Sajak 31 :: Senja Tanpa Jingga

2.4K 434 60
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Cause baby, everything you are

Is everything I need

You're everything to me.."

Lantunan lagu Everything I Need oleh Skylar Grey mengalun, liriknya mengambang di langit-langit ruangan, menyatu bersama Isak tangis yang sedari tadi belum berhenti jua.

Aku menangis, sangat lama. Hingga aku tidak tahu sudah berapa lama aku menangis. Mengingat fakta yang sudah ditanggung oleh Senja sampai sekarang, mampu menyayat hati ku.

Lagu itu berhenti, bersamaan tirta yang juga tlah kering. Aku duduk bersandar di tepi ranjang, mendongak menatap plafon rumah sakit, pikiranku tengah berperang dengan semua hal-hal yang tengah terjadi.

Sampai dimana pintu kayu kokoh itu diketuk dari luar. Terbuka, tampak sesosok wanita dengan baju dress khas datang bersama secangkir susu hangat di atas nampan.

Aku menatap Bunda yang kini tengah menaruh susu dengan hati-hati di atas nakas, ia beralih menatapku. Menatap putri cantiknya yang kini tengah berpenampilan berantakan dengan mata sembab dan hidung memerah.

Beliau duduk di sisiku, lantas berkata. "Jangan menangis lagi, Jingga. Ayo tidur, kamu belum sepenuhnya pulih."

Aku menggelengkan kepala dengan cepat. "Bagaimana bisa Jingga tidur jikalau Senja masih mengitari kepalaku."

"Jingga, ikhlaskan Senja. Sekarang dia sudah tidur dalam keabadian."

Aku berteriak dengan lantang, "semuanya jahat!"

"Senja juga jahat??" tanya Bunda dengan intonasi terkejut.

Aku menggelengkan kepala lagi. "Senja nggak jahat karena udah masuk ke kehidupan Jingga. Senja nggak jahat karena udah bikin Jingga nangis karena tahu kebenaran kalau dia mengorbankan dirinya, Senja nggak salah udah curi hati Jingga.

Yang salah Semesta!! Sebab, Semesta nggak pernah baik ke Senja. Kenapa Semesta nggak kasih takdir yang lebih indah buat Senja? Kenapa...?"

Untaian kalimat pilu itu diakhiri dengan isakan tangis yang kembali terdengar. Suaraku memelan, kembali menjatuhkan butir-butir embun dari mata. "Bunda... Kenapa Tuhan jahat banget sama Senja? Padahal Senja anaknya baik.. Harusnya Jingga saja yang mati, Senja jangan."

Sesajak Senja , Sunghoon✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang