Baru saja Affan memasuki rumah, dia langsung disambut oleh sang mama yang terlihat begitu cemas.
"Ya Allah, Affan! Kamu dari mana saja, sih?! Mamah telfonin tapi nggak diangkat. Kamu tahu nggak, ada berita duka hari ini? Ali kecelakaan, Fan! Dia meninggal! Sekarang orang tuanya juga sedang dirawat di rumah sakit. Kamu pergi ke mana hari ini? Katanya tadi pagi kamu mau tidur saja, kenapa pergi?" pertanyaan bertubi-tubi keluar dari mulut Vina.
Affan tidak menanggapi. Pria itu hanya diam menunduk dengan wajah lesu membuat Vina merasa khawatir.
"Fan, kamu nggak apa-apa 'kan?" Vina mendekat menyentuh lengan Affan. Wanita itu curiga kalau Affan sudah mengetahui beritanya.
"Affan, ... Affan gagal nolongin Bang Ali, Mah." lirihnya sendu. Namun, pernyataannya justru membuat Vina merasa bingung.
"Maksudnya?"
Affan menatap sang mama dengan mata sayu, "Affan ada di lokasi kecelakaan mereka, Mah. Affan menyaksikan semuanya."
Vina begitu terkejut mendengar penuturan Affan. "B-bagaimana bisa kamu ada di sana, Fan? Bukannya tadi pagi kamu bilang ke mama kalau kamu mau tidur?"
Vina mengajak Affan untuk duduk di sofa. "Biar Mamah ambilin minum dulu."
Affan mengangguk sebelum Vina pergi. Tak lama kemudian Vina datang membawa segelas air putih dan meminta Affan untuk meminumnya. Lalu ia duduk di sebelah putranya.
"Sekarang ceritakan, apa yang sebenarnya terjadi?"
Affan menghela napasnya sejenak. Dia merasa begitu berat menceritakan apa yang baru saja terjadi. Merasa tak sanggup meski hanya mengingatnya.
"Affan pergi ke rumah sakit untuk mengambil sesuatu yang Affan perlukan. Tapi di tengah jalan, Affan justru menyaksikan kejadian itu. Dan Affan ... Affan gagal menyelamatkan Bang Ali, Mah."
"Sssttt... Sudah, sudah. Semuanya sudah jalan-Nya, Fan. Kita harus menerimanya dengan ikhlas." ucap Vina sambil mengusap-usap bahu Affan, menenangkan.
Affan mengangguk mengerti. "Kita ke acara pemakamannya nanti sore, Mah."
"Iya, Sayang. Nanti kita pergi sama-sama."
Dengan lesu Affan bangkit dan pergi menuju kamarnya. Vina yang melihat itu hanya mampu menghela napasnya. Vina tidak mengerti apa sebenarnya rencana Allah, tapi dia berharap Affan bisa dengan mudah melewati semuanya. Bagaimanapun juga, Vina tahu kalau putranya itu masih memiliki perasaan terhadap Farensa, gadis yang tadinya akan dipersunting Ali. Jadi Vina yakin kalau sekarang Affan pasti bingung memikirkan kedepannya akan bagaimana. Akankah Affan kembali mengejar cinta pertamanya itu?
Ya Allah...semoga semuanya akan baik-baik saja. Doa Vina dalam hati.
***
Di tengah cerahnya mentari sore, Affan menyaksikan proses pemakaman jenazah Ali.
Affan sengaja berdiri agak jauh dari makam karena tidak ingin Farensa melihat keberadaannya saat ini.
Ya, Farensa beserta keluarganya juga hadir turut serta mengantar jenazah Ali. Affan melihat mereka dari kejauhan bersama sang mama. Mereka berdua memakai payung hitam besar dan kacamata hitam agar tidak mudah dikenali.
Saat para pelayat membubarkan diri, Affan melihat keluarga Farensa tetap berdiri di sana. Mereka terlihat mendekati pemakaman kemudian berjongkok. Lalu mengirimkan doa kembali untuk Ali.
Setelah dilihatnya mereka selesai mengirimkan doa, Affan dan sang mama segera bersembunyi di balik pohon besar. Affan menunggu mereka keluar dari tempat pemakaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
FARENSA
Ficción General"Jika bukan karena cinta, maka karena apa kedua insan bisa bersama? Kita mungkin bisa luput dari rencana manusia, tetapi tidak akan pernah bisa luput dari takdir-Nya." - Affan Farensa adalah anak dari seorang tukang becak yang memiliki rupa biasa-bi...