12. Hak

21.9K 1.1K 41
                                    

Bab - 12

(Hak Bayu)

🍁🍁🍁🍁🍁

...

18+ (warning!)

...

Hari sudah malam. Aku sedang duduk di ruang tamu sambil menatap laptop, dan menggarap foto-foto anak-anak yang sudah aku potret tadi. Semuanya akan aku cetak, dan akan aku berikan pada mereka. Untung saja, mas Bayu juga membeli printer.

Sesekali aku menghentikan pekerjaanku karena aku bersin-bersin setelah mandi sore tadi. Setelah sampai dari tempat bermain, mas Bayu langsung menyuruhku untuk mandi air hangat. Setelah itu aku memakai jaket agar tubuhku tetap hangat.

Mas Bayu menghampiriku dan menaruh susu coklat hangat di samping laptop, dan dia duduk di sampingku. Ikut melihat layar laptop yang menampilkan banyak foto anak-anak tadi.

"Diminum dulu Dek, biar hangat," ucapnya lembut.

Aku tersenyum dan meraih gelas itu, kemudian meminumnya sedikit dan menaruh kembali gelas itu diatas meja.

"Mas ...," lirihku, dan menatapnya dalam, "maafin aku ya Mas, tadi aku sudah bersikap kasar dan nggak nurut sama kamu," kataku, tulus dari hati yang paling dalam.

Mas Bayu tersenyum dan meraih jemariku dan menggenggamnya. "Mas sudah memaafkan kamu tanpa kamu meminta maaf, Dek," ujarnya.

"Mas nggak marah sama aku? Aku 'kan suka jutek dan ketus sama kamu."

"Mas ndak bisa marah sama kamu, Sayang."

Aku tersenyum senang dan perasaanku lega mendengar jawabannya.

"Bagus-bagus Dek, fotonya. Mas juga pengin difotoin." Mas Bayu melirik pada laptopku yang menyala dengan senyum manis yang menampilkan gigi-giginya.

"Boleh, besok aku fotoin," kataku senang, dan kembali menghadap laptop.

"Mas pengin foto berdua bareng kamu, Dek."

"'Kan waktu nikahan, kita foto berdua," tukasku dengan nada jahil.

"Beda toh, Dek. Mas pengin foto berdua kayak orang pacaran." Mas Bayu mencebik.

Aku menghentikan gerakan tanganku yang sedang menari-nari di atas laptop. Menoleh sepenuhnya menatap mas Bayu dan tersenyum simpul.

"Maksud mas, gimana?" Aku pura-pura polos, masih ingin mengerjainya.

"Kita kan ndak pernah pacaran, toh, jadi Mas pengin kita pacaran, Dek," ungkapnya. Alisnya naik turun menggoda, dan mas Bayu mengerling padaku.

"Iya-iya besok kita foto berdua, oke?" Aku menutup laptop dan beranjak ke kamar, meninggalkannya sendirian di ruang tamu.

Aku menutup pintu kamar dan berjalan menuju meja rias dan menaruh laptop di sana. Tak diduga mas Bayu mengikuti ku, dan mengunci pintu kamarku, tadi aku lupa menguncinya.

Dia berjalan menghampiriku dan memelukku dari belakang, posisiku masih berdiri sekarang. Aku terkesiap saat mas Bayu memelukku, tanganku memegang tangannya yang melingkar diperut, berusaha melepaskannya. Namun, mas Bayu mengeratkan pelukannya.

Seketika perasaanku jadi tak enak.

"Dek ... Mas sayang sama kamu ... Mas cinta sama kamu ... ." Suaranya terdengar serak.

Wajah mas Bayu menempel di pipiku sesekali dia mencium dan menghirup udara di tengkukku. Membuatku seketika meremang.

"M-mas... ." lirihku.

Mas Bayu membalik tubuhku menghadapnya, dan memelukku dari depan. Dia sedikit menekan ku kebelakang, hingga tubuhku menempel dengan meja rias. Kami begitu dekat sekarang.

"Mas, kamu ... Benar-benar mencintaiku?" tanyaku, seraya menatap netranya dalam.

Mas Bayu mengangguk dan menempelkan kening kami. "Mas sangat mencintai kamu Dek, sejak pertama Mas melihatmu," jawabnya.

Aku percaya dengan ucapannya. Terbukti dengan semua perhatian yang dia berikan padaku, meskipun aku selalu bersikap buruk dan tak menerimanya dalam kehidupanku.

"Dek, izinkan Mas menyempurnakan pernikahan kita," bisiknya, "Mas ndak tahan, Dek ... Apalagi setelah kemarin kamu meminta Mas, menemani kamu tidur disini. Mas semakin ndak kuat." Tatapan mas Bayu sayu, dia sudah dikuasai nafsu.

Dia menjauhkan wajahnya dan menatapku lembut. Ingin aku bersuara, tapi rasanya tenggorokanku tercekat.

Mas Bayu mengecup bibirku sekilas, wajah kami begitu dekat. "Cuma kamu wanita yang mas cintai," ucap mas Bayu lirih. Mata mas Bayu sudah gelap oleh kabut nafsu, dan dia kembali melumat bibirku dalam.

Aku berontak kecil, namun itu tidak mengurungkan gerakan mas Bayu. Justru gerakan tangannya semakin intens dan bergerak kebagian lain, hingga dia berhasil membawaku keranjang.

Mungkin ini memang sudah saatnya aku menerima mas Bayu, dia pria yang baik. Aku harus berbakti padanya, seperti pesan mama dan papa. Lakukanlah mas, aku pasrah.

🍁🍁🍁🍁🍁

Mataku mengerjap dan perlahan terbuka. Aku melirik jam di dinding, sudah hampir jam empat, sebentar lagi subuh.

Aku mengalihkan pandangan ke samping, dimana mas Bayu masih terlelap. Tidurnya terlihat tenang dan pulas. Pipiku terasa panas dan merona, ketika bayangan kejadian semalam kembali teringat. Dia berhasil memilikiku sepenuhnya.

Perlahan aku bangkit dan duduk ditepi ranjang, memejamkan mata menahan sakit di area ... Sudahlah. Aku beranjak keluar kamar dan menuju dapur. Mengambil segelas air dan menenggaknya hingga habis. Setelah itu aku pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri.

30 menit berlalu, aku sudah selesai mandi dan keramas. Handuk kecil melilit di kepalaku, agar rambut panjang ku yang basah tidak menempel di kaus yang aku pakai. Aku duduk dimeja makan dan menempelkan wajahku di sana. Semalam tidurku tidak nyenyak, menahan perihnya ... Ya, itulah.

"Dek ... ."

Aku mengangkat wajahku dan mendongak, mas Bayu sudah berdiri didepan ku. Sudah adzan subuh, mungkin dia terbangun karena mendengarnya. Mas Bayu duduk di sampingku dan mengusap pipiku lembut.

"Kamu kenapa Dek, kamu kelihatan, lesu?" tanyanya pelan.

"Perih, Mas ...," jawabku lirih.

Mendengar jawabanku, mas Bayu terlihat kikuk dan sedikit tegang. Lucu juga, mukanya. Sampai aku harus menahan bibir agar tidak melengkung.

"E-emh ... M-mas, Minta maaf," ucapnya pelan, sorot matanya menyiratkan rasa bersalah.

"Enggak apa-pa, besok juga pasti hilang perihnya," kataku, sambil menahan senyum. "Sudah subuh, Mas enggak mandi?" tanyaku kemudian.

Mas Bayu salah tingkah, mukanya merah dan tak berani menatapku. "Mmm... I-iya, Mas mandi dulu, ya."

Dia beranjak dan pergi ke kamar mandi, masih salah tingkah. Aku terkikik setelah dia masuk ke kamar mandi. Ternyata dia lucu juga kalau lagi salah tingkah.

Dinikahi Pemuda DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang