Amanda memilih pulang ke rumah keluarga besarnya. Bukan berarti dia anak manja yang tidak bisa hidup mandiri, hanya saja dia belum berstatus bebas jadi meskipun ia tinggal di Negara yang maju tapi tetap saja ia tak ingin jadi gunjingan.
Amanda memasuki rumah keluarga dan mendapati kedua orangtuanya sudah menunggu berikut dengan sang kakak, Rose. Baiklah ia tak perlu menjelaskan alasannya pulang tanpa suami bukan?
Amanda berdiri teat di hadapan sang Ayah. "Dad, aku--"
PLAK
Sebuah tamparan keras melayang di pipi mulus sebelah kiri Amanda. Rose dan Ibu mereka sampai refleks menutup mata.
Amanda terdiam. Ia tahu Ayahnya keras dan sangat mengutamakan nama baik tapi haruskah ia memukul Amanda tanpa bertanya sama sekali?
Air mata menumpuk di kedua matanya namun enggan untuk jatuh menetes. Amanda berjanji ia harus kuat.
"Aku pernah bilang padamu, jangan pernah mempermalukan keluarga. Luke pria baik, tampan, dan cemerlang dalam karirnya itu sebabnya Dad tak keberatan kau mundur dari Perusahaan dan Luke yang menjadi pimpinan. Tapi kau mengecewakan aku dengan memilih bercerai."
"Bisakah kau bertanya alasan ku sebelum menyalahkan keputusan ku Dad?" Tanya Amanda memelas.
"Tidak! Tidak ada alasan apapun yang bisa membenarkan alasanmu menuntut cerai pada Luke! Dia sudah jadi pemimpin Perusahaan. Jika kau dan Dia berpisah, kau pikir siapa yang akan dirugikan? Kita! Batalkan perceraian mu atau kau tidak akan ku anggap anak lagi Amanda!" Bentak Sang Ayah tanpa mau mendengar apapun dari Amanda.
"Suamiku gay! Dan dia meminta seorang pria untuk jadi selingkuhan ku. Apa kau mau aku terus hidup dengannya Dad?!" Bentak Amanda kali ini air matanya jatuh menetes ke pipi. Ini kali pertama seumur hidupnya ia membentak dan kasar pada orangtuanya.
It's hurt. Really.
"Kenapa tidak? Jika benar Luke gay dia takkan pernah membiarkan nya tercium media karena dia pintar. Apa kau bilang? Selingkuhan? Dia memberikanmu pria jadi kenapa kau tidak tutup mulut dan jalani saja pernikahanmu dalam diam? Skandal perceraian mu akan terbongkar. Kau kira siapa yang akan dituduh memiliki affair? Dia atau kau? Dasar tolol!" Umpat Ayahnya lagi lalu meninggalkan Amanda, istrinya dan Rose.
Amanda menatap ibunya berharap mendapatkan dukungan.
"Mom..." Ia memelas.
"Kau seharusnya tidak membuat Daddy mu marah. Kau tahu bukan, sejak kecil kau dan Kakakmu juga abangmu dididik dengan baik agar tak mempermalukan keluarga. Kami sudah menikahkanmu dengan pria terpandang seperti Luke. Kenapa tidak kau terima kekurangan dan kelebihannya?" Ucap Ibunya lalu menyusul suaminya pergi meninggalkan putri-putri mereka.
"Kau juga menyalahkan ku?" Tanya Amanda menatap Rose kecewa.
"Aku tidak menyalakan dirimu, tapi aku juga tidak mendukung mu. Pikirkan sekali lagi sebelum kamu menandatangani surat cerai mu." Ucap Rose lalu pergi.
"Aku akan ke kantor mu untuk tanda tangan surat perceraian." Ucap Amanda tegas.
Rose menggelengkan kepala disusul gerakan menaikkan kedua bahunya, seolah pasrah pada keputusan adiknya.
Amanda terdiam di tempatnya berdiri. Saat ini ia benar-benar butuh dukungan moril dari keluarga tetapi tidak ada yang memberinya.
Rumahnya benar-benar terasa asing baginya. Keluarga yang ia harapkan jadi tempatnya mengadu akibat kelakuan Luke malah balik menyerangnya.
Amanda putuskan memutar langkahnya seratus delapan puluh derajat lalu berjalan lurus menuju pintu yang membawanya masuk tadi untuk keluar.
Ia berjalan sambil menarik koper besar dan juga tas yang cukup besar. Sebenarnya masih banyak pakaian dan barang-barang yang ia tinggalkan di rumahnya dan Luke tapi ia hanya membawa beberapa yang paling penting dan sisanya bisa menyusul.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Affair??? Or...
RomanceBacaan Dewasa Kata siapa perjodohan selalu berakhir manis? Amanda harus memperjuangkan pernikahannya selama 4 tahun yang sepi kemesraan dan sunyi kehangatan. Suami yang berusaha ia cintai, lebih mencintai pekerjaannya di kantor dan memilih bercinta...