Wanita Buruk Rupa

235 6 1
                                    

Wanita Buruk Rupa
Oleh: Lidia Novita Putri

Dahulu kala hiduplah sebuah keluarga yang sangat miskin. Mereka adalah sepasang suami istri. Pak Dino bekerja sebagai seorang petani di daerahnya. Pak Dino dan Bu Ina dikaruniai seorang putri yang memiliki wajah buruk rupa—bernama Azizza. Namun, dengan wajah Azizza yang buruk, Pak dino tidak menerima kenyataan tersebut.

Pada akhirnya ketika Azizza berumur seminggu, Pak Dino ingin membuang Azizza tanpa diketahui oleh Bu Ina. Malam hari pun tiba. Ketika Bu Ina tertidur lelap, Pak Dino langsung membawa Azizza pergi dari rumahnya. Saat jam sudah menujukan pukul 22.00, Pak Dino meletakan Azizza di sebuah rumah yang sangat megah dan mewah.

Rumah itu ditempati seorang janda bernama Lasmi yang tidak memiliki anak karena setahun silam, suaminya mengalami kecelakaan saat pulang kerja. Setelah Azizza diletakan di rumah mewah dan megah tersebut, Pak Dino mengetuk pintu rumah tersebut. Sebelum pintu terbuka, Pak Dino sudah meninggalkan tempat itu.

Seorang asisten rumah tangga yang bernama Nani keluar dari dalam rumah. Dia terkejut melihat ada seseorang meletakan bayi di teras rumahnya. Nani pun teriak ketakutan memanggil majikannya.

“Nyonya ... Nyonya .... Lihat, ada seseorang yang meletakan bayi di teras rumah.”

“Astagfirullah. Siapa yang tega membuang dan meletakan bayi ini di depan rumah. Tega sekali dia.”

“Saya tidak tahu, Nyonya karena pas saya keluar tadi, tidak ada siapa-siapa. Saya hanya menemukan surat dan kalung saja.”Nani pun memberikan surat dan kalung tersebut kepada Lasmi.

Dear anakku.
Maafkan kami sudah membuangmu dan menelantarkanmu, Nak. Semoga kamu mendapatkan kehidupan yang lebih layak lagi, Nak. Semoga orang tua barumu menyayangimu dengan sepenuh hati. Aku mohon, rawatlah anak ini yang sudah kuberi nama Azizza. Rawatlah dia dengan sepenuh hatimu dan jangan biarkan dia kesusahan. Terima kasih karena sudah ingin merawat dan membesarkan anakku.
Salam.

“Sudah mari kita bawa masuk. Bereskan tempat tidur untuk anak ini,” ujar Lasmi.

“Baik, Nyonya.”

👶👶👶

Matahari mulai terlihat. Pukul 06.00 Bu Ina pun terbangun. Tanpa ia sadari bahwa anaknya sudah tidak di rumah. Ketika Bu Ina membuat sarapan dan ingin memberi ASI kepada Azizza, dia terkejut. Anaknya hilang dan tidak ada di tempat tidur. Bu Ina berteriak hingga Pak Dino terkejut dengan teriakannya.

“Bapak, Pak ... Cepat, sini. Azizza hilang, Pak,” ucap Bu Ina dengan nada khawatir.

“Sudah, kamu jangan khawatir dan kamu nggak perlu cari anak itu lagi karena dia sudah bersama orang tua barunya yang menjamin kehidupannya.”

“Maksud Bapak apa?” tanya Bu Ina dengam nada kesal.

“Iya, dia sudah aku letakkan di sebuah rumah seorang janda kaya yang pasti memiliki kemewahan dan menjamin semua kebutuhan anak kita. Satu hal yang kamu harus tahu, aku malu memiliki anak yang wajahnya sangat buruk.”

Setelah Pak Dino menceritakan semua yang terjadi di malam itu, Bu Ina merasa terpukul. Ia langsung bergegas mencari Azizza. Namun, dia tidak menemukannya. Hingga beberapa tahun kemudian, Azizza yang memiliki wajah buruk sudah dewasa. Wajah buruk rupa berubah menjadi cantik karena orang tua angkatnya melakukan operasi plastik agar Azizza tak malu dengan wajah tersebut.

Setelah Azizza melakukan operasi, dia tak menyangka dirinya akan memiliki wajah secantik dan seputih ini.

“Astaga. Dok, apakah benar ini wajah saya?” tanya Azizza.

“Iya, ini benar wajah baru yang kamu miliki.” Dokter itu tersenyum.

Betapa bahagianya Azizza melihat wajahnya yang kini tampak cantik dari sebelumnya. Namun, setelah sampai di rumah, Azizza mencari sesuatu yang menurutnya tertinggal di kamar ibunya. Dia terus mencari barang itu sampai akhirnya yang tersisa hanya satu lemari saja yang belum dibuka.

Azziza belum mengetahui siapa orang tua kandung yang sebenarnya. Sampai pada akhirnya, semua itu terbongkar karena Azizza menemukan sebuah surat dan kalung miliknya semasa dia masih bayi. Azizza pun bertanya pada ibunya.

“Ibu, apakah benar aku bukan anakmu?”

“Mengapa kamu bertanya seperti itu, Nak?”

“Jawab jujur, Ibu. Aku menemukan sebuah surat dan kalung di lemarimu.”

Lasmi terdiam dengan perkataan Azizza. Dia lalu menceritakan yang sebenarnya kepada Azizza mengenai dirinya.

“Iya, Nak. Itu semua benar. Dulu ketika kamu masih bayi, kamu ditemukan di teras depan rumah. Di situ hanya ada sebuah surat dan kalung. Akan tetapi, Ibu tidak tahu siapa yang menelantarkanmu. Namun, sepertinya orang tuamu menelantarkanmu karena kondisi ekonomi mereka yang tidak mampu untuk kebutuhan sehari-hari. Malam itu, Ibu langsung membawamu masuk ke dalam rumah dan merawatmu seperti anak Ibu sendiri.”

“Lalu bagaimana dengan orang tua kandungku sekarang, Bu? Di mana mereka tinggal? Aku ingin mencari mereka.”

“Sampai saat ini, Ibu juga belum tahu di mana orang tua kandungmu.”

Azizza merasa terpuruk mendengar Ibu angkatnya bercerita tentang waktu dia masih kecil dan ditelantarkan.

👶👶👶

Satu tahun telah dilewati Azizza. Akhirnya Azizza menemukan orang tua kandungnya. Dia menangis melihat kondisi orang tuanya. Kedua orang tua Azizza tak mengenalinya sama sekali karena dia telah melakukan operasi plastik.

“Bapak, Ibu. Aku sangat merindukan kalian,” ucap Azizza sedih.

“Maaf, Nak. Mungkin kamu salah orang. Kami memang memiliki putri, tetapi tidak secantik kamu, Nak,” ujar Pak Dino.

“Ini aku, Pak, Bu. Anak yang kalian telantarkan di sebuah rumah mewah dan megah.”

“Apa benar ini anakku? Jika benar, betapa cantiknya sekarang kamu, Nak,” sahut Bu Ina.

Pak Dino dan Bu Ina terkejut melihat wajah Azizza yang begitu cantik. Sampai- sampai mereka tak mengenalinya.

“Iya, Bu. Ini benar, aku anakmu.”

Pak Dino langsung meminta maaf kepada Azizza karena telah ditelantarkan olehnya semasa kecil. Dia merasa bersalah terhadap Azizza. Pada akhirnya, Azizza membawa orang tuanya ke rumah Ibu angkatnya. Azizza mengajak otang tuanya tinggal bersama mereka.

“Ibu, apakah orang tuaku boleh tinggal bersama kita?” tanya Azizza.

“Iya, Nak. Tentu saja boleh,” jawab Bu Lasmi.

“Terima kasih, Bu telah mengizinkan kami tinggal di sini. Kami sangat bersyukur bisa tinggal di tempat yang nyaman dan indah ini,” ucap Pak Dino.

“Sama-sama, Pak.”

Pada akhirnya, mereka hidup damai dan bahagia. Penuh keharmonisan di dalamnya.

Tentang Penulis:
Lidia Novita Putri, lahir di Bandar Lampung pada tanggal 09 November 2001. Sedang menjalani studi di Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi, Bekasi menuju S.Tr pada waktu kurang lebih tiga tahun yang akan datang. Sudah menulis sejak lulus SMA. Namun, baru mempublikasikan cerita-cerita dan puisinya saat duduk di bangku kuliah. Hari-harinya sekarang ia lewati dengan kegiatan berkuliah dan terus menulis saat waktu senggang.

Antologi DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang