Sajak 25 :: Peranku di Ceritamu

1.4K 434 89
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu, kenapa tidak memberitahu aku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu, kenapa tidak memberitahu aku?"

Dari balik bilah awan-awan yang saling bertautan, ada sepasang insan yang tengah dirundung ratapan. Netra kelam sang tuan menatap dalam ke arah aksa sang puan, seperti meminta jawaban dari apa yang ia tanyakan.

Jikalau sudah begini, Yogyakarta. Apa yang harus aku lakukan? Pikiranku kalut, hingga tak terbayang apa yang harus aku ucapkan.

"Senja..."

"Aku ini sebenarnya kamu anggap apa, Jingga?"

Sebagaimana direnggut secara paksa, nafasku hilang diambil semesta. Sesak, pikiranku kalut tak bisa berkata apa-apa.

"Senja... Kamu itu kekasihku..."

Mataku menggenang air bening, sungguh aku tak ingin menjadi lemah dihadapannya. Tak pernah aku melihat sisi dirinya yang seperti ini.

Dia menghela nafas, "jikalau aku memang benar kekasih kamu. Lantas mengapa kamu tak berkata apa-apa, Jingga? Mengapa kamu biarkan aku tetap menjalani hari-hari tanpa tidak tahu perihal itu?"

Nada bicaranya tetap lembut seperti biasanya, tetapi ada yang berbeda. Tatapannya tak teduh, dekapan tangannya dingin, tak hangat seperti dahulu.

"Aku hanya belum menemukan waktu yang tepat untuk mengatakannya, Senja." Sebutir Tirta meluncur jatuh dari pelupuk, harsaku menggenggam erat-erat jemarinya. Meyakinkan bahwa hanya ia yang aku cinta.

"Aku... Dipaksa Bunda untuk bertunangan dengan Jendra, namun hatiku hanya milikmu satu-satunya."

Di taman kompleks beserta disinari oleh sinar baskara yang mulai pamit dari muka bumi, aku terduduk disampingnya menggenggam tangannya erat.

"Tolong, jangan pergi. Aku masih cinta kamu dan akan selamanya begitu."

Hening diantara kita, hanya isak tangis ku yang bisa kurasa. Sampai ia melepas genggamanku secara perlahan dan cuma-cuma, lalu ia berkata.

"Aku nggak pergi Jingga. Tetapi, sampai di sini saja hubungan kita."

Begitu lantunan katanya terucap, terdengar sakit di telinga maupun di hatiku.

Sesajak Senja , Sunghoon✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang