Bingung

3.7K 413 23
                                    
























Pagi ini yang menikmati sarapan cuma Hana sama Jeno. Nathan tidak Jeno perbolehkan dibangunkan karena ini hari minggu.

Lagi-lagi suasana dimeja makan hanya hening tak ada satu kata apapun mengingat semalam mereka sempat sedikit cekcok.

Jeno melihat ponselnya yang berada disebelah tangan kanannya saat mendengar notifikasi sebuah chat masuk.

"Aku keluar dulu sebentar, kalau kamu mau keluar juga telfon aku dulu" setelah itu Jeno berdiri dari duduknya dan meraih hoodienya yang berada disofa.

Sambil berjalan keluar ia memencet tombol yang ada dikunci mobilnya lalu waktu sampai garasi ia langsung masuk kedalam mobil.

Jeno memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, entah apa yang tengah ada dipikirannya sekarang. Jeno meminggirkan mobilnya ditepi jalan yang tadi sempat diberitahu oleh orang yang berada dichat.

Ia menunggu orang itu sambil duduk didepan mobilnya dan melihat sekeliling sambil tangan yang bersikap didada.

"Udah lama?"

Hampir saja Jeno terpelonjat akibat pertanyaan tiba-tiba dari seseorang. Saat ditoleh ternyata dia adalah orang yang ia tunggu.

"Langsung aja, lo beneran mau nikah sama Hana?"

Renjun memberikan smirknya "Kalau Hana mau ya kita nikah"

"Ga akan gue ngelepasin Hana, dia punya gue"

"Maruk banget lo! Udah ada Jessie masih mau Hana. Lebih baik Hana sama gue dari pada cuma lo jadiin pembantu dirumah"

Bugh

"Apa maksud lo!" Jeno tersulut emosinya sampai memukul rahang Renjun dan membuatnya tersungkur. "Hana ibu dari anak gue!"

Renjun bangkit dengan segera lalu mendekatkan badannya dengan Jeno. Tatapan matanya juga tak kalah tajam dari Jeno.

"Kalau lo mau sama Hana NIKAHIN! Jangan cuma lo jadiin babu buat ngurusin rumah sama anak lo! Hana juga berhak buat bahagia, jangan lo udah ambil sesuatu berharganya lalu lo biarin begitu aja"

Renjun menunjuk Jeno dengan jari telunjuknya "Kalau lo sampai nyakitin dia! Gue ga akan segen-segen bawa dia! Inget perkataan gue Lee Jeno!"

Setelah itu Renjun meninggalkan Jeno yang masih terbeku dipinggir jalan. Jeno mengambil nafas panjangnya lalu merogoh ponselnya yang berada disaku celananya.

"Kamu dimana?"
"Aku kesana sekarang"

🎈

"Siapa?" tanya sang mama saat anak bungsunya selesai mengangkat telfon. "Jeno ma" jawab Hana.

"Mau kesini?" Hana mengangguk. "Gimana kamu sama Jeno?"

"Gimana apanya?" jawab Hana sambil mengerutkan dahinya.

"Ya hubungan kalian berdua. Kapan nikah?"

"Idih mama, orang kita cuma temen"

"Mana ada laki-laki sama perempuan hidup dalam satu rumah tanpa adanya perasaan"

"Kenyataannya begitu ma, kan perjanjian awalnya kita ngebesarin Nathan bareng-bareng"

Sang mama menghela nafas "Kita lihat saja nanti, apa kalian masih kuat buat seperti ini terus"

Sang mama beralih menuju halaman samping rumah yang disana berada kolam renang, sang cucu kini tengah berenang bersama kakeknya serta omnya.

Terdengar suara bel rumah, Hana bergegas jalan kearah pintu untuk membukakan orang itu. "Masuk" sudah bisa dipastikan kalau orang itu Jeno.

"Nathan lagi berenang, kamu mau juga?" tanya Hana dan Jeno menggeleng. "Aku ga bawa baju"

"Nanti aku ambilin bajunya kakak"

"Gausah gapapa" lalu Jeno duduk pada sofa dan menyandarkan dirinya pada punggung sofa membuat dirinya memandangi langit-langit rumah.

"Kenapa jadi murung? Gausah dijawab gapapa sih" Lalu Hana meninggalkan Jeno untuk melihat sang anak.

"Lucu banget tanya tapi gamau dijawab"

🎈

Hari sudah malam namun sedari tadi Nathan diajakin pulang gamau, sampai capek Hana maupun Jeno ngebujuk.

"Udah nginep aja disini" suruh papanya Hana. "Iya udah malem juga" timpal sang mama.

"Nathan ayo tidur" ajak Hana. "Mau tidul sama om" pintanya dengan gelandotan dileher Jaehyun.

"Ayo" Jaehyun berdiri sambil menggendong Nathan dipundaknya.

"Lah aku sama Jeno gimana kalau gaada pembatas Nathan?"

Jaehyun memberhentikan langkah kakinya lalu menoleh kebelakang. "Kali ini kakak percaya, kamar aku disebelah kamu, awas aja kalau sampai kakak denger sesuatu"

"Apaan sih" sewot Hana. Hana lalu mendahului Jaehyun untuk naik kelantai dua. "Ayo Jeno"

"Jeno keatas dulu ya ma pa" pamitnya lalu berdiri dan menyusul gadis itu keatas.

Jeno membuka pintu kamar Hana dengan perlahan lalu melangkahkan kakinya masuk. "Kamu mandi dulu sana biar aku ambilin bajunya kak Jaehyun"

Jeno mengangguk "Makasih ya"

Hana keluar dari kamarnya lalu beralih masuk pada kamar Jaehyun yang berada disamoing kamarnya.

Setelah masuk Hana langsung membuka lemari milik Jaehyun dan mengambil pakaian ganti untuk Jeno, ia mengambil asal toh juga badan Jeno sama Jaehyun ngga jauh beda.

"Jangan diberantakin" peringat Jaehyun. Hana menoleh kebelakang lalu menatap tajam sang kakak "Mau aku berantakin beneran?" Setelah itu Hana keluar dan kembali kekamarnya sendiri.

Kini Hana dan Jeno telah berganti dengan pakaian yang lebih santai, ini bener-bener rasa canggung yang teramat. Hana menjaga jaraknya dengan Jeno.

"Sini deh kamu" suruh Jeno "Nanti kamu jatuh"

"Engga" jawab Hana, Jeno berdecak lalu merengkuh tubuh Hana dan dibawalah kedalam pelukannya, jantung Hana langsung bekerja dua kali lipat dari biasanya.

Kini wajah Hana dihadapkan dengan dada bidang Jeno. "Jen engap" ucap Hana disana.

"Jangan banyak gerak Hana, ga lucu kalau besok Nathan langsung punya adik"

Hana mendongakkan wajahnya "Engap tau, kamu erat banget"

Chup

"Jeno!" Hana mendorong tubuh Jeno lalu membelakangi pemuda itu. Dirinya yakin kalau sekarang wajahnya udah merah banget setelah bibirnya dicium Jeno tanpa permisi.

Jeno masih tidak menyerah, dirinya kembali merengkuh tubuh Hana namun kali ini dari belakang.

"Jangan marah"

"Kamu nyebelin"

"Iya maaf, habisnya gemes"

Chup

Jeno mencium tengkuk Hana "Aku sayang kamu"

Setelah itu mereka benar-benar tertidur dengan posisi seperti itu. Bahkan mereka sudah lupa dengan rasa canggung yang melanda tadi.

Pintu kamar sedikit terbuka "Mana ada gapunya rasa tapi tidur pelukan"

"Iya, mana berisik banget lagi dari tadi"





TBC









✔ Papa Mama | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang