Tiga

27.7K 1.1K 20
                                    

Adult 21

Btw latar cerita ini aku buat di Eropa ya... bukan di Asia.

Makan siang yang menyiksa. Itulah yang dirasakan Amanda saat ini. Dia ada di ujung sini sementara tamu kehormatan ada di ujung meja seberang.

Masakan koki keluarganya sebenarnya sangat nikmat dan tampilannya juga menarik hanya saja tamu di depan matanya mengganggu cita rasa lidahnya.

Raiyan sedari tadi seolah mencuekinya.

Marah? Astaga yang benar saja... Kenapa penjahat kelamin itu harus marah padaku? - rutuk Amanda dalam hati.

Ia menaikkan sedikit lehernya dan makan dengan sombong. Tapi tetap saja ia kembali mencuri padang pada pria dihadapannya. Raiyan makan dengan santai, tak menatap ke arahnya sama sekali. Dan entah kegilaan apa, Amanda tak sadar ia telah menelan salivanya sendiri yang menyangkut di tenggorokan saat memperhatikan bibir Raiyan bergerak-gerak karena mengunyah makanan dan sesekali menjilat bibirnya.

Bayangan bibir merah alami itu mengulum payudaranya muncul begitu saja. Ia meraih gelas berisi air mineral dengan sedikit gemetar.

Dan Amanda seketika menunduk saat gelagat Raiyan akan mengangkat kepala.

Amanda meremang, bulu kuduknya seolah berdiri saat merasakan tubuhnya tersengat listrik. Ia mengangkat wajahnya dan matanya terkunci dengan mata Raiyan seolah mampu menembusnya, seolah menelanjanginya. Namun sekian detik kemudian Raiyan berucap,

"Ehm, aku sudah selesai dan hidangannya sangat lezat. Aku masih harus membereskan kamar ku karena aku membawa beberapa barang, jadi maaf jika aku tidak sopan karena meninggalkan anda masih makan."

Astaga bicara apa si brengsek ini? Sok sopan sekali? Padahal beberapa saat lalu siapa lelaki brengsek yang menjelajahi tubuhku? - Amanda mengumpat dalam hati namun bibirnya mencetak senyum.

"Silahkan." katanya.

Ya... Mereka makan dengan ditemani sekitar 2 orang pelayan jadi pasti Raiyan menjaga sikapnya begitu juga Amanda.

"Ehm... Maaf boleh aku minta bantuan seorang pelayan anda, Nyonya?"

"Ha?" Amanda terkejut saat Raiyan tiba-tiba berbalik.

"Aku butuh bantuan seseorang untuk menata pakaianku di lemari. Yah maklum aku seorang pria dan tidak terlalu paham soal berbenah jadi aku bermaksud meminta bantuan salah seorang pelayan anda."

"Oke." Kata Amanda singkat. Raiyan. Tersenyum dan jantung Amanda seketika berdebar kencang.

---

"Tuan apakah ini semua barang anda?" Tanya Brigitha. Dia adalah peyanan yang tadi sempat ngobrol dan bercanda dengan Raiyan di dapur.

Raiyan tersenyum. Brigitha sampai merona.

"Ya... Masih ada beberapa di apartemen ku." Ucap Raiyan yang duduk di sofa menatap pelayan itu merapikan pakaian dan barang-barang nya ke lemari.

Raiyan bukan pria tolol, ia tahu betapa saat ini pelayan itu sedang berusaha menggodanya dari bahasa tubuhnya bahkan kancing seragamnya agak dibuka berlebihan di bagian dada.

Indah. Ya... Itulah pandangan Raiyan pada buah dada yang tersembul menggoda tersebut tetapi gairahnya tak terpancing.

Sejak lama, ia mengagumi satu sosok, dan setelah sekian lama, akhirnya ia bisa menyentuhnya meskipun di awali dengan cara kotor. Raiyan tahu, ia beresiko jadi pebinor. Ia juga tahu ia bisa mendapatkan jutaan gadis perawan di luar sana tapi yang ia inginkan jelas, seorang wanita yang masih jadi istri orang lain.

Just Affair??? Or... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang