"Mas."
"Hm?"
"Pernah nggak kepikiran kalo gue tiba-tiba pergi aja gitu?"
Mata Wonwoo terfokus ke langit-langit kamar Mingyu, langit-langit yang sekarang penuh banyak bintang. "Kayak gue tiba-tiba ternyata besok mati gitu." lanjut Wonwoo tanpa mengalihkan pandangan.
Mingyu yang ditanya hanya menoleh ke arah Wonwoo. Matanya menatap Wonwoo sendu, tidak tau harus membayangkan atau memikirkan hal seperti itu. Pertanyaan Wonwoo lumayan menohok buat dia, karena sepertu mengingatkan dia dengan orangtuanya.
Mingyu yang terlihat sesempurna itu punya banyak kekurangan. Kedua orangtuanya udah berpulang setelah beberapa Mingyu lahir. Kecelakaan pesawat yang merenggut masa kecil Mingyu, membuat Mingyu harus besar dengan tangan neneknya yang sekarang pun ikut berpulang.
Kalau ditanya Mingyu punya siapa untuk bertumpu, jawabannya adalah tidak ada. Semuanya udah pergi dan itu cukup membuat Mingyu tidak tau harus berpikir apa lagi. Apalagi harus memikirkan jawaban dari pertanyaan Wonwoo yang jelas-jelas membuat dia teringat.
Jika diibaratkan, Wonwoo adalah opsi terakhir di hidupnya. Rasanya seperti rumah baru untuknya, hangat dan membuatnya aman. Perasaan yang bahkan tidak pernah Mingyu dapatkan dari siapapun.
Kalau harus kehilangan Wonwoo, mungkin Mingyu tidak tau harus berbuat apa lagi.
Mingyu akan kembali hilang arah, kembali tidak ada tujuan untuk pulang.
"Entah. Saya nggak bisa bayangin sama sekali."
Suara serak Mingyu perlahan membuat Wonwoo menoleh, melihat Mingyu yang tersenyum. Wonwoo dapat melihat Mingyu beberapa kali menelan salivanya, berusaha membasahi tenggorokannya.
"Kenapa gitu?" tanya Wonwoo sambil memiringkan badannya.
Tangan kanan Wonwoo hanya mengelus pipi Mingyu, melihat Mingyu yang menatap dia lekat. "Ya karena nggak ada bayangan. Mungkin saya terlalu bahagia sama kamu sampe nggak pernah ngebayangin kalo kamu harus pergi." ucap Mingyu.
Mata Mingyu yang sebelumnya biasa aja mendadak berair. Tatapannya masih ke arah yang sama, menatap mata Wonwoo. "Rasanya sakit banget kalo harus bayangin itu." katanya dengan suara serak.
"Udah udah." kata Wonwoo sambil meluk kepala Mingyu
Mingyu yang dipeluk langsung memeluk Wonwoo erat, "Saya udah di tahap nggak tau harus apa kalo kamu ikutan pergi." lirihnya di pelukan Wonwoo.
"Aku udah terlalu lelah berdiri sendiri, Won."
Piyama hitam Wonwoo perlahan terasa basah, sebab lelaki yang sekarang dalam rengkuhannya menangis. Tangannya meremat bagian belakang piyama Wonwoo, membuat lelaki yang dipeluk merasa bersalah karena pertanyaannya.
Wonwoo hanya diam di tempatnya, mengelus surai rambut lelaki dipelukannya, "Aku nggak pergi, Mas. Aku nggak pergi." bisiknya menenangkan lelaki itu.
Mingyu mengeratkan pelukannya, "Semua orang bilang begitu, Won. Mereka pun bilang begitu. Nggak akan pergi, tapi ternyata pergi." ucap Mingyi dengan suara gemetar.
"Jangan mengatakan apapun yang bahkan kamu sendiri nggak bisa jaga itu, Won,"
"Karena itu menyakitkan."
Wonwoo terdiam di tempatnya. Dirinya terlalu sibuk dengan pikirannya, melupakan perasaan lelaki yang bersandar di pelukannya. Wonwoo sadar hari ini dirinya melakukan kesalahan fatal, membuat lelaki itu kembali ke luka masa lalunya. Luka yang dia buat untuk mengurangi rasa sepi di hatinya.
Tangannya merengkuh erat lelaki di pelukannya, "Terima kasih Mas Mingyu." kata Wonwoo lirih.
"Terima kasih sudah bertahan sampai hari ini."
"Aku bangga banget sama Mas Mingyu."
Untaian kalimat yang keluar dari mulut Wonwoo membuat lelaki itu menangis kencang dipelukannya. Perjuangannya sampai sekarang seakan-akan terbayar dengan untaian kalimat Wonwoo. Kalimat sederhana yang bahkan tidak bisa dibeli apapun.
Aku bangga sama kamu.
Terima kasih sudah bertahan.
Sederhana, tetapi efeknya luar biasa untuknya.
"Aku sayang Mas Mingyu, terima kasih sudah ada disini bareng aku." kata Wonwoo sambil mengecup kening Mingyu.
💚💜🚪
Aku nggak begitu pede sih buat chapter ini karena saking udah lamanya nggak buat yang sedih-sedih dan pendek...........
Tapi semoga chapter ini bisa menghibur kalian❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Flatmate! ✿ Meanie✔️
Fanfiction[AU] Setelah 1 tahun ngontrak sendirian, Wonwoo akhirnya punya flatmate. ( Cerita ini mengandung boys love, kata-kata kasar, kelakuan yang bikin uwu-uwu, dan kalimat non-baku. Pembaca dimohon untuk bijak mempertimbangkan diri sebelum membaca cerita...