Wikana Sastrodiredjo (Wika)--entah apa yang dipikirkan kedua orang tuanya, tatkala menamainya dengan nama salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia yang namanya hampir terlupakan itu.
Wikana yang pernah jadi bagian sejarah kemerdekaan Indonesia memang pada akhirnya dinyatakan menghilang. Namun, Wika si siswa SMA di selatan Jakarta--yang diam-diam menyukai sastra dan aksara, serta benda langit angkasa itu--jelas takkan pernah bisa hilang dari ingatan Dianita Kesara (Sara).
Tiga tahun di SMA dan akhirnya untuk alasan yang tidak jelas, rasa ingin tahu Wika selalu hanya jatuh pada Sara. Sorot mata Sara adalah sorot yang saat pertama kali memandangnya, membuat Wika ingin mengisi sesuatu yang hampa dari gadis itu.
Menjelang akhir masa SMA, dunia Sara kini tak sesepi biasanya, karena Wika mulai mendekat dan mengisi harinya. Namun, hal itu tak berlangsung lama, Sara mulai menjauh dan menutup lagi dunianya tatkala masalah pelik menghantam. Meski begitu, Wika tetap ingin peduli dan mendapati dirinya tenggelam dalam hasrat yang aneh--hasrat untuk bisa membuat gadis itu merasa lebih baik.
Wika yang diingat Sara, adalah Wika yang selalu terpaksa ditempatkan di barisan paling belakang, karena tubuhnya terlalu tinggi. Wika yang diingat Sara, adalah Wika yang kala itu pernah meyakinkannya kalau rasa sepi tak boleh mengiringi rasa sakit. Wika yang diingat Sara, adalah Wika yang telah terlanjur membuatnya menduga, kalau dirinya sudah menemukan jendela hati yang baru. Wika yang diingat Sara, adalah Wika yang pernah membuatnya membatin,
"Jumpa dirinya, tak pernah terasa se-mendebarkan itu."
-:-:-
Dipublikasikan di Jakarta pada 21 Desember 2020All Rights Reserved