Sajak 15 :: Naungan Semesta di Kala Senja

1.7K 507 166
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mulai hari ini Jendra akan menjadi tunangan mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mulai hari ini Jendra akan menjadi tunangan mu."


Begitu dengan mudahnya Ibu Jendra menguntai kata dengan ranum manisnya. Sedangkan aku hanya termangu, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Jika aku tolehkan pandangan ke arah Jendra, pemuda itu hanya terdiam membeku tanpa berani menatap netra. Dia sudah tahu pasal ini, ya?

Tuhan, apalagi yang Semesta rencana, kan?

"Emh, saya permisi ke toilet sebentar." Setelah pamit dengan langkah gontai aku berlari ke arah kamar mandi.

Bodohnya diriku yang tak tahu hal seperti ini akan terjadi. Jingga bodoh!

Hingga sampai di bilik kamar mandi aku mengunci rapat pintu tersebut. Termenung, masih tidak paham dengan pikiran orang dewasa.

Tanpa berfikir panjang, aku raih benda persegi tipis yang tadinya aku taruh di kantung dress ku. Dengan tangan yang menggigil aku menekan icon kontak lalu menelepon seseorang. Seseorang yang aku yakin pasti bisa menenangkan aku kala ini.

"Senja, plis angkat...."

Sambungannya berkali-kali terputus, hingga untuk yang kesekian kalinya barulah telepon itu tersambung.

"Assalamualaikum, halo Jingga? Maaf tadi tidak aku angkat, soalnya lagi Shalat Ashar."

Ketika mendengar suaranya, disitulah nada suaraku bergetar. "Waalaikumsalam, Senjaaa... Jemput boleh?"

Terdengar nada kuatir dari cara bicaranya. Lelaki itu tengah kesusahan sekarang, "Jingga? Ada apa? Sekarang kamu dimana, aku jemput!!"

Lelaki itu mematikan sambungan teleponnya, dan dengan segera aku mengirim lokasi tempat dimana aku sekarang berada.





Jikalau bisa aku ingin kabur saja. Asalkan bersama Senja, aku akan baik-baik saja.



"Sebegitu nya kamu nggak mau dijodohkan sama aku, Jin?"

Baru saja aku memutar kenop lalu membuka pintu toilet wanita, seorang pria dengan jas hitamnya menatap diriku dengan tatapan yang tak bisa ku artikan.

Sesajak Senja , Sunghoon✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang