Selamat membaca 💕
Farensa membaringkan tubuhnya di kasur bersiap untuk tidur. Tiba-tiba terdengar nada notif pesan WA dari ponselnya. Dia pun berniat membukanya sebelum suara ketukan pintu mengalihkan atensinya. Farensa beranjak untuk membuka pintu.
Setelah pintu terbuka, dia mendapati Fikri adiknya tengah menyengir lebar unjuk gigi.
"Ada apa, Dek?" tanyanya bingung. Sementara Fikri masih cengengesan tidak jelas.
"Mau ngerjain PR?" tanya Farensa menebak.
Fikri menggeleng, "Fikri mau ngomong sama Kakak."
"Sekarang juga lagi ngomong, kan?" gurau Farensa.
"Ish, Kakak! Maksutnya ngomong penting. Emm ... Fikri mau minta maaf intinya."
"Minta maaf? Untuk?"
"Emm, anu, Fikri ... anu Kak, emm ...,"
"Udahlah sana, Kakak ngantuk dengerin kamu ngomong nggak jelas!" Farensa hendak menutup pintunya.
"Eh, jangan-jangan Kak, bentar, bentar, Fikri udah berani nih mau ngomong."
"Ya apa cepetan, Dek." kata Farensa tak sabar.
Fikri menunduk bersiap untuk berbicara. "Maafin Fikri ya, Kak. Fikri ... udah ngasihin nomor Kakak."
"Ngasih ke siapa emang?"
"Ke ... Abang itu."
"Abang? Abang siapa?"
"Ish, itu loh Kak abang yang putih, ganteng, tinggi, itu. Masa Kakak nggak tau si,"
"Ya siapa namanya?"
"Ish, Bang Affan, Kakak!" kesal Fikri menghentakkan satu kakinya karena Farensa tak kunjung mengerti.
Kemudian tanpa disadarinya, ternyata Farensa sudah berdiri dengan tegap bersiap menghukum. Tidak lama, tarikan telinga dia rasakan. "Aduh, duh, duh, Kak! Ampun, Kak, ampun!" keluhnya kesakitan.
"Nggak ada ampun-ampunan! Pokoknya selama sebulan Kakak nggak mau ngajarin kamu buat PR lagi." Farensa langsung menutup pintu dan menguncinya begitu selesai menjewer sang adik.
Sebenarnya dia tidak marah pada adiknya. Dia hanya kesal mendengar nama Affan disebut di hadapannya. Entah kenapa semua orang di rumah ini seolah mendukung Affan. Farensa benar-benar tidak mengerti jalan pikiran mereka.
Dengan perasaan sedikit kesal, Farensa pun duduk di tepi ranjang. Lalu teringat sebuah pesan yang masuk pada ponselnya. Jangan-jangan ....
Farensa segera mengambil ponsel dan membukanya. Dia membuka sebuah pesan chat dari nomor asing.
From : 0821-6254-xxxx
Assalamu'alaikum, Farensa.
Ini aku, Affan.
Maaf karena sudah meminta nomor ponselmu tanpa izin. Tolong simpan, ya.
Farensa mengembuskan napasnya perlahan setelah membaca pesan dari Affan. Entah gangguan apalagi yang akan dialami, Farensa sungguh bingung harus seperti apa menghadapi Affan.
***
Affan hendak membuka pintu mobilnya berniat pulang. Namun, panggilan seseorang menghentikan kegiatannya.
Affan menoleh dan mendapati wanita berpakaian kedokteran juga tengah sedikit berlari ke arahnya.
"Aku numpang ya, Fan?" pinta wanita itu saat sampai di depannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
FARENSA
Ficção Geral"Jika bukan karena cinta, maka karena apa kedua insan bisa bersama? Kita mungkin bisa luput dari rencana manusia, tetapi tidak akan pernah bisa luput dari takdir-Nya." - Affan Farensa adalah anak dari seorang tukang becak yang memiliki rupa biasa-bi...