Farensa membuka ponsel, begitu mendengar sebuah notifikasi pesan chat masuk.
Rifa ❤
Kak Farensa, bisa kita bertemu nanti sepulang sekolah?Farensa mengernyitkan keningnya membaca pesan dari Rifa. Dia sedikit penasaran pada apa yang ingin disampaikan Rifa, mengingat hari ini tidak ada bimbingan.
Me
Boleh, Fa. Di mana?Rifa ❤
Seperti biasa Kak, aku tunggu di lobi.Me
Oke.Setelahnya, Farensa bangkit dan berjalan menuju kelas XII IPA 1 untuk mengajar.
***
Seorang lelaki dengan jas birunya sedang membaca berkas-berkas penting di mejanya. Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka, menampakkan sesosok wanita cantik berpakaian seksi.
"Hai, Al." sapa wanita itu berjalan ke arahnya. Lelaki itu, yang tak lain adalah Aldo, justru menatapnya malas.
"Lama kamu tidak mengunjungiku, Al? Bahkan menghubungiku juga tidak. Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya si wanita setelah duduk di kursi depan meja Aldo.
"Ada apa, Cla?" Bukannya menjawab pertanyaan Clarissa, Aldo malah balik bertanya. Membuat Clarisa merasa heran akan sifat Aldo yang tak biasanya.
Clarissa pun memasang senyum manis dan mendekati Aldo. Merangkul lelaki itu dari belakang kursinya.
"Aku merindukanmu," bisik Cla tepat ditelinganya.
Tak bisa Aldo pungkiri, tubuhnya meremang diperlakukan seperti itu. Namun, ada setitik rasa tak nyaman di hatinya. Dia juga tidak mengerti kenapa bisa merasa seperti itu. Padahal, sejak dulu dia selalu merasa biasa-biasa saja.
"Lepas, Cla. Kamu tidak melihat kalau aku banyak pekerjaan?" ucap Aldo berusaha melepaskan pelukan Clarissa.
"Kamu kenapa sih, Al? Nggak seperti biasanya." Clarissa mulai kesal.
"Aku sibuk, Cla. Tolong jangan ganggu aku sekarang."
"Baiklah. Tapi kapan kamu akan menemuiku lagi?"
"Aku tidak tahu."
Clarissa memejamkan mata sesaat berusaha bersabar. "Kapan kamu ke kelab? Biar aku menemuimu di sana."
"Keluarlah dari ruanganku, Cla." pinta Aldo sabar.
"Aku tidak mau!" tantang Clarissa melipat tangan di dada. "Kamu pikir aku datang kemari hanya untuk diusir seperti ini?"
"Memangnya untuk apa?" tanya Aldo santai.
"Ish Aldo ...!" Clarissa merajuk manja. Dia kembali mendekati Aldo dan merangkulnya dari samping. Dengan gerakan cepat, Clarissa berniat mencium bibir Aldo. Akan tetapi, meleset ke pipi karena Aldo segera membuang wajah.
Aldo lantas bangkit dari duduknya dengan satu sentakan, membuat pelukan Clarissa lepas seketika. Dengan rahang yang mengeras, dia menyeret paksa lengan Clarissa untuk keluar dari ruangannya. Setelah Clarissa keluar, dia segera mengunci pintunya dari dalam. Tidak memedulikan berbagai kalimat protes yang keluar dari mulut wanita itu.
Kemudian Aldo kembali duduk di kursi kerjanya dengan perasaan marah yang tersisa. Aldo merasa bingung, tidak mengerti mengapa dirinya tiba-tiba marah pada tindakan Clarissa. Padahal, dulu biasanya Aldo selalu meladeninya. Bahkan, merasa senang. Mengapa sekarang dia merasa benar-benar ingin marah? Sebenarnya apa yang sudah terjadi pada dirinya?
***
Farensa berjalan menuju loby untuk menemui Rifa. Namun sesampainya di sana, Farensa justru tidak melihat keberadaan gadis itu. Akhirnya dia memutuskan untuk duduk, menunggu Rifa datang.
Tak lama kemudian, Rifa datang sedikit berlari ke arahnya. "Maaf, Kak, habis dari toilet." ujarnya dengan napas tersengal.
"Kenapa harus lari-lari, sih? Kakak juga nungguin, kok, Fa,"
Rifa terkekeh ringan, kemudian duduk di samping Farensa. "Kak, Kak Aldo mengundang Kakak untuk makan malam di rumahnya malam ini. Kakak datang, ya?" ujar Rifa enteng. Sedangkan Farensa begitu terkejut mendengarnya.
"Ada acara apa nih, Fa? Kok, ngundang Kakak segala." jawabnya setenang mungkin.
Rifa tersenyum, tampak memikirkan sesuatu. "Pokoknya Kakak datang aja, deh. Nanti Rifa jemput, kok. Kakak dandan yang rapi, ya?"
Rifa berniat bangkit, namun tangan Farensa mencekalnya. "Rifa nggak boleh bohong, ya, sama Kakak," ujar Farensa mengintimidasi.
Mata Rifa mengerjap beberapa kali berusaha menetralkan raut wajahnya. "Rifa nggak bohong, Kakak. Kak Farensa emang diundang makan malam di rumah Kak Aldo," tapi Rifa yang ngundang, bukan Kak Aldo lanjut Rifa dalam hati.
"Tapi dalam rangka apa? Rifa tahu, kan, kalau Kakak nggak suka sama kelakuan Kak Aldo yang suka rese?"
Rifa cengengesan tidak jelas sambil menggaruk bagian tengkuknya yang tertutup khimar. "Nanti Rifa marahin Kak Aldo deh kalau Kak Aldo rese lagi sama Kakak."
"Bukan begitu Fa ... Kak Farensa orangnya nggak bisa sembarangan untuk bertemu dengan lelaki. Rifa tahu, kan?"
"Eh, gitu ya, Kak? Tapi kan ada Rifa juga di sana,"
"Iya sih," Farensa mengangguk-angguk membenarkan. "Tapi maaf deh, Fa, Kakak tetep nggak bisa."
Raut wajah Rifa langsung berubah muram. Entah kenapa dia begitu ingin kakak sepupunya tertarik pada gurunya ini dengan sungguh-sungguh. Kemarin dia sempat memberi syarat pada Kak Aldo, tetapi sayangnya kak aldo menolak syarat darinya. Mungkin kak Aldo belum begitu tertarik pada kak Farensa. Oleh karenanya, Rifa ingin menggadakan pertemuan di antara mereka supaya kak Aldo semakin melihat inner beauty yang ada pada diri kak Farensa.
"Rifa ... Jangan sedih dong," bujuk Farensa mengusap lengan gadis beralis tebal itu.
"Kak, kalau undangannya diganti atas nama Rifa, apa Kakak akan tetap menolak?" tanya Rifa menatap mata Farensa dengan wajah sedihnya. Membuat Farensa menelan paksa salivanya, merasa tak tega.
"K-kalau Kakak tolak lagi, apa Rifa akan marah sama Kakak?" tanya Farensa hati-hati.
Rifa menunduk menghela napas panjang. Dia rasa kali ini usahanya tidak membuahkan hasil. Baiklah, ia akan mencobanya lagi, nanti. "Rifa nggak marah, Kak. Ya sudah, Rifa pulang. Assalamu'alaikum." Rifa bangkit dari dari duduknya tanpa menoleh sedikitpun pada Farensa membuat Farensa merasa sedih.
Dengan rasa kecewanyaz Rifa melangkah pergi meninggalkan Farensa. Namun, tiba-tiba tangannya ditahan oleh seseorang.
"Baiklah, Fa. Kakak akan datang."
*****
Terimakasih banyak,
untuk
yang sudah membaca.
💕
KAMU SEDANG MEMBACA
FARENSA
Ficción General"Jika bukan karena cinta, maka karena apa kedua insan bisa bersama? Kita mungkin bisa luput dari rencana manusia, tetapi tidak akan pernah bisa luput dari takdir-Nya." - Affan Farensa adalah anak dari seorang tukang becak yang memiliki rupa biasa-bi...