Nila Yang Sombong Dan Serakah
Oleh: Tri Lisna SusantiDi sebuah danau yang besar, hiduplah bermacam macam ikan di dasarnya. Ada yang kecil, besar, sedang, dan bahkan ada yang tak terlihat oleh manusia. Ikan ikan itu hidup sangat bahagia dan saling tolong menolong. Hingga akhirnya datanglah seekor ikan nila yang besar, gagah, dan juga kejam. Tubuhnya sangat indah tak ada satu pun luka dan goresan di tubunya. Semua ikan-ikan di sana sering sekali mendengar kesombongan sang nila. Bahkan ia memamerkan segala kelebihanya kepada Ika—ikan kecil dan mengejek ikan kecil yang buruk rupa.
“Hei, rakyat ikan kecil. Lihatlah tubuhku, begitu sempurna dan anggun bukan. Jika ada yang berani merusaknya sedikit pun, tamat riwayatmu di saat itu juga,” suara lantang ikan Nila membuat ikan-ikan kecil menepi.
Banyak yang menjauhinya karena takut mengotori atau menggoresnya. Ikan Nila serakah karena semua makanan yang dijumpainya selalu habis dimakan, sedangkan ikan-ikan kecil kini dilanda kelaparan. Banyak kematian melanda ikan ikan kecil karena kelaparan tersebut sehingga menimbulkan keresahan rakyat ikan.
“Hei, ikan-ikan kecil. Jika kau mau makan, datanglah lebih awal di daerah permukaan sebelum ikan Nila sombong dan serakah itu sampai terlebih dahulu.” Kini seruan dari pemimpin ikan-ikan kecil memberikan saran.
“Tetapi jika rencana kita ketahuan oleh ikan Nila, pasti desa kita akan dirusak.” Ikan Gurame yang cemas memberikan pendapat. Semua ikan saling berbisik, mencari solusi hingga si pemimpin kembali berseru.
“Jika kita terus seperti ini, bagaimana dengan nyawa kita? Makanan yang turun ke dasar hanya sedikit, kita membutuhkan banyak makanan di sini.”
Kini mereka mulai setuju dengan rencana sang pemimpin.
“Baiklah, sekarang kalian tidur karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Besok pagi-pagi buta, kita berkumpul di sini.”
Semua mengangguk setuju dan segera kembali ke rumah untuk tidur. Pemimpin ikan tidak bisa tidur dengan tenang karena membayangkan apa yang akan terjadi jika ikan Nila benar-benar marah. Pasti kediaman mereka akan dirusak dan membunuh mereka semua.
Pagi-pagi sekali, rombongan ikan-ikan kecil sudah menuju ke permukaan. Belum ada tanda-tanda kemunculan manusia yang akan memancing ikan dan belum juga ada si Nila serakah itu. Setelah mendapat makanan yang cukup, ikan-ikan kecil segera menuju ke dasar. Hingga matahari terbit, ikan Nila baru saja sampai di permukaan.
Betapa terkejutnya ia bahwa makanan yang biasanya sangat banyak sekarang berkurang setengahnya.
“Siapa yang berani mengambil makananku.” Ikan Nila pergi ke permukaan dengan kecepatan dan amarah yang besar hingga ia tak tahu kalau ada perangkap jaring di bawah yang dipasang oleh pemancing ikan.
“Aaa, tolong aku.” Kini suara ikan Nila menggema karena hanya ia sendiri yang terkena jaring. Ia terperangkap.
Ikan-ikan kecil heran, kenapa Nila tidak menghampiri mereka. Bukannya makanan Nila hanya tersisa setengah. Pertanyaan itu muncul di benak setiap ikan-ikan kecil. Ikan Gurame yang heran, langsung memeriksa ke atas. Ia mendapati Nila sudah tak berdaya. Nila terperangkap dalam jaring yang sengaja dipasang oleh manusia. Ikan Gurame berbalik karena ia tahu pasti masih ada banyak jaring di sekitar sini.
“Pengumuman-pengumuman. Aku tak tahu harus sedih atau gembira, ikan Nila terjebak di jaring pemancing manusia” kata Gurame dengan napas tersengal.
“Benarkah? Kita harus bahagia karena ini adalah awal mula kita akan hidup tenang.” Kini ikan Lele di lumpur bawah yang menyahut.
“Benarkah? Kalau begitu, kita rayakan kepergian ikan sombong dan serakah itu,” seru ikan-ikan kecil dengan girang.
Mereka mulai merencanakan pesta untuk merayakannya. Hingga ada yang berpendapat untuk membuat patung Nila jahat tersebut, tetapi tidak disetujui oleh pemimpin mereka karena itu adalah hal buruk. Ya, itu hal buruk karena merayakan kepergian kawanan itu sangat tidak bermoral. Seharusnya kita turut berduka cita walaupun dulu Nila sangat suka berlaku kejam terhadap ikan-ikan kecil.
Sejak saat itu, ikan-ikan kecil hidup bahagia tanpa ada rasa takut akan kekejaman sang nila. Mereka sudah bebas ke sana ke mari walaupun awalnya mereka masih dilanda yakin akan kemunculan Nila lagi. Namun, setelah beberapa hari ini memang benar ikan Nila sudah tidak ada di danau ini.
Kini mereka juga mulai membangun tempat yang nyaman dan tempat pengungsian jika sewaktu-waktu ada ikan kejam lagi seperti Nila. Mereka akan mengungsi ke tempat tersebut. Ikan-ikan kecil kini memilih hidup dengan saling tolong menolong, tidak boleh saling menyalahkan, bijaksana, dan saling memaafkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Dongeng
FantasyDongeng? Cerita yang tidak benar-benar terjadi. Ini hanya sebuah cerita khayalan semata.