to be .. ??

2.8K 335 7
                                    

Bagian 25

Ada yg salah dengan tubuh si pria mungil belakangan ini. Setelah minggu lalu mengurus si bungsu yg habis kecelakaan ia terserang flu, memang salahnya karna pergi ke rumah sakit dengan tergesa dan pakaian tidur tipisnya.

Dan sekarang dirinya anemia karna terlalu lelah. begitu kata dokter yg memeriksa Jimin di rumah besar Namjoon pagi tadi karna Jimin di temukan tak sadarkan diri di lantai kamar mandi oleh Namjoon dan membuat Namjoon mengurungkan niatnya untuk pergi bekerja.

"Paman Namjoon!" seru gadis cilik berambut panjang dengan mata bundarnya yg masuk ke kamar dengan tiba tiba dan langsung menabrakan dirinya ke tubuh Namjoon yg sedang duduk di sisi ranjang.

Jimin baru saja tertidur setelah minum vitamin dan obatnya.

"Hallo baby, long time no see. Are you miss me?" Kata Namjoon mengangkat tubuh kecil Minkyu ke pangkuannya.

"Yes. But i miss uncle Jimin more." Jawab si gadis kecil. "Kata mama paman Jimin sakit uncle?"

Yaa memang Jimin menjadi kebanggaan ke 2 keponakannya. Belum saja Minjae datang dan pasti akan mengatakan hal yg sama.

Tak lama setelah itu wanita cantik berambut panjang masuk ke kamar Namjoon tanpa sempat namjoon menjawab pertanyaan Minkyu.

"Kau dataang? Dimana Minjae?" Tanya Namjoon dengan mata yg mengarah ke luar kamar.

"Minjae les bahasa asing, dan aku langsung menuju kesini setelah mengantar Minjae. Kenapa tak mengabariku? Malah bibi Shin yg menelpon dan memberi tahu." Kyungmin mendekat dan duduk di sisi ranjang yg bersebelahan dengan Jimin. Melihat wajah damai Jimin dalam tidurnya dan sesekali mengusap lembut rambut si adik ipar penuh sayang.

"Bagaimana keadaannya?" Tanyanya lagi.

"Ayo kita mengobrol di bawah saja." Ajak Namjoon yg masih mendekap tubuh Minkyu.

"Paman Jimin akan punya bayik lucu, paman. Dan adik bayinya ada 2." Kata Minkyu mengoceh pada Namjoon yg menggendongnya keluar kamar.

"Benarkah?" Namjoon tersenyum mendengar ocehan Minkyu. "Darimana Minkyu tau?"

"Tentu saja Minkyu tau. Karna 2 adik kecil dalam perut paman Jimin terus memanggil Minkyu."

Namjoon dan Kyungmin tertawa mendengar ocehan Minkyu. Hingga mereka tiba di ruang tengah. Bibi Shin dengan senang hati membawa Minkyu bermain di halaman belakang. Meninggalkan Namjoon dan Kyungmin untuk tea time sambil chit chat.

Teh Chamomile sudah mengepulkan asap dengan wangi harum yg menguar, serta camilan ringan pendamping teh siap menemani obrolan dari kakak beradik Kim ini.

"Jadi apa kata dokter?" Kyungmin memulai obrolan.

"Anemia. Karna kurang tidur, istirahat dan asupan yg kurang. Ku rasa Jimin juga kehilangan beberapa kilo bobot tubuhnya selama 3 minggu ini." Namjoon mengambil teh miliknya. Dan menyesap dengan perlahan. "Dan minggu kemarin Jimin baru sembuh dari flu. Sepertinya pergantian musim membuat imunnya turun."

Kyungmin yg juga sedang menyesap tehnya menukikkan alis mendengar ucapan Namjoon. Rasanya memang ada yg salah dengan Jimin.

"Bagaimana kegiatan sex kalian akhir akhir ini?"

"Heh?" Namjoon hampir saja menelan habis isi teh dalam cangkir hingga akhirnya ia sukses menahannya karna teh yg masih panas.

"Hanya memastikan, kali saja ucapan Minkyu tak salah." Kyungmin menaruh gelasnya dan tersenyum lebar. "Ini sudah setahun lebih Joonie. Sampai kapan kalian akan menunda momongan?"

"Bukan menunda, noona. Hanya saja.."

"Apa yg kalian khawatirkan? Menjadi seorang ibu atau seorang ayah adalah hal yg tak akan kau pelajari dari sekolah manapun Joonie."

Ini bukan kesiapan dirinya menjadi seorang ayah. Tapi apa Jimin akan menerima semua ini, bahkan rasanya mereka baru mulai menjalin cinta 2 bulan terakhir ini. Namjoon takut Jimin tak benar benar menikmati proses jalinan cinta ini.

Entahlah.

Satu sisi Namjoon begitu senang dengan dugaan Kyungmin. Tapi di sisi lainnya merasa cemas dan takut.

.

Sore harinya Jimin bangun dengan keadaan lebih segar, rasa peningnyapun berkurang. Melihat ruang kamarnya sepi, Jimin menyibak selimut dan pergi mencari Namjoon. Langkah kaki kecilnya membawa diri ke arah dapur. Dan benar saja, Jimin menemukannya sedang menyiapkan bahan sayur yg akan di olah bersama chef.

Jimin tersenyum hangat. Tak ada alasan jelas jika akhir akhir ini Jimin suka sekali melihat Namjoon. Sangat suka. Bahkan kalau di kilas balik 3 hari terakhir ini ia sering kali merengek minta Namjoon pulang cepat.

"Sudah bangun?" Kata Namjoon yg menyadari kehadiran istri cantiknya yg bersandar di dinding ruang penghubung. "Sudah lebih baik?"

Kepala Jimin hanya mengangguk sebagai jawaban. Kaki kecilnya kembali melangkah mendekati suaminya berjalan ke arahnya. Dan sebuah pelukan manja, Jimin suguhkan pada Namjoon.

Selesai berpeluk peluk, Namjoon membawa Jimin ke pekarangan belakang. Menikmati waktu oranye mereka di gazebo sambil maid bertanya pada Jimin apa yg dia butuhkan. Jimin hanya ingin air putih.

"Kau kurus, sayang." Namjoon membuka obrolan masih dengan pelukan Jimin dan sesekali mengecup kepala Jimin.

"Benarkah? Padahal aku tidak sedang diet atau apapun. Hanya saja aku jadi sering memilih milih makanan." Jawabnya enteng.

"Baby," Namjoon semakin mengeratkan pelukannya. "Bagaimana kalau kau hamil?"

Jimin diam tak menjawab. Bukan karna tak senang, hanya saja bingung mau membalas dengan kalimat bagaimana. Dan menurut Jimin juga ini ambigu dengan 2 kemungkinan. Dugaan kalau dirinya hamil atau Namjoon menyuruhnya hamil.

"Maksudku, apa tanggapanmu kalau ternyata sakitmu ini ternyata bawaan bayi? Tadi Noona kesini bersama Minkyu."

"He? Kenapa aku tak di bangunkan?"

"Kau baru saja beristirahat. Dan Minkyu bilang dia lebih merindukanmu daripada aku."

"Dia lucu. Lalu Minjae?"

"Sedang les. Noona kesini karna tau kau pingsan tadi pagi. Dan menyarankan kau untuk periksa kesehatan lebih lanjut. Minkyu juga bilang kita akan punya 2 adik bayi." Namjoon terkekeh di ikuti tawa Jimin.

"Apa kau tak apa Jika kau benar hamil?"

Jimin mengurai pelukan nyamannya. Menatap wajah Namjoon yg tampak raut khawatir disana. Jimin tak terlalu paham apa maksud ucapan Namjoon seperti itu, apa mimpinya menjadi seorang ayah sudah di lupakan?

"Kenapa bertanya seperti itu? Dan wajah apa ini?" Kata Jimin menangkup wajah Namjoon. "Bukankah bagus kalau aku memang hamil. Sekali lagi, kau bisa mewujudkan mimpimu yg lain, selain bebas."

"Jadi kau menerimanya?" Jimin mengangkat sebelah alisnya.

"Menerima?" Jimin menggoda

"Accepted if you're gonna be..?"

"To be ..?"

To be Parent, sure :)

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

_TBC_

[✓]   Marriage Life Namjoon And Jimin || NamMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang