Keajaiban Si Marmut

252 3 0
                                    


Keajaiban Si Marmut
Oleh: Anissa Asyahra

Suatu pagi yang cerah, ada si Marmut yang sedang mandi di tepi sungai. Pagi-pagi buta, si Marmut melakukan rutinitasnya seperti biasa yaitu bekerja di pasar dengan giat untuk menyambung hidupnya. Ketika berangkat, si Marmut tidak sarapan karena bahan pangan si Marmut sudah habis. Akhirnya pun si Marmut lekas berangkat kerja supaya tidak terlambat.

Si Marmut adalah kaum yang sangat tampan di antara kaum yang lain, tetapi sayang hidup si Marmut ini bukanlah kaum yang kaya. Ia tergolong kaum yang miskin atau kurang mampu. Si Marmut hidup sebatang kara. Keluarganya sudah tiada. Kedua orang tua si Marmut sudah meninggal dan si Marmut adalah anak tunggal.

Si Marmut belum mempunyai pendamping hidup yang tulus, banyak calon wanita-wanita yang mendekatinya karena memang Marmut tampan. Namun, setelah wanita-wanita tersebut tahu bahwa Marmut adalah orang yang kurang mampu dan hidup sebatang kara, wanita-wanita tersebut menjauhi Marmut dan bahkan tidak pernah menemui Marmut lagi.

Terkadang bertemu di jalan tak pernah bertegur sapa sama sekali dan Marmut pun sangat sedih. Dia tetap bersabar. Marmut selalu berdoa kepada Tuhan.

"Ya Allah, pertemukanlah hamba dengan jodoh hamba yang sholeh dan menerima saya dengan apa adanya. Hamba janji ya Allah, hamba akan berusaha lebih keras lagi untuk kehidupan ini hingga hamba memiliki keluarga kecil," ujar Marmut dalam doanya.

Sesampainya di pasar, seperti biasanya Marmut langsung memutari semua pedagang untuk menarikan biaya tempat sewa perdagangan mereka. Marmut di sini bekerja sebagai asisten yang kerjaannya hanya sebagai pesuruh dan gajinya pun juga tidak seberapa, tetapi Marmut tetap bersyukur atas karunia yang telah Allah berikan kepadanya.

Marmut tidak sendiri, ia bersama shohibnya yaitu Kelinci. Kelinci adalah sahabat baik Marmut dari kecil hingga sekarang.

Usai menarik uang pedagang mereka pun beristirahat, Marmut mengajak Kelinci untuk makan.

"Makan, yuk. Laper nih, belum sarapan," ujar Marmut yang lelah karena kelaparan dan juga capek seharian mutar di pasar.

"Ya, udah. Ayo, aku temenin kebiasaan emang jarang sarapan," ujar Kelinci yang sangat kasian dengan Marmut.

"Iya, kamu tau kan aku hidup sebatang kara. Boro-boro ada yang nyiapin makanan," ujar Marmut yang sudah sangat kelaparan.

"Ya udah yang sabar aja, ya. Terus berdoa biar cepet punya pendamping yang nerima apa adanya supaya besok ada yang nyiapin makanan," ujar Kelinci mendoakan Marmut.

"Aamiin, baik banget di doain. Hihi," ujar Marmut bahagia.

"Udah lah, nggak usah lebay. Mau es teh dua sama nasi goreng buat Marmut satu," ujar Kelinci sembari memesan untuk keduanya.

"Nggak makan?" tanya Marmut.

"Udah kenyang, tadi Ibu kan nyiapin sarapan," ujar Kelinci menjelaskan Marmut.

"Oke," jawab Marmut singkat.

"Gini Mut, nggak usah khawatir. Jodoh dah ada yang ngatur. Tuhan nggak asal kok milihnya karena jodoh itu cerminan dari kita. Kalau kita baik pasti kita juga dapet calon yang baik juga sebaliknya, tapi semisal kita buruk, ya udah tinggal bayangin aja jodohnya kayak apa," canda Kelinci sembari memberi sedikit ilmu pada Marmut.

"Coba mau nanya kalau semisal udah baik, tapi jodohnya kita buruk gimana tuh. Meraka nggak cocok cerai cari baru atau selingk ... " ujar Marmut terpotong

"Sst, jangan dilanjutin. Itu mah kitanya aja yang nggak introspeksi diri ngaku-ngaku baik. Semisal udah terlanjur, lebih baik perbaiki, bicara dengan baik, pecahkan masalah dengan kepala dingin. Intinya kita cari jodoh itu yang bener lah, nggak perlu cantik deh, ya. Walapun kau sangat tampan, penting nerima apa adanya. Udah cukup itu pun sudah bersyukur," ujar Kelinci menjelaskan lebih lengkap.

“Iya juga kebanyakan zaman sekarang ciwi-ciwi pada matre sih,” ujar Marmut sebagai penutup obrolan di siang itu.

Usai istirahat meraka kembali bekerja hingga sore, dan setelah mereka selelsai Marmut menghampiri si Kelinci.

"Allhamdulillah selesai, ayok pulang," ujar Marmut dengan lelah.

"Yuk, siap." Semangat Kelinci menjawab.

"Besok libur," ujar Marmut senang.

"Iya, eh besok mandi di sungai sekalian nangkep ikan daripada bosen di rumah," ujar Kelinci seraya mengajak Marmut.

"Wah, ide bagus. Aku suka banget idemu," ujar Marmut senang.

"Ya, emang ideku bagus. Aku kan cermelang." Lagak sombongnya Kelinci yang penuh canda pun keluar.

“Iya deh, iya. Besok ke rumahku dulu, ya jemput,” ujar Marmut.

"Oke, sip,” singkat Kelinci.

Pagi pun tiba dan si Kelinci sudah sampai di rumah Marmut.

"Mut ...."

"Eh, iya. Cepet banget, masih pagi ini,” ujar Marmut yang masih mengantuk.

"Ayo cepetan kebetulan masih pagi nih, ikannya masih fresh,” ujar Kelinci semangat.

Ketika si Marmut udah selesai buang air tiba-tiba, di pertengahan jalan ada buah beri yang jatuh.

“Alhamdullilah, rezeki nih. Makan ah, kebetulan belum sarapan," ujar Marmut seraya melahapnya.

Tiba-tiba ....

"Wahai anak muda, apakah kau sedang makan buah beri milikku?” ujar paman Kucing.

Si Marmut pun ketakutan seraya menjawab, “Ma ... maafkan saya, Paman. Tadi saya makan karena kelaparan, tapi saya janji Paman akan bertanggung jawab atas semua ini. Saya hanya kaum yang miskin Paman, mungkin saya bisa membantu paman berkebun,” kata Marmut yang sangat ketakutan dan ia juga bertanggung jawab atas semua yang ia perbuat.

“Oke, baiklah. Kamu harus bertangung jawab, kau harus menikahi putriku. Putriku seorang gadis yang cacat tidak bisa melihat tidak bisa berjalan. Terserah, mau tidak mau kau harus bertanggung jawab atas yang kau perbuat,” ujar tegas paman Kucing.

Setelah bepikir panjang Marmut pun menyetujui karena ia harus bertanggung jawab.

“Baik, Paman. Aku akan menikahi putrimu."

Akhirnya mereka berjalan menuju rumah paman Kucing untuk melihatnya. Sampai di ruang tamu, Paman ke dalam kamar putrinya dan memanggil. Saat putrinya datang, Marmut pun kaget.

"Ma'syaa Allah, cantiknya” ujar Marmut kagum karena putrinya tidak cacat sama sekali.

"Iya, ini putriku. Ketika aku bilang cacat menguji kesetiaanmu, ia tidak pernah keluar rumah untuk itu aku carikan jodoh yang pas,” ujar Paman.

Akhirnya Marmut mendapat pasangan yang diidamkan. Marmut pun memberitahu sahabatnya yang berada di sungai atas kejadian tadi. Marmut hidup bahagia dan tak sebatang kara lagi.

Tentang Penulis:
Nama : Anissa Asyahra
TTL : kab.semarang, 13 mei 2002
Alamat : jl.kutilangsari, no.06, rt 002/008, susukan, ungaran timur
Hobby : olahraga dan menulis
Motto : MAKE YOUR DREAM COME TRUE
Email : anissaasyahra020513@gmail.com
ID Instagram : nis_saaa13
ID facebook : Anissa Asyahra
ID Twitter : @anissaasyahra13

Antologi DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang