Sajak 24 :: Kisah di Kala Petang

1.6K 423 153
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kata orang-orang masa SMA, masa yang paling indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kata orang-orang masa SMA, masa yang paling indah. Menurut aku nggak tuh, malah buruuuukkk bangeett."


Pagi hari menjelang siang, dua anak itu terduduk di sebuah kursi taman ketika bel istirahat telah mengudara. Saat bagaskara tengah berpendar menyinari metropolitan, bersamaan dengan hawa sejuk angin yang tenang.

Bertolak belakang sekali dengan gadis surai hitam tinta yang tengah menyeruput susu kotaknya dengan paras malas. Ia tengah melempar guna-guna pada Semesta, sebab kejadian tempo hari.

"Ish, aku malas sekolah! Malas ketemu Jaka!!" ujarnya sambil menendang kerikil-kerikil kecil di dekat sepatunya.

Nona manis itu mendongak menatap angkasa, ranting pohon yang rimbun─serta sinar mentari yang tembus dari celah-celah dedaunannya. Bening menghembuskan nafas kasar, sesekali ia meniup poninya yang berjatuhan.

"Jingga, enak bener ya hidup kamu. Sudah pacaran dengan Senja, punya tunangan seperti Jendra pula. Jujur aku iri," ucap si puan sambil menatap datar ke arah ku.

Jujur Nusantara, aku bagaikan tersedak udara. Terbatuk, saat mendengar untaian kata dari sang nona. "Dari mana kamu tahu?!" Histeris, namun suara ku masih bisa terkontrol.

"Bunda kamu ketemu sama Umi-ku. Dia membanggakan jika anaknya akan menikah ketika sudah lulus SMA. Jujur aku terkejut saat mendengarnya. Aku saja yang sahabatnya Jingga tak tahu apa-apa. Jadi, dia belum membuka diri sepenuhnya padaku, bukan?"

"Bening, maaf. Aku belum sempat memberitahu. Pasalnya, waktunya tidak pernah sempat." Aku merasa bersalah sebab Bening sudah berkata seperti itu.

Wanita itu memeluk lengannya di dada, ibaratkan tengah marah padahal aku tahu itu hanya pura-pura. "Yasudah, karena aku baik, aku maafkan."

"Senja, sudah tahu perihal pertunangan kamu?"

Aku yang hendak memakan roti selai cokelat terhenti sejeda, menatap aksa Bening dengan datar. "Belum," ujar ku.

Bening menghembuskan nafas sembari menggelengkan kepalanya, "sebaiknya lekas kamu beritahu, Jingga. Aku tahu kenyataannya pahit atau bisa memperburuk suasana,

Sesajak Senja , Sunghoon✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang