Sajak 19 :: Sudah Waktunya Untuk Pulang

1.7K 462 49
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ting!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ting!

Senja-ku
Jin, jangan menghindar.
Aku mohon.
Read at 03.41 pm



Semesta, jangan salahkan jika aku mengalihkan atensi dari seorang pemuda berasma Senja, sebab kini aku tengah meniti hati agar nantinya tidak meledak-ledak di hadapan sang Cinta.

Iya, aku dan pemuda Nakawijaya masih terikat sebuah tali yang bernama Kekasih, tali itu belum putus dan aku harap tak akan pernah pupus.

Semoga...

Tungkai kakiku bergerak maju memasuki pekarangan sekolah di pagi hari, decitan sepatu itu memenuhi ruang-ruang kosong yang para penghuninya masih bisa dihitung dengan jari. Hari Senin, jam 6 pagi waktu yang paling seru untuk bergulat dengan hati.

Ku buka pintu kayu berwarna cokelat tua, sepetak ruang hampa itu tidak ada manusianya. Hanya ada sebuah tas yang tertaruh di meja si putra. Ah, Senja sudah sampai rupanya.

Setelah itu aku tak memikir panjang─meletakkan tas ke bangku lalu meraih sesuatu yang berwarna biru. Kertas kecil berwarna langit yang menempati mejaku.

Wah tumben, sebab sudah beberapa hari berlalu kertas itu tak pernah muncul lagi di hadapanku. Padahal biasanya dulu, ia tak pernah mengabsen untuk bersemayam di bangku.

Setelahnya aku membuka lipatan pada jeluang biru langit itu, membaca frasa yang diukir indah pada tiap bait katanya. Sampai saat dimana aku membaca sebuah kalimat yang sempat membuatku membulatkan netra.

Maaf, katanya.”

Sebuah klausa sederhana itu mampu membuat lidahku kelu. Itu tulisan tangan Senja, mengapa tidak ku sadari dari dahulu.

Batin ku terhenyak, bisa dirasakan dari setiap bait pada aksaranya, ada kesedihan yang mendalam yang tertera di sana.

Apa aku sudah berlebihan? Monolog ku.

Sekon berikutnya aksa ku bergerak kesana-kemari, mencari dimana eksistensi sang adam. Aku ingin berbicara lalu menyudahi ini semua. Jujur, aku rindu Senja.

Sesajak Senja , Sunghoon✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang