09. Menjaga

15.3K 1K 8
                                    

Bab - 09

( Bayu Menjaga Naira)

🍁🍁🍁🍁🍁

...

Aku pergi dengan membawa kamera yang aku taruh di tas, meninggalkan mas Bayu yang masih duduk dimeja makan. Aku pikir, dia bakal cegah atau ngejar aku, ternyata harapan tinggal harapan.

Dasar, nggak peka! jerit batinku. Tapi kalau dipikir-pikir peka untuk apa? Sikapku saja selalu ketus dan jutek sama mas Bayu.

Aku berjalan gontai tak tahu mau kemana. Perasaan kesal semakin mencokol di hati mendapati kenyataan, mas Bayu yang tak mempedulikanku.

Langkahku terhenti didekat sungai, saat aku melihat dibawah sana beberapa anak sedang bermain dan berenang. Aku segera mengambil kamera di tas dan berjalan menuruni jalan setapak yang membawaku mendekat pada mereka.

"Dek, kakak ikut main, ya?!" teriakku pada mereka dan tersenyum senang.

Mereka menoleh dan mengangguk. "Boleh kak, ayo main sini," balas mereka.

"Kakak boleh foto, kalian nggak?" tanyaku.

"Foto? Wah mau-mau!"

"Jarang-jarang kita bisa difoto, yo." Mereka tampak antusias mendengar akan aku foto.

"Kalian main saja, nanti kakak fotoin kalian yang lagi main. Ayo!" suruhku.

Mereka kembali bermain air, sesekali aku mengarahkan mereka untuk melihat ke arah kamera dan tersenyum. Mereka tampak bahagia, dan hasil jepretanku tampak natural. Kegiatan anak-anak yang bermain di sungai ini seakan bisa menjadi objek untuk bernostalgia pada zaman dulu.

Hari semakin sore, matahari sudah berada di ujung barat. Aku dan anak-anak itu sedang duduk dipinggir sungai sambil melihat hasil jepretanku tadi. Cukup banyak foto yang aku ambil. Aku terhanyut dengan suasana pedesaan, dan terlalu asik dengan anak-anak ini.

"Bagus 'kan hasilnya?" tanyaku pada mereka sambil memperlihatkan kameraku.

"Wah bagus, yo. Gambar kita jadi ganteng dan ayu," kata salah satu anak lelaki di sampingku, namanya Pandji.

"Mbak yu, aku mau fotonya dong, nanti aku mau tempel di kamarku sama ibu." Anak perempuan di depanku memelas, namanya Dea.

"Gampang. Nanti kakak cetak fotonya dan kalian nanti Kakak kasih. Tapi besok mau enggak, difoto lagi?"

"Mau."

"Mau, mbak!"

"Fotonya sering-sering saja mbak!"

Mereka bersorak gembira dengan tawaranku.

"Oke-oke, besok kalian kumpul aja disini ya. Tapi besok fotonya jangan disini, kita cari tempat lain. Biasanya kalian main apa saja?"

"Banyak, mbak. Main englang, kelereng, tentara-tentaraan pakai gedebog pisang, banyak deh," jawab Pandji antusias.

"Ya sudah, besok kalian bawa mainan kalian itu ya. Nanti kakak mau lihat, cara mainnya gimana. oke?"

"Oke!" Jawab mereka serempak.

"Dek!"

Aku dan anak-anak menoleh pada seseorang yang baru saja memanggilku. Posisi sungai yang sedikit lebih bawah membuat kami harus mendongak melihat orang itu.

Di Sana, mas Bayu berdiri dengan senyum yang mengembang dan berjalan perlahan menuruni jalan setapak menghampiri kami.

"Ternyata kamu disini. Mas, cari kamu kemana-mana, tadi," katanya.

Dinikahi Pemuda DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang