihir yang sengaja ditujukan untuk sang putri.
Sang putri menangis di pelukan sang pangeran. Pangeran Chandra mengutarakan niatnya dengan sungguh-sungguh agar Putri Nara mau menjadikannya sebagi pendamping hidupnya. Dengan perasaan iba karena ketulusan sang pangeran, akhirnya putri Nara menerima sebagai pendamping hidupnya.
Merasa geram, mendengar apa yang dikatakan oleh mata-matanya—ia mengerahkan prajuritnya untuk menangkap sang penyihir dan menyeretnya ke aula kerajaan.
Putri Nara sangat bahagia karena penyakitnya sudah sembuh. Akhirnya kebusukan sang Kakak terbongkar. Namun, Putri Kinan berusaha mengelak dan membantah tuduhan itu. Nenek sihir juga tidak tinggal diam, ia membuka kedok sang putri. Bukti terakhir yang, Putri Kinan tidak bisa bantah sama sekali. Selendangnya jatuh di hutan dan sang prajurit pangeran menemukan dan menjadikan sebagi bukti.
Tentang Penulis:
Nama saya Ni Luh Martini saya dari Palu, Sulawesi Tengah dan umurku 18 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Dongeng
FantasyDongeng? Cerita yang tidak benar-benar terjadi. Ini hanya sebuah cerita khayalan semata.