Age

2.9K 332 7
                                    

Bagian 24

Salah satu alasan yg paling menyakitkan ketika perpisahan adalah perbedaan usia.

.

Langkah kaki pendek si pria mungil di bawa tergesa oleh hati yg resah juga panik sedari tadi melandanya. Bahkan ia tak lagi memerdulikan pakaian yg ia kenakan meski udara malam di luar cukup dingin. Tapi sebuah pakaian tak menyurutkan rasa ingin bertemunya pada sang kecintaannya, si bungsu.

Hingga ia tiba di sebuah bilik unit gawat darurat dan mendapati si bungsu dengan plester coklat yg cukup besar menempel di kening paripurna wajah tampannya. Mata sebesar kelereng yg biasa memancarkan sinar tulus dan senang, kini hanya menatap kosong wajah cantik si sulung yg masih tertegun tak percaya.

Pria mungil akhirnya mendekat dan langsung memeluk erat tubuh bongsor si bungsu. Airmatanya berlinang dengan perasaan lega yg tak terhingga meski hatinya sedikit tercubit sakit dengan tatapan yg bungsu hadirkan padanya.

"Anak bodoh! Hiks.." si sulung—Jimin mengurai pelukannya dan menatap Jungkook yg hanya diam dan masih memeluk erat pinggang sang kakak. "Kau tau aku benar —"

"Aku mencintai Seokjin Hyung, minie." Akunya sebelum Jimin menyelesaikan kalimatnya. "Aku datang ke rumahnya. Lalu aku melihat dia sedang berciuman dengan soulmate anehmu."

Jimin membelakakan mata tak percaya dengan pengakuan si adik seraya mengusak wajah yg sebelumnya penuh air mata. Taehyung tak pernah bicara apapun soal Seokjin. Lalu apa mereka sebelumnya pernah kenal? Jimin tak tahu. Tapi yg membuat lebih terkejut adalah pengakuan si adik yg benar  mencintai mantan pacar suaminya dan berakhir dengan kecelakaan lalu lintas seperti ini.

Tak tahu harus berkomentar apa, yg terjadi selanjutnya Jimin hanya mampu membuka mulut dan kembali menutupnya. Terus seperti itu hingga Jungkook akhirnya menjatuhkan kepalanya di pundak sempit sang kakak. Tubuh besarnya mulai bergetar, dan ke2 tangan Jungkook meremat pinggang ramping Jimin.

Jungkook menangis dalam diam di pelukan sang kakak.

"Aku tak tahu kenapa aku menangis seperti ini." Katanya lirih dalam pelukan. "Apa karna benturan di kepalaku, hyung?"

"Sst.. tenangkan dirimu bayi besar." Jimin berucap lembut sambil mengelus punggung Jungkook.

Jimin belum pernah merasakan patah hati sebelumnya. Tapi Jimin bisa merasakan betapa pedih hati yg Jungkook rasakan. Adiknya itu kuat, bahkan ketika dulu berkelahi di masa SMA, Jimin mengobati luka sobek di pipi Jungkook tanpa Jungkook meringis kesakitan.

Sambil terus menenangkan si adik dalam pelukan, Jimin sambil bicara pada dokter yg memberitahu tentang keadaan Jungkook. Syukurlah tidak ada luka serius. Hanya sedikit terkena goresan kaca di dahi dan mungkin beberapa trauma ringan yg mengharuskan Jungkook istirahat lebih.

Tak lama Namjoon datang dengan wajah panik. Tapi melihat Jungkook ada dalam pelukan Jimin, wajahnya berubah tenang. Dengan cepat Namjoon menghampiri ke2nya dan mengecup pucuk kepala sang istri tercinta.

.

Pukul 1 malam mereka tiba di rumah besar Namjoon. Membiarkan Jungkook tidur di kamar yg sebelumnya di tempati Jimin.

Fyi, Jimin sudah pindah ke kamar Namjoon sejak malam penyatuan mereka. Dan sejak saat itu, kegiatan sex mereka mendominasi. Bahkan kadang mereka lupa waktu dan berakhir dengan keterlambatan Namjoon bekerja. Dan hubungan mereka jadi lebih bergairah dan hidup.

Dan malam ini Namjoon mengalah. Ia membiarkan istrinya menina bobo kan si bungsu yg memang sangat manja ini di tambah ia sedang patah hati karna sepertinya cintanya bertepuk sebelah tangan dengan seseorang.

"Kau mau susu pisang?" Tanya Jimin lembut ketika melihat Jungkook yg belum memejamkan matanya sedaritadi dan masih betah memeluk posesif tubuh Jimin yg kecil.

"Berapa jarak umurmu dan Namjoon hyung?" Tanya Jungkook tiba tiba.

"2 tahun. Seperti aku dan kau."

Jungkook kembali diam. Jimin tampaknya mengerti sedikit masalah kegalauan hati adiknya ini. Selain cemburu, ia juga pasti memikirkan jarak umur yg lumayan jauh itu.

"Mau ceritakan sedikit bagaimana sampai akhirnya kau dan Seokjin hyung.."

"Setelah tahun baru itu, aku dan Seokjin hyung lumayan akrab. Bertukar nomor ponsel dan kami sering hang out bersama. Hingga akhirnya Seokjin hyung mengatakan akan menjadikanku mate di bridesmade couple pernikahan Yoonsoek. Aku melihatnya begitu cantik dan menarik ketika ia menari bersamamu ke arah altar dan itu membuat dadaku berdebar untuk pertama kalinya."

"Aku melihat keindahannya setelah lama di butakan oleh keindahanmu, hyung." Jimin hendak ingin menjiwir telinga Jungkook yg berpiercing itu. Tapi di urungkan karna Jungkook masih dalam mode galau. "Kupikir keindahan mutlak memang akan selalu menjadi milik kakakku. Tapi entahlah, aku melihat Seokjin hyung malam itu seolah aku melihat dewi lain turun dari langit."

Berlebihan. Tapi Seokjin memang cantik dan — tampan.

"Setelah pernikahan Yoonsoek. Aku gencar mendekatinya dengan sinyal bahwa aku menyukainya. Dia tak menolak bahkan terlihat senang bersamaku. Memang dia selalu menyinggung soal umur kami yg lumayan terpaut cukup jauh karna aku sang dominan. Tapi aku tak masalah dengan itu."

"Apa karna umur, Seokjin Hyung jadi berpindah haluan pada soulmatemu hyung?"

Jimin tampak menimbang. Ia tak pernah sedekat itu dengan Seokjin. Tapi kalau di lihat, Seokjin bukan orang yg seperti itu kan. Atau haruskah Jimin bertanya pada Namjoon meski ia agak tidak suka sebenarnya melibatkan Namjoon dengan Seokjin lagi.

"Kurasa Seokjin bukanlah orang yg seperti itu. Ada baiknya kau berfikir positif. Mungkin saja Seokjin dan Tae itu ciuman pertemanan. Aku banyak melihat hal seperti itu di film dan saat ke paris tahun lalu." Kata Jimin. "Lain kali kalau ada Kesempatan kau bisa tanya langsung pada Seokjin keadaan yg sebenarnya. Dengan begitu hubungan kalian tidak akan berakhir buruk, setidaknya."

Jungkook mengangguk rendah seolah setuju dengan pemikiran sang kakak. Meski belum pernah berpacaran, tapi kakanya boleh juga di ajak berbagi hal seperti ini.

"Hatchiih.." Jimin bersin dan membuat Jungkook terkekeh. "Tidurlah. Kau butuh istirahat. Hatciih!"

"Kau baik baik saja hyung? Kenapa tiba tiba bersin bersin?" Jungkook bangkit dari sandarannya di bantal. Memperhatikan Jimin.

"Tak apa apa." Jimin bangun dan membuka laci di samping tempat tidurnya. Menarik masker loop dari dalam kardusnya lalu memakainya.

"Kenapa pakai masker? Kau flu?"

"Tidak. Hanya jaga jaga saja. Kalau aku benar flu setidaknya kau tidak tertular karna imun tubuhmu yg sedang turun."

"Suamimu harus tahu!"

"Jangan berlebihan kookie! Aku lebih tua darimu!"

Lalu apa hubungannya antara flu dan umur?

.
.
.
.
.
.
.
.
.

_TBC_

Jungkook said:“ hyung, aku suka kamu.”
Seokjin answer: “bocah kecil, jangan membual! Hum!”


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓]   Marriage Life Namjoon And Jimin || NamMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang