Mawar dan Capung

198 5 0
                                    

Mawar dan Capung
Oleh: Siti Nurhidayah

Pada suatu hari, hiduplah seorang gadis cantik yang tak pernah tersenyum sama sekali. Namanya adalah Mawar. Ia hidup di sebuah desa terpencil di tengah hutan belantara yang letaknya sangat jauh dari perkotaan.

Pagi itu, Mawar berjalan seorang diri untuk mencari bunga melati sebagai penghias di rumahnya. Dengan berbekal sebotol air minum yang dikalungkan di lehernya, ia berjalan menyusuri hutan yang katanya terbilang cukup angker.

Setelah berjalan cukup lama, ia memutuskan untuk istirahat sejenak di bawah pohon beringin. Sambil menyandarkan kepalanya pada batang pohon ia terlelap begitu saja seperti sedang tersihir oleh keadaan di sekitarnya. Tak lama kemudian,terdengar suara yang memanggil namanya.

"Mawar ... Mawar ... Mawar ...." Terdengar suara itu memanggil namanya sebanyak tiga kali.

Mawar pun terbangun dari tidurnya dan mencari sumber suara itu berasal. "Siapa kamu?" teriaknya.

"Mawar," panggilnya lagi.

"Keluarlah, aku tidak takut denganmu!" titah Mawar menantangnya.

"Aku di sini, Mawar. Aku seekor capung," serunya terbang mengelilingi Mawar.

Mawar berdiri mendekati si Capung yang hinggap di ranting pohon. "Ada apa kamu memanggil namaku?"

"Tolong bantulah aku untuk menemukan bunga melati yang dapat menyembuhkan seseorang dari tidur panjangnya," kata si Capung.

"Mengapa kamu meminta bantuan padaku?" tanya Mawar penasaran.

"Kamu adalah seorang putri, lebih tepatnya Putri Bunga. Bukankah kamu sekarang juga sedang mencari bunga melati itu?" kata si Capung.

"Aku bukan seorang putri dan memang benar aku sedang mencari bunga melati itu," kata Mawar perlahan berjalan melangkahkan kakinya.

Si Capung terbang mengikuti ke mana arah langkah kaki Mawar pergi membawanya.

"Nanti kamu bakal tahu sendiri, jika kamu adalah seorang Putri Bunga. Tolong bantulah aku untuk membangunkan Pangeran Langit!"
Mawar menghembuskan napasnya kasar.

"Baiklah, ikutlah denganku!"

Mawar dan si Capung tersebut melanjutkan perjalanannnya melewati batu terjal yang berbahaya. Banyak rintangan yang harus ia hadapi agar bisa sampai ke puncak Gunung Matahari. Hari sudah mulai gelap, cahaya matahari perlahan menghilang tergantikan sang awan hitam yang menyelimuti hutan. Tiba-tiba, Mawar dikejutkan sebuah pancaran cahaya dari gelang yang melingkar di tangannya.

"Itu pasti pertanda kalau sebentar lagi kita akan sampai di Gunung Matahari," kata si Capung.

"Kamu tahu dari mana?" tanya Mawar menyentuh gelangnya.

"Karena benda itu hanya dimiliki oleh seorang Putri Bunga dan akan bertemu dengan pangeran yang bisa mengembalikan senyumannya," kata si Capung.

"Sebenarnya kamu siapa?" tanya Mawar yang mulai curiga.

"Aku prajurit dari kerajaan awan yang ditugaskan untuk mencari Putri Bunga dan setangkai bunga melati," kata si Capung hinggap di permukaan telapak tangannya.

"Jangan mengarang cerita!" tegur Mawar.

"Terserah kamu saja. Suatu saat, pasti kamu tahu kebenarannya," si Capung terlelap tidur.

Keesokan harinya, Mawar dan si Capung melanjutkan perjalanannya menuju ke Gunung Matahari. Ia menempuh jarak lima kilometer untuk sampai di sana. Terlihat tenaga Mawar yang mulai habis dan nyaris terpelosok ke dalam jurang. Mau tidak mau ia harus beristirahat lagi, mengumuplkan tenaganya.

"Jika kamu lelah, maka naiklah ke badanku Mawar!" titah si Capung berubah menjadi besar.

"K—kamu? Kenapa bisa jadi besar?" kata Mawar kaget melihat si Capung.

"Cepat naiklah, waktu kita tidak banyak!" titah si Capung dan Mawar pun menuruti perintahnya.

"Mengapa kamu tidak bilang jika bisa berubah menjadi besar dan terbang membawaku ke Gunung Matahari?" tanya Mawar di sela-sela perjalanannya.

"Karena aku ingin melihat seberapa gigihnya perjuangan dari Putri Bunga," kata si Capung mengepakkan sayapnya.

"Aku bukan Putri Bunga!" sanggah Mawar tak percaya.

Akhirnya Mawar dan si Capung sampai di Gunung Matahari. Ia memetik beberapa bunga melati dan memasukkannya ke dalam kantong yang dibawanya. Setelah itu, si Capung membawa Mawar ke kerajaan awan yang tak jauh letaknya dari Gunung Matahari.

Kehadiran Mawar dan si Calung disambut sangat baik oleh prajurit yang menjaga istana tersebut. Si Capung menyuruh Mawar turun dan mengantarkannya ke kamar Pangeran Langit yang sedang terbaring lemah di atas kasurnya.

"Campurkan bunga melatinya pada minuman pangeran, teteskan minumannya ke mulutnya!" titah si Capung berubah mengecil seperti semula.

Mawar meneteskan minuman tersebut dan ia terkejut saat Pangeran Langit terbangun dari tidur panjangnya berkat minuman air melati yang ia petik dari Gunung Matahari.

"Syukurlah, pangeran sudah sadar," kata si Capung berbahagia melihat Pangeran Langit yang sudah bangun setelah berbulan-bulan lamanya akibat tersengat lebah.

"Siapa gadis yang kamu bawa memasuki kamarku ini, Capung?" tanya Pangeran menatap sesosok gadis cantik di hadapannya.

"Apa pangeran tak mengenalinya sama sekali?"

"Tidak," kata Pangeran Langit menggelangkan kepalanya.

"Dia, Putri Bunga yang selama ini kita cari pangeran," kata si Capung.

"Putri Bunga?" tanyanya sekali lagi.

"Benar, Pangeran. Dia Putri Bunga yang selama ini kehilangan senyumannya," kata si Capung hinggap di pundak sebelah kanan Mawar.

"Mawar, masih ingatkah kamu denganku? Aku Pangeran Langit, sahabat masa kecilmu." Pangeran Langit mencoba mengembalikan separuh ingatan Mawar.

"Aku pernah mengenal namamu, tapi aku lupa siapa dirimu," kata Mawar menerawang masa kecilnya.

"Langit yang selalu bersamamu dan tak pernah membiarkan kamu bersedih," kata Pangeran Langit.

Seketika Mawar teringat memori masa lalunya di mana ia pernah bermain lari-larian dengan sosok anak kecil laki-laki yang tampan mengejarnya di taman bunga.

"Benerkah kamu Langit yang selama ini kurindukan?" tanya Mawar dengan mata berbinar.

Pangeran Langit tersenyum. "Iya, aku Langitmu Mawar. Jangan pernah takut untuk tersenyum Mawar, karena dunia tak membutuhkan tangismu. Tapi membutuhkan sebuah senyumanmu. Jangan jadikan alasan bahwa kepergianku saat itu membuat dirimu tak pernah tersenyum kembali. Sebab aku tak ingin melihatmu terus bersedih. Tetaplah tersenyum dalam keadaan apa pun itu!

Karena kamu adalah seorang Mawar yang mendapat gelar Putri Bunga dari Kerajaan Bunga dan telah kehilangan senyumannya selama bertahun-tahun lamanya," pungkas Pangeran Langit.

"Terima kasih, Langitku," kata Mawar terisak tangis kecil.

"Tersenyumlah, Bungaku!" kata-kata dari Pangeran Langit sukses membuat cekungan bulan sabit terlukis di bibir Mawar.

Pada akhirnya, Mawar atau Putri Bunga yang telah kehilangan senyumannya selama bertahun-tahun lamanya kini dapat tersenyum kembali seperti sedia kala. Dan ia dinobatkan sebagai Putri Bunga di Kerajaan Bunga—tempat di mana ia dilahirkan.

Tentang Penulis:
Nama saya Siti Nurhidayah. Lahir di Lamongan pada tanggal 24 Agustus 2004. Sedang mengenyam pendidikan di bangku SMK dan tepatnya bersekolah di SMK NU Lamongan kelas XI Farmasi Klinis dan Komunitas. Hobi saya membaca, menulis, dan menggambar. Bisa berkunjung ke akun instagram @hid.dya dan facebook Hida.

Antologi DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang