Ring

3.2K 380 15
                                    

Bagian 9


Kalau cincin adalah tanda dari sebuah ikatan dan kepemilikan, lalu bagaimana dengan hilangnya cincin itu? Apa ikatan dan kepemilikannya juga hilang bersama tanda dalam cincin?!

.

Namjoon panik sekarang ketika ia sadar bahwa ia kehilangan sesuatu dari jari jemarinya. Berulang kali ia menajamkan mata dan menghamburkan seluruh isi kamarnya hanya untuk menemukan benda bulat kecil berkilau emas dan perak miliknya.

Ia mengaku salah. Kenapa juga ia harus melepaskan cincinnya kemarin pagi sebelum Seokjin datang. Ini benar benar membuat kepalanya merasa agak pening. Untungnya Jimin sudah pulas tidur karna pengaruh obat nyeri dan antibiotiknya. Jadi kepanikannya sekarang tak mengundang Jimin untuk bertanya.

Apa dia menyuruh maid saja untuk mencari sebuah cincin pernikahannya yg tidak sengaja ia hilangkan. Tapi selama 7 bulan ini maid tak lagi masuk dan membersihkan kamarnya karna Jimin yg melakukan semua itu untuknya.

Otak encer dengan IQ 148nya itu bahkan tak mampu mengingat dimana terakhir kali ia meletakan benda berkilau itu.

Namjoon menyerah dan merasa benar benar pusing sekarang.

Namjoon kembali ke kamar Jimin setelah menutup rapat connecting door. Meninggalkan kamarnya yg sudah seperti kapal pecah begitu saja tanpa ada niatan untuk membereskannya.

Namjoon duduk di pinggiran kasur Jimin dan memandang lekat wajah pucat Jimin yg sedang terlelap. Lalu berpindah atensi ke tangan kanan Jimin yg terperban di topang oleh sebuah guling. Cincin emas dan perak itu bertengger apik di jari mungilnya.

Membuat Namjoon semakin merasa bersalah pada Jimin. Ia berjanji besok akan menjelaskan kemana cincinnya pergi. Mungkin setelah ini ia akan ingat kembali.

.

Perasaan tak nyamannya membuat Jimin dengan segera membuka mata. Luka di tangannya kembali berkedut dan sakit. Mungkin efek dari obatnya sudah habis. Haruskah ia meminum kembali obatnya agar tidak merasa sakit?

Jimin bangkit dari baringannya. Menatap lengan kecilnya yg sekarang agak sedikit membiru dan bengkak. Pantas saja terasa begitu panas dan sakit. Seumur umur dia belum pernah cedera luka robek dan mengharuskannya di jahit seperti ini. Dulu ia anak yg pasif karna jarang bergaul. Hanya berkutat dengan laptop juga buku buku bisnis. Terbukti dari tidak punya teman dia sekarang. Satu satunya teman saoulmatenya hanya Kim Taehyung.

Mata sabitnya menangkap sosok di sebrang ranjang tidurnya. Terlelap dalam damai di sofa yg sama sekali tak cukup menampung tinggi badannya. Kakinya saja terjulur ke lengan sofa dan di biarkan menggantung, sedang yg satu lagi di biarkan terkulai menjulur ke luar badan sofa.

Namjoon tidur disana. Kenapa dia tak tidur di kamarnya saja?

Dengan sedikit mengantuk Jimin bangkit dan meraup selimut dengan sebelah tangannya. Menyelimuti Suaminya itu dengan sangat pelan pelan. Lalu Jimin kembali mengambil bantal.

Tunggu, bagaimana dia akan menyangga kepala Namjoon sedang 1 tangannya tak bisa? Mungkin kalau pelan pelan bisa.

Dengan hati hati tangan kirinya menyangga leher Namjoon dan mengangkatnya dan tangan kanannya di paksa untuk menarik bantal.

"Aaakkhh.." pekiknya dan reflek membuat Namjoon terbangun dan beradu kening dengan Jimin. Jimin mengaduh untuk yg ke 2 kalinya. Kening dan tangannya kini sama sama berdenyut.

"Maaf. Apa kau butuh sesuatu?" Tanya Namjoon yg ikut mengusap kening Jimin. Jimin menggeleng dan menyingkirkan tangan besar Namjoon dari keningnya, menggeser pantat bulatnya hingga duduk di sebelah Namjoon duduk.

"Kenapa bangun? Apa aku mendengkur keras dan membangunkanmu?"

"Ani." Jawab singkat Jimin "aku hanya ingin menyelimutimu dan memberimu bantal."

Namjoon tersenyum hangat. Istrinya sungguh perhatian meski sedang dalam keadaan sakit sekalipun.

"Kenapa kau tidur disini?" Tanya Jimin dengan bibir yg sedikit mengerucut.

"Aku takut kau membutuhkan sesuatu. Makanya aku stay."

"Tidurlah di kamarmu. Jangan tidur di sofa. Nanti badanmu bisa pegal."

"Jim.." wajah Namjoon tiba tiba berubah serius dan membuat Jimin merasa berdegub. "Maafkan aku.."

Apa Namjoon akan mengaku sekarang tentang kejadian tadi siang yg dia lakukan bersama Seokjin? Jujur saja Jimin tak siap jika harus menjadi duda.

"K-kau tak me-melakukan kesalahan a-apapun hyung." Kata Jimin terbata dengan kegugupannya.

"Tapi aku melakukannya Jim. Dan kau harus mengetahuinya sekarang juga."

Hati Jimin mencelos. Memang benar Namjoon bukan tipe orang yg suka memendam sesuatu dengan lama. Tapi apa harus hari ini juga dia bicara? Ini membuat luka di tangannya semakin berkedut perih bersama hatinya.

Entah kenapa pandangannya tiba tiba mengabur, matanya panas dan berair.  Apa dia akan menangis? Kenapa juga dia menangis?

"Katakanlah hyung. Aku siap."

Namjoon yg melihat Jimin memerah semakin di lingkupi rasa bersalah yg besar. Apa Jimin sudah tahu cincinnya hilang, makanya Jimin jadi sesedih ini.

"Maafkan aku Jimin. Tapi aku benar benar tak bisa.."

Sebulir air mata lolos juga dari mata sabit cantiknya. Pikirannya tiba tiba keruh. Inikah akhir dari pernikahannya? Apa ini akhir dari hidupnya yg bebas?

Jimin mengusap wajahnya dengan kasar. Mencoba menerima apa yg sudah Namjoon katakan barusan. Memang sedari awal mereka tak saling menyukai bukan?

Melihat Seokjin yg jauh lebih unggul daripada dirinya dan sikap Namjoon terhadap Seokjin sudah mengatakan jelas tentang hubungan apa yg ada di antara mereka.

"Kau pasti bisa hyung. Kau akan bahagia bersama Seokjin ssi. Tidak apa. Ayo kita berpisah secara baik baik." Air mata yg keluar dari mata sabit cantiknya malah semakin deras.

Namjoon hanya melotot meski ia tak bisa melotot karna matanya sipit. Tak percaya dengan ucapan yg baru saja terlontar dari bibir tebal milik Jimin.

Seokjin? Berpisah? Bukankah semua jadi ambigu disini.

"Kau pasti salah pa—"

"Aku sudah melihat semuanya tadi siang hyung, kau dan Seokjin ssi habis bercumbu kan?"

Bercumbu?

Apa Jimin terlalu lama tidur? Atau Jimin kelebihan dosis obat antibiotik dan radang hingga membuatnya berhalusinasi?

"Tidak apa hyung. Aku bisa mengerti. Hanya saja aku tidak bisa kembali ke rumah dengan keadaan menjadi duda. Hiiks.. orang tuaku akan semakin kejam padaku dan mengatur kembali hidupku. Aku tidak mau itu terjadi hyung. Hiks.." Jimin menangis.

"Kalau memang kau dan Seokjin saling mencintai. Tak apa hyung. Tapi jangan ceraikan aku. Hiks.. kalian boleh melakukan apapun tapi jangan beri aku surat cerai."

Oke, Namjoon rasa Jimin memang kelebihan dosis obat makanya merancu.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


_TBC_

[✓]   Marriage Life Namjoon And Jimin || NamMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang