Amanda bangun dengan kepala yang sedikit pusing dan gejolak perut yang cukup parah. Ia terpaksa sedikit berlari keluar kamar menuju kamar mandi untuk mengikuti naluri paginya untuk muntah.
Tidak seperti keadaan rumahnya dulu, yang mana dia setiap kamar ada kamar mandi pribadi. Di rumah kecil ini ia hanya memiliki satu kamar mandi yang ukurannya pun hanya sepetak kecil, bathtub sama sekali tidak ada.
"Huwak... Huwak..." Amanda mual namun sama sekali tak bisa mengeluarkan apapun. Ah... Mulutnya terasa pahit sekali, dan ia sedikit pusing.
"Kau tidak apa?" Suara Raiyan mengagetkan dirinya.
"Kenapa kau belum pergi?!" Tanya Amanda kesal.
"Aku sudah katakan jika aku tidak akan pergi. Aku akan menemanimu di sini, sampai..."
"Tidak ada kata sampai. Sekarang pergi dari sini. Tinggalkan kota ini. Aku bisa menjaga diriku dan anak ini." Ucap Amanda ia berjalan perlahan namun pandangannya menggelap seketika.
Amanda kehilangan keseimbangan tetapi ia tidak jatuh?? Ternyata Raiyan menahan tubuhnya.
"Jangan membantah. Kau harus menuruti ku." Ucap Raiyan. Amanda ingin mengusir Raiyan tetapi kepalanya terlalu pusing dan perutnya mual untuk membuat bantahan. Akhirnya ia menerima saat pria itu menggendong tubuhnya menuju ranjang.
"Kau mau makan apa, sayang?"
"Jangan memanggilku seperti itu, perutku semakin mual!"
Raiyan tersenyum. Ia bukannya kesal dengan sikap judes Amanda malah semakin gemas lalu setelah membaringkan Amanda, dengan nekat ia mengecup bibir Amanda lalu kabur menuju dapur.
"Kau-- Astaga... Bagaimana bisa aku terjebak dengan dia." Keluh Amanda bermonolog.
"Apa kau senang? Kau suka dekat dengannya? Tapi Mama tidak suka dekat dengannya. Dia membuatku bermimpi dan saat terbangun rasanya menyakitkan." Ucap Amanda sedih.
---
Amanda menatap Raiyan yang sedang mengepel lantai kamarnya. Ia sudah berkali-kali mengatakan jika perutnya mual sekali dan ia tak ingin makan apapun, tetapi pria itu malah terus membujuknya makan dan akhirnya berakhir di lantai.
Belum sampai lima menit Amanda selesai makan, ia memuntahkan semua isi perutnya. Amanda sudah mencoba bangkit dari ranjang menuju kamar mandi tetapi tidak sempat.
Amanda juga sudah meminta Raiyan membiarkan muntahnya karena Amanda yang akan membersihkan tetapi Raiyan menolak.
Amanda tergolek lemas, ia lapar tetapi tak berselera dan pangkal lidahnya terasa sangat pahit.
"Aku tidak akan merasa bersalah. Itu salahmu, kau memaksaku makan." Ucap Amanda berusaha menepis perasaan tak enaknya.
Raiyan berlutut di dekat ranjangnya lalu dengan senyuman berjuta pesona ia menoel hidung Amanda. "Meskipun kau memuntahkannya, tidak apa. Setidaknya sedikit gizi sudah masuk ke datam tubuh mu. Aku buatkan susu, agar mudah dicerna."
Amanda mendesah. Kalau begini bagaimana ia bisa mengusir Raiyan? Ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun sendirian saat ini. Amanda tidak berpikir bayi dalam kandungannya menyusahkan, sama sekali tidak. Ia malah berpikir jika kelak anaknya ini pasti akan sangat pintar dan berpihak pada Papa nya, masih dalam kandungan saja ia sudah pandai membuat Amanda tak berkutik terhadap si Papa.
Tidak sampai sepuluh menit dan Raiyan datang dengan segelas susu hangat berwarna cokelat. Pria itu membantu Amanda duduk lalu meminum susu hingga tandas.
"Istirahat lah sayang, aku akan membereskan rumah lalu memasak. Aku sudah menelepon Janett dan meminta ijin pada bos kalian."
Amanda memutuskan menutup mata tanpa protes. Hendak protes pun sia-sia bukan? Raiyan akan tetap melakukan apapun yang ia inginkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/142529885-288-k874095.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Affair??? Or...
عاطفيةBacaan Dewasa Kata siapa perjodohan selalu berakhir manis? Amanda harus memperjuangkan pernikahannya selama 4 tahun yang sepi kemesraan dan sunyi kehangatan. Suami yang berusaha ia cintai, lebih mencintai pekerjaannya di kantor dan memilih bercinta...