20

1.4K 270 31
                                    

Auth POV

"Makasih banyak buat semuanya."

Haruto masih diam. Wajahnya sudah benar-benar merah padam.

"Haru, kamu gak papa?" Tanya Jennie.

Haruto mulai mengedipkan matanya, kemudian tangannya menyentuh bibirnya.
"Tadi mbak Jennie nyium saya? "

Jennie tak kuasa menahan tawanya melihat ekspresi Haruto, yang terlihat sangatlah polos di mata Jennie.

"Menurut kamu tadi itu apa?"

Bukannya menunggu jawaban dari Haruto, Jennie lagi-lagi menempelkan bibirnya di bibir Haruto.

Hanya sekedar menempelkan, tidak sampai melumat.

"Saya udah mulai terbiasa sama kamu. Jadi, kamu juga harus terbiasa sama saya."

Haruto mengerucutkan bibirnya, nampaknya ia sedikit kesal dengan Jennie.
"Mbak Jennie curang! saya belum siap. Lain kali kalau mau nyium bilang dulu, biar saya juga bisa balas."

"Hahahahaha, ya Tuhan Haru! Kamu lucu banget sih! Sini cubit dulu!"

Haruto pun mendekat ke Jennie, merelakan pipinya menjadi bahan bulan-bulanan Jennie.

"Games banget sih kamu hari ini, saya makin tambah suka." Ucap Jennie yang masih mencubit pipi Haruto dengan gemas.

Bukannya marah, Haruto malah ikut tersenyum. Rasa sakit di pipinya seakan sirna, hanya dengan melihat senyum indah yang terukir di wajah indah Jennie.

Chu

Haruto mencium singkat pipi Jennie. Membuat Jennie melepaskan tangannya dari pipi Haruto, karena terkejut akan tindakan tiba-tiba Haruto.

"Tetap senyum kayak gitu ya, mbak. Saya suka lihat senyum mbak Jennie, keliatan gemesin." Ungkap nya.

Plak

Jennie memukul pelan lengan Haruto. Ia mengerucutkan bibirnya dan menatap Haruto kesal.

"Haru, kamu bikin kaget saya." Ucap Jennie sambil menutupi wajahnya yang memerah.

"Berarti kita impas. Satu sama."

Haruto nampak tertawa puas melihat wajah Jennie yang bersemu merah, nampak sangat menggemaskan.

Bahkan Haruto lupa jika Jennie berumur delapan tahun lebih tua dari nya. Tingkah dan wajah Jennie masih sangat lucu untuk Haruto.

"Haru, pulang yuk!" Ucap Jennie tiba-tiba.

Haruto sadar akan perubahan wajah Jennie yang drastis, "Kenapa mbak? Mbak Jennie sakit?"

Jennie menggelengkan kepalanya pelan.

Tapi Haruto tau jika Jennie tengah berbohong padanya. Pasalnya Jennie tengah memegangi perutnya, sepertinya Jennie tengah menahan sakit.

Haruto segera berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Jennie.

"Mbak Jennie sakit? Apa tadi salah makan? Mbak Jennie punya riwayat maag?"  Tanya Haruto bertubi-tubi.

"Saya gak papa." Kukuh Jennie, tapi ia masih saja memegangi perutnya.

Haruto yang melihat Jennie kesakitan, reflek ikut memegang perut Jennie.
"Mbak Jennie beneran gak papa? Apa sakit banget, mbak? Kita ke klinik sekarang gimana?"

"Saya gak papa, haru."

"Gak papa gimana sih mbak. Mbak Jennie kelihatan kesakitan gitu, saya gak tega mbak." Jelas Haruto.

"Saya beneran gak papa, lagian udah biasa kok."

Ucapan Jennie bukannya membuat Haruto tenang, malah membuat Haruto semakin khawatir.

JANDA'S BOYFRIEND ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang