MAAF!

930 142 27
                                    

"Jangan kaya gini lah yang," ujar Raga memelas.

Jennar duduk menyampingi pemuda itu, keduanya berada ditaman belakang rumah Joy sang empunya rumah asik sendiri diruang tv.

"Coba periksa berapa kali aku telfon aku chating? gak ada satupun kamu respon?"

Jennar mendelik tak terima disalahkan menoleh kepada Raga dengan wajah bengis.

"Terus salah gue??!"

Raga melotot mendengar jawaban ketus Jennar, kemudian pemuda tampan itu meraih tangan Jennar menggenggamnya erat dan meyakinkan.

"Jangan gini yang, aku sakit kalau kamu gini."

"Lo doang emang yang sakit gue enggak? lo yang salah kenapa gue yang disalahin sih??!

"Yang, please? dengerin aku ngomong dulu kita bakal gini terus sampe besok kalau kamu gak mau denger."

"Huffft!! ayo putus Ga, gue gak bisa udah berapa kali lo gini terus aja minta maaf sampe Anin sama Amir jadian!!"

"Yang apaan sih putus putus, tiap berantem putus terus yang kamu omongin!! entar nikah mudah banget minta cerai."

"Yeee siapa yang mau nikah sama elu sih?!!"

"Yang?"

Jennar melepas genggaman tangan Raga dengan wajah datar tak berperasaan.

"Silahkan bersenang senang dengan dunia lo, gue gak bisa bersama dengan orang yang gak pernah bisa menepati ucapannya sendiri."

Raga maju kembali meraih tangan Jennar dan Jennar dengan cepat berusaha melepaskannya.

"Jangan gini yang please," rengek Raga kali ini dengan mata berkaca kaca. "Aku gak sengaja ketemu bang Sean disana sumpah demi Tuhan," lanjut Raga lagi kali ini duduk dihadapan Jennar.

"Gue emang lebay si Ga, tapi apa yang bisa diharapin dari orang yang gak bisa jaga omongan nya sendiri? inget kejadian kemarin kan? kamu janji apa sama aku?" cerocos Jennar dengan sedikit terisak.

"Jangan nangis aku jahat banget kalau kamu sampe begini."

Raga maju ingin memeluk Jennar tapi dengan cepat pula Jennar menolak rengkuhan pemuda itu, pelukan yang menghangatkannya beberapa bulan terakhir ini.

"Yang," ujar Raga frustasi. "Jangan gini aku mohon banget aku jauh-jauh kesini buat jelasin ke kamu kalau aku mau main-main sama kamu bisa aja aku nungguin kamu balik ke kosan besok, tolong jangan kaya anak kecil gini yang."

Jennar mendengus kasar hatinya ngilu mendengar ucapan Raga barusan, anak kecil.

"Gue emang anak kecil Ga, tapi otak gue bisa nalar lagi gimana sakitnya ditinggal pergi sementara lo udah janji dari seminggu yang lalu eeh tiba-tiba dibatalin sepihak dan gak lama kemudian yang ngebatalin janji dengan senyum lebar selfie sama CEWEK LAIN CATAT CEWEK LAIN SEMENTARA PACARNYA DITINGGAL SENDIRI DAN ITU MALAM MINGGU??! sekarang dibalik deh kalau gue yang begitu apa yang bakal lo lakuin??"

Raga diam terkejut dengan ucapan sadis Jennar.

"See?? lo aja gak bisa jawab kan?!"

"Nar," kata Raga lagi masih dengan perasaan sakit.

Jennar menepuk pundak Raga menenangkan pemuda itu kemudian menghembuskan nafasnya pelan.

"Pulang ke Jakarta hati-hati, maaf," ujar Jennar kemudian beranjak meninggalkan Raga yang masih diam.

"Kita beneran putus??" tanya Raga kembali dengan pandangan nanar tak percaya. "Segitunya kamu gak percaya sama aku? baik aku turutin mau kamu!"

RUMAH BERATAP BOUGENVILLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang