BANG IBAS

1K 147 20
                                    

Raga menyikut Jennar pelan, gadis itu sedang menunduk disampingnya, berdua mereka duduk manis dihalaman belakang istirahat sebentar setelah bermain raket tadi. Jennar tergadah mengernyit begitu mendapatkan Raga memberi isyarat dengan dahinya gadis itu pun menoleh kearah yang dimaksud Raga, dari arah rumah Ibas datang dengan senyum simpul seharian ini Jennar memang belum melihat batang hidung si Abang tertua yang Jennar tau beberapa hari ini Ibas jarang berada dirumah entah lah Jennar tak mau banyak bertanya takut mengganggu saja pikir gadis mungil itu.

"Abang mau kemana," kata Jennar basa basi begitu Ibas duduk ditengah tengah keduanya.

"Mau gangguin kalian."

Raga menoleh mencoba mencari tahu dari raut wajah abangnya itu, Raga menaikan alisnya tinggi tinggi begitu melihat kode dari Jennar.

"Bang gue masuk dulu ya," pamit Raga sopan.

"Lah mau kemana lo, yaelaah abang main main Ga mau gangguin kalian."

"Hahaha santai bang ada yang mau gue beli," saut Raga lagi kemudian berlari memasuki rumah dan tak lupa mengedipkan matanya kepada Jennar.

Jennar terkikik tertahan melihat kelakuan Raga barusan, tak lama Jennar kembali menoleh kepada Ibas yang sudah duduk bersilah disampingnya pandangannya lurus kedepan entah apa yang dikhawatirkan.

"Bang," sapa Jennar pelan. Tak ada jawaban sampai Jennar menyenggol bahu lebar sang abang. Pemuda itu menoleh kemudian tersenyum nyengir sehingga kedua matanya nyaris hilang, "ada apa?" tanya Jennar lagi.

"Hmm? ada apa kenapa dek?"

"Udah gak usah basa basi kalau mau curhat hayok aja Jennar mah."

"Hahahha keliatan ya? ck kenapa kalau soal beginian cepet banget tau nya si adek abang?" kata Ibas sambil membelai rambut Jennar lembut.

Jennar mengerling tertawa kecil, "abang kenapa?belakangan suka banget ngelamun kesambet baru tau rasa!"

"Hmm, gak tau Nar mungkin abang aja yang lebai kali ya?"

"Lebai gimana sih? gak ngerti Jennar."

"Seandainya nih ya, Jennar sama Raga tiba tiba harus LDR-an gimana Jennar nanggepinnya dek?" ucap Ibas agak serius terlihat dari wajahnya yang berubah panik.

Jennar diam sesaat seolah berfikir sampai suara deheman Ibas membuyar rumus sesat diotak gadis itu. "Ya gak gimana gimana bang, emang kenapa?kalau LDR-an antar daerah kota atau negara sih oke oke aja yang gawat itu LDR-an beda alam kan ngeri."

Ibas menoleh mengernyit kemudian tertawa ngakak mendengar jawaban aneh Jennar, dielusnya kepala Jennar kalau ini Amir atau Uman sudah dipastikan kepalanya bakalan ditoyor Ibas abis abisan.

"Bener juga ya?"

"Emang salahnya LDR-an apa bang? takut salah satu gak setia? atau Abang takut tiba tiba berpaling?" tanya Jennar lagi kali ini benar benar berfikir, "kan hubungan itu mau dia jauh atau dekat harus saling percaya? betul gak?"

Ibas tersenyum mengangguk mengiyakan ucapan sederhana Jennar.

"Terus masalahnya dimana? Abang takut gak setia?kalau mbak Al si pasti setia wong gak ada yang mau sama dia kok," ucap Jennar asal asalan. kemudian mendapat lirikan maut Ibas gadis itu hanya tersenyum mengangkat kedua jarinya membentuk huruf v.

"Abang kok heran ya kenapa kamu masuk Fk Nar, harusnya pisikologi nih kayak Alana," tanya Ibas mengalihkan pembicaraan yang mulai serius.

"Masih untung masuk Fk bang Jennar aja kaget bisa lolos hahaha kasihan tu temen duduk Jennar udah belajar sampe pagi eh gak lulus ck kejam bener dunia."

Ibas hanya tertawa seadanya mendengar ocehan Jennar, gadis ini unik bisa melegahkan ketika berbicara atau bercerita dengannya makanya Ibas langsung menghampiri Jennar ketika tahu gadis mungil ini sedang berdua saja dengan Raga lepas dari teman teman somplaknya Anin dan Joy.

"Emang mbak Al mau kemana?"

Ibas diam tak menjawab, sebenarnya Alana belum bercerita apapun kepada Ibas pemuda itu hanya tak sengaja ketika meminjam laptop Alana dan disana lah Ibas tau bahwa gadis itu akan segera melanjutkan kuliahnya ke Belanda setelah wisuda dan yang membuat Ibas semakin uring uringan Alana baru saja mendapatkan jadwal sidang skripsinya. Ibas hanya menunggu Alana untuk berbicara jujur padanya tapi sampai detik ini Alana tak mengeluarkan sepatah katapun Ibas jadi meragu apa yang harus dilakukannya, berhenti atau tetap bertahan.

"Lah ngelamun lagi, Bang Ibas!!"

Ibas mengerjap kaget lalu menoleh, Jennar sudah geleng geleng kepala melihatnya.

"Maaf maaf dek hahah."

"Gini ya Bang kalau abang yakin lanjutin kalaupun enggak buat yakin dong, berjuang aah teknologi udah maju kok jangan lembek cukup item aja yang jadi patung abang jangan."

"Sejak kapan adek abang jadi dewasa gini sih?" urai Ibas yang membuat Jennar tersenyum bangga. "Pantesan aja Raga udah ngebet banget pengen nikahin Jennar."

"Heh?!! paan si bang masih kecil nikah nikah sukses dulu baru nikah."

"Lah emang kalau nikah gak bisa sukses? bisa loh Nar lebih produktif malahan," tanya Ibas random.

"Yaudah abang aja ajak mbak Al nikah noh biar yakin, biar gak galau lagi," gerutu Jennar tak terima. "Eeh tunggu tunggu lah berarti kalau mbak Al pergi kamar kosan kosong satu dong? hmm mesti cari anak baru nih!!"

Ibas hanya tertawa ngakak mendengar kata kata Jennar, gadis itu kemudian menoleh mencubit pipi Ibas kemudian digoyang goyangkannya.

"Mulai hari ini Abang gak boleh galau galau lagi ngelamun sendiri lagi kayak ayam nelen karet, kalau ada apa apa cari Jennar yang selalu siap membantu Abang siang dan malam, oke?" perintah Jennar yang menunjukan jempol nya kepada Ibas.

Ibas meringis kesakitan menahan cubitan dipipinya, pemuda itu mengangguk mengerti yang kemudian diaminkan Jennar dengan rasa puas.

"Jennar pengen bakso bang, jajanin ya? lagi gak bokek kan?"

Ibas kembali mengangguk mengiyakan ucapan Jennar, gadis itu tersenyum lebar dengan mata berbinar.

"Aah mata ini yang dulu bikin gue jatuh cinta" ucap Ibas di dalam hati.

"Kemon bang laper banget ini," ajak Jennar yang dengan cepat menggandeng tangan Ibas untuk memasuki rumah.

"Perasaan abang deh yang butuh hiburan kenapa jadi Jennar yang minta traktir sih?"

"Namanya juga hidup bang, buruan," perintah Jennar yang menyeret Ibas untuk cepat cepat masuk kerumah mereka karena panggilan dari gerobak bakso andalan mereka sudah sedari tadi terdengar.

 "Namanya juga hidup bang, buruan," perintah Jennar yang menyeret Ibas untuk cepat cepat masuk kerumah mereka karena panggilan dari gerobak bakso andalan mereka sudah sedari tadi terdengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hola... lagi pengen updte double hadiah buat readersnya akak🤭🤭 sengaja upld malem2 biar bisa tidur nyenyak...

Guud nite eperibadi see you soon yaa😴😴

RUMAH BERATAP BOUGENVILLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang