•PERCAYALAH NYAMAN ITU JEBAKAN•
*******
"Woiii."
Teriakan cempreng Joy dan Anin sontak membuat Jennar duduk dari tidurannya, kedua temannya itu sudah nyengir kuda di depan pintu kamar.
"Kangen iih," seru Joy kemudian berlari menghambur memeluk Jennar yang masih bengong.
"Ngapain pada kesini sih?" tanya Jennar dengan kening berkerut.
Anin masih cengengesan seraya memasuki kamar Jennar. "Kata Bintang lu sakit? emang iya?"
Jennar mengangguk lesu, Joy meraba dahi Jennar dengan telapak tangannya kemudian gantian meraba dahi Anin.
"Gue kagak sakit monyet!!"
Joy kembali cengengesan, "kali aja habisnya hari ini dia marah melulu pusing gue dengernya," celah Joy seraya mengadu kepada Jennar, sementara Jennar sudah geleng-geleng kepala melihat kedua temannya.
"Kenapa gak jadi pulang? padahal udah gue bela-belain beli minuman legend," tanya Anin kali ini.
Joy merotasikan matanya tak segan menoyor Anin dengan kuat, "extrajoss sama kratindeng? buset."
Jennar terbahak kali ini melihat keduanya, rasanya sudah lama mereka bertiga tak pernah lagi berbicara seabsurd ini saling menyela mengutarakan perasaan masing-masing dan umpatan-umpatan kecil seperti dulu, tanpa sadar air matanya menetes perlahan diiringi segukan pilu sang gadis mungil.
Joy dan Anin menoleh dengan dahi berkerut kemudian saling berpandangan mencari tau melalui mata keduanya.
"Kenapa pake acara nangis sih? elaah gak suka nih gue yang begini," oceh Anin tak terima.
"Ck!! apaan sih," umpat Joy kepada Anin lalu menoleh kembali kepada Jennar meraih kedua tangannya. "Ada apa? kangen nyokap? bokap?"
Jennar menggeleng tangisnya semakin menjadi, "kangen kalian hiks."
"Aaah, jangan gini aah!! sini peluk," kata Joy kemudian memeluk Jennar dan ikut menangis.
"Astaga kalau ada lomba nangis udah menang ini berdua," oceh Anin lagi.
Joy menendang kaki Anin dengan bengis tak terima diejek demikian.
"Sakit kampret," umpat Anin kesal. "Ada apa deh Nar? ada yang nyakitin lo lagi? iya?"
Jennar geleng-geleng kepala di dalam dekapan Joy, Anin sudah tersenyum mengejek melihat keduanya.
"Gak mau peluk gue lo," rengek Jennar.
"Gak!"
"Yaudah sana pulang, temen gue cuma Joy," balas Jennar seraya melepaskan pelukannya. Sementara sang Matahari sudah membusungkan dada bangga.
"Dih," umpat Anin tak terima.
"Baik-baik aja kan lo?" tanya Joy sambil menyeka airmatanya. Jennar mengangguk mengiyakan.
"Lagi gak berantem kan?" selidik Anin dengan mata memicing. Kembali Jennar menggeleng.
"Peluk," pinta Jennar kepada Anin dengan tangan sudah direntangkan.
Anin maju mau tak mau seraya menghela nafas pelan, membalas pelukan sahabatnya itu.
"Iya, Sainem apa sih yang enggak buat lo," ucap Anin dengan senyum lebar.
Joy terbahak melihatnya.
Jennar menyeka air matanya selepas berpelukan dengan Anin, menatap keduanya dalam.
"Janji ya kita harus bahagia apa pun itu," pinta Jennar dengan mata membulat. "Nanti kalau kita udah gak sama-sama lagi tolong diingat kita pernah sedekat ini, kalaupun kita udah hidup masing-masing tolong jangan dilupain kalian punya ibu kos galak macam gue."
"Kenapa gini sih, aah gak suka," oceh Joy tak terima. Anin sudah menoyornya dengan kuat.
"Kalian berdua harus bahagia, janji sama gue. Lo berdua ketemu gue dijalan kagak noleh gue jambak rambut lo berdua, inget ya!!" ancam Anin dengan sok garangnya.
"Tetep aja mau ngehajar orang, kurang-kurangin lo kasihan Amir," ejek Joy.
"Kagak ada hubungannya Sapri," balas Anin kembali menoyor kepala Joy.
Jennar terkekeh memperhatikan kedua teman tercintanya, senyum nya kembali pilu.
"Gue sayang sama lo berdua, yang akur ya?" ucap Jennar lantang sedikit bergetar.
Anin dan Joy diam menoleh dengan senyum tipis.
"Ada apa?" tanya Anin lagi.
Joy menunggu jawaban Jennar dengan mata mengerjap.
"Gue kayaknya gak tinggal dikosan lagi mulai hari ini, eyang minta temenin. Kasihan juga udah tua mbak Lastri juga udah gak tinggal disini heheh."
Joy dan Anin diam mencerna ucapan Jennar.
"Lo berdua yang akur dirumah, mbak Alana habis wisuda langsung pindah. Abang nyusul juga pulang kampung setelah dia kelar wisuda, Sega mungkin akhir bulan pindah kemarin udah pamit heheh."
"Sepi dong rumah?" tanya Joy dengan wajah meweknya.
"Enggak lah, entar bakal ada yang ngekos lagi kok, jangan sok senior lo berdua awas aja kosan gue kagak ada yang mau nyewa," ancam Jennar lagi.
Anin sudah menghela nafas kasar, "akhirnya yang gue takutin kejadian, kita semua bakal dijalan masing-masing."
Jennar membelai rambut Anin pelan dengan senyum tipis, "lo harus baikan sama bokap Nin, sampe kapan mau kabur-kaburan begini?"
Anin mengangkat bahu tak tahu harus menjawab apa.
Joy mengangguk menyetujui ucapan Jennar.
"Yang penting gue punya lo berdua," teriak Anin puas. Kemudian menindih kedua temannya dengan sadis, Joy dan Jennar mengumpat dibawah badan tegap Anin sementara yang punya badan ngakak tak karuan mendengar makian yang kelak akan dirindukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH BERATAP BOUGENVILLE
RomansaRumah bergaya Belanda kuno tersebut nampak seram kejam dan dingin disaat malam, orang orang sekitar memanggilnya rumah bougenville karena hampir seluruh tampak depan rumah dikelilingi tanaman bougenville yang merambat.... Tapi, tunggu sampai semua p...