Part 6

70 14 5
                                    

Selamat membaca, 💕
.
.
Farensa beserta keluarganya tiba di rumah sakit. Mereka mendengar kabar bahwa kedua orangtua Ali masih bisa diselamatkan. Dan sekarang mereka ingin melihat keadaannya.

Jenazah Ali juga berada di rumah sakit sedang dalam proses pembersihan. Farensa mendengar kalau Ali meninggal di tengah jalan saat sedang dibawa ke rumah sakit. Farensa tidak tahu kenapa di antara semua korban, Alilah yang paling parah keadaannya. Bukannya Farensa tidak mau menerima takdir Tuhan, tetapi Farensa sekarang merasa seakan terhempas ke bumi saat dirinya hampir sampai ke langit.

Tetapi sudahlah, nyatanya Allah lebih menyayangi Ali. Allah menginginkan Ali untuk kembali pada-Nya. Farensa harus belajar ikhlas.

Sesampainya di depan ruang IGD, Farensa baru menyadari bahwa banyak pasang mata yang memandanginya dengan tatapan kasihan. Reflek dia menunduk mengoreksi apa yang dikenakannya saat ini.

Gaun putih sederhana yang membungkus tubuhnya, sebenarnya masih bisa terlihat seperti gaun pengantin, tidak ada yang salah dengan itu. Dan tentu yang melihatnya tahu bahwa dirinya adalah seorang pengantin. Meski pada kenyataannya dia adalah pengantin yang gagal menikah. Farensa menjadi sedih mengingatnya.

Farensa melirik lagi ke sekitar. Banyak orang yang melewatinya sambil menatapnya dari atas sampai bawah, membuat Farensa kembali mengoreksi apa yang dikenakannya.

Sandal swallow berwarna putih dengan capit warna jingga menghiasi alas kakinya yang berbalut kaos kaki.

Farensa langsung menurunkan gaunnya yang pada mulanya sedikit dia angkat. Farensa memejamkan matanya, malu. Bagaimana bisa dia memakai alas kaki yang tidak sinkron dengan pakaiannya?

Gaunnya memang agak panjang dan Farensa butuh mengangkatnya sedikit, agar bisa berjalan dengan mudah. Tetapi hal itu malah menjadikannya bahan tontonan orang-orang sekitar. Sungguh Farensa merasa malu.

Make up yang sudah pasti berantakan karena air matanya juga membuatnya bertambah malu. Farensa akhirnya memutuskan untuk pulang agar dia bisa membersihkan diri dan berganti pakaian. Dia pergi setelah pamit pada kedua orangtuanya.

***

Affan keluar dari ruangan kerjanya. Dia baru saja selesai mengganti pakaiannya yang bersimbah darah dengan pakaian bersih. Kebetulan di rumah sakit memang ada pakaiannya yang sengaja dia simpan untuk berjaga-jaga.

Affan berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit menuju IGD untuk melihat keadaan orangtua Bang Ali. Sesampainya di sana, Affan melihat dua orang yang sedang duduk di kursi depan ruang gawat darurat itu. Affan sedikit memicingkan mata untuk melihat dengan jelas. Ternyata benar, seorang wanita yang duduk di sana adalah ibunya Farensa. Affan paham betul karena sebelumnya dia pernah melihatnya ketika berkunjung ke rumah gadis itu.

Dan di sebelah wanita itu kemungkinan adalah ayah Farensa. Affan kurang yakin karena belum pernah melihatnya secara dekat. Dia hanya pernah melihatnya dulu sewaktu menyelidiki latar belakang keluarga Farensa. Dia pernah melihat ayahnya Farensa yang pulang ke rumah sembari mengayuh sebuah becak. Ya, dulu memang ayah Farensa bekerja sebagai tukang becak. Namun sekarang, Affan tidak tahu.

Lalu di mana sanak saudara Ali? Bukankah seharusnya mereka yang ada di sana? Kenapa justru keluarga Farensa yang begitu sigap untuk datang melihat keadaan orangtua Ali?

Hari ini adalah hari penting untuk Ali, dan itu artinya mereka seharusnya tengah berkumpul. Tetapi kenapa tidak ada satu pun yang datang untuk melihat kondisi mereka.

Berbagai pertanyaan memenuhi kepala Affan. Affan merasa penasaran dengan jalinan kekeluargaan keluarga besar Ali. Apakah memang ada yang belum dia ketahui meskipun sudah dekat dengan Ali begitu lama? Ah, lagi-lagi pertanyaan muncul di benaknya.

Entah apapun itu alasannya, yang jelas Affan salut dengan kesigapan orangtua Farensa yang begitu peduli pada keluarga Bang Ali. Affan bisa merasakan rangkulan kasih sayang mereka yang begitu tulus. Seandainya Bang Ali bisa diselamatkan, pasti dia akan sangat beruntung nantinya mendapatkan mertua yang sangat baik dan peduli. Namun kenyataannya, Ali sudah pergi dan tidak bisa kembali lagi. Affan benar-benar sedih karena tidak bisa menyelamatkan nyawa sahabatnya itu.

Affan menyenderkan tubuhnya di sisi dinding dan mengalihkan pandangan dari kedua orangtua Farensa untuk menyamarkan keberadaannya. Affan yakin ibunya Farensa pasti masih ingat dengan wajahnya. Oleh sebab itu, Affan tidak bisa membiarkan ibunya Farensa menyadari keberadaannya sekarang. Affan belum siap untuk berbincang dengan mereka. Terlebih saat ini mereka sedang dalam keadaan berduka.

Tiba-tiba Affan menyadari sesuatu. Sejak awal dia datang, kenapa tidak melihat Farensa di sana? Perasaan khawatir muncul seketika dalam dirinya. Ya Tuhan, gadis itu pasti sangat terpukul sekarang. Pasti Farensa masih belum bisa menerima kenyataan yang ada hingga tak mampu untuk melihat keadaan di sekitarnya. Sungguh Affan tak tega membayangkannya.

****

Thanks,

FARENSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang