Seekor Buaya Mencari Mangsa

148 2 0
                                    

Seekor Buaya Mencari Mangsa
Oleh: Lidia Novita Putri

Dahulu kala, di sebuah tepi danau, tinggalah lima buaya jantan. Mereka adalah Ersan, Calvin, Ekky, Rama dan Eko. Lima buaya jantan tersebut menjalani hari-harinya mencari mangsa di danau dengan menyantap ikan-ikan kecil dan besar.

Keesokan harinya, Ekky mengajak keempat temannya untuk mencari mangsa dan makan di daratan. Namun, keempat temannya itu tidak menghiraukan perkataan Ekky.

“Hai, teman-teman. Bagaimana kalo kita kali ini mencari makan di darat saja?”

“Selagi di danau masih ada mangsa, mengapa tidak di danau saja?”ujar Eko.

“Baiklah, jika kalian ingin mencari mangsa di danau, aku akan mencoba mencari mangsa di darat.”

Pada akhirnya, Ekky pergi ke darat sendiri untuk mencari mangsa. Sampai di tengah-tengah perjalanan, Ekky menemukan seekor ular betina yang bernama Dila. Di mana ular betina itu menjadi salah satu santapan utama Ekky. Namun, tak disangka ular tersebut sangat cerdik, meskipun awalnya ular tersebut merasa tertipu oleh Ekky.

“Hai, buaya. Kau ingin pergi ke mana?”

“Aku ingin mencari mangsa yang akan aku jadikan makanan hari ini.”

Tanpa berpikir panjang, sang buaya mengajak ular ke sebuah tempat di mana tempat yang didatanginya tampak indah. Sang ular tidak memiliki rasa curiga sedikitpun pada sang buaya.

“Kau ingin mengajakku ke mana, buaya?”

“Sudah, kau diam saja karena aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang sangat indah. Tentunya kau sangat menyukai itu.”

“Ah, apakah benar kau ingin mengajakku ke sebuah tempat indah?”

Sang ular pun mau mengikuti buaya.Setelah sampai di tempat tersebut, sang ular terkejut.

“Tempatnya sungguh indah, tetapi mengapa banyak sekali buaya-buaya di tepi danau.”

“Haha. Dasar ular bodoh! Masih saja kau mau ditipu olehku. Aku mengajakmu ke sini karena aku ingin memangsamu.”

“Mengapa kau tega sekali hingga membohongi dan membodohiku. Apakah aku memiliki salah kepadamu, wahai buaya?”

“Haha. Kau sama sekali tidak bersalah ular. Mungkin ini memang takdirmu untuk menjadi santapanku.”

Pada akhirnya sang ular berpikir keras agar bisa terlepas dari seorang buaya yang sangat kelaparan.

“Bagaimana ini? Aku harus cepat-cepat pergi dari tempat ini. Aku tidak ingin menjadi santapan-santapan buaya-buaya itu.”

Tiba-tiba buaya tersebut mencengkeram ular. Ia berkata, “Hei, ular bersiaplah kau untuk menjadi santapanku.”

Ular pun langsung menjawab perkataan buaya tersebut dan meminta waktu agar dia bertemu dengan orang tuanya. Ular itu berjanji ia akan kembali lagi ke tempat ini. Namun, buaya tidak percya pada perkataan sang ular.

“Tunggu, sebelum kau menyantapku, aku memiliki permintaan pada kalian.”

“Permintaan apa yang kau ingikan ular?”

“Aku hanya ingin bertemu Ibuku dan Ayahku untuk terakhir kalinya sebelum kau menyantapku buaya.”

Para buaya tertawa mendengar permintaan sang ular.“Apakah hanya itu yang kau inginkan ular?”

“Iya. Aku hanya menginginkan itu.”

Para buaya tersebut masih tidak percaya dengan perkataan sang ular.

“Apakah kau akan kembali ke sini lagi untuk memenuhi persyaratan dariku, wahai ular?”

“Iya, aku berjanji pada kalian akan secepatnya kembali ke sini.”

Para buaya masih sangat ragu dengan ucapan dan janji sang ular kepada mereka. Sang ular memohon kepada para buaya agar mengizinkan ia pergi untuk bertemu dengan sang ibu dan ayah. Pada akhirnya, sang buaya mengizikan ular tersebut untuk pergi menemui keluarganya.

“Baiklah, kami akan mengizinkanmu untuk bertemu keluargamu. Tapi kau harus berjanji kepada kami akan segera kembali secepat mungkin.”

Ular pun merasa senang dan berterima kasih kepada buaya karena telah mengizinkannya.

“Terima kasih, buaya karena telah memberikanku kesempatan untuk menemui keluargaku.”

“Baiklah, pergi sana. Cepat sebelum kami berubah pikiran.”

“Baiklah, aku akan pergi dan kembali lagi.”

Pada saat sampai di tengah-tengah perjalanan, sang ular merasa lega dan menertawai para buaya yang telah ia bodohi itu.

“Haha, dasar para buaya rakus! Mau saja aku tipu. Aku juga tidak akan ke sana lagi.”

Ular bergegas pergi dari tempat itu secepatnya. Tak lama kemudian, para buaya risau mengapa ular tersebut tak kunjung kembali ke tempat ini.

“Bagaimana ini? Mengapa ular itu tak kunjung kembali ke sini”

“Iya, benar. Padahal perut kita sudah lapar sekali dan tak sabar ingin memangsanya.”

“Kalian merasa tidak, sepertinya kita telah ditipu oleh ular itu,” ujar Calvin.

“Itu tidak mungkin. Kita kan seekor buaya yang besar dan cerdik, tidak mungkin ditipu oleh seekor ular yang bodoh,” ucap Ekky.

“Kalo memang kita tidak ditipu oleh ular itu, mengapa ia tidak kunjung datang?” tanya Eko.

“Benar kata kalian, sepertinya kita sudah ditipu olehnya.”

Pada akhirnya, para buaya gagal memangsa sang ular. Dan para buaya tak menyangka bahwa ular yang ia bodohi lebih cerdik darinya. Dengan kesal buaya tersebut pergi dan mencari makan di tempat lain.

Tentang Penulis:

Lidia Novita Putri, lahir di Bandar Lampung pada tanggal 09 November 2001. Sedang menjalani studi di Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi, Bekasi menuju S.Tr pada waktu kurang lebih tiga tahun yang akan datang. Sudah menulis sejak lulus SMA. Namun, baru mempublikasikan cerita-cerita dan puisinya saat duduk di bangku kuliah. Hari-harinya sekarang ia lewati dengan kegiatan berkuliah dan terus menulis saat waktu senggang.

Antologi DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang