3

2.2K 331 20
                                    

Auth POV

Haruto membopong Jennie menuju mobilnya. Untung saja tadi ia tidak membawa motor.

Dengan pelan Haruto meletakkan Jennie di kursi depan bagian penumpang.

Haruto dengan segara masuk ke dalam mobilnya.

Tak baik membiarkan wanita berada di luar saat malam hari.

"Ini rumah mbaknya mana?" Tanya Haruto.

"Hmm Julio." Gumam Jennie.

Haruto menghela nafas, Jennie sudah benar-benar kehilangan kesadaran.

"Masa gwe bawa ke hotel?"

"Aduh, jadi ikut pusing gwe!"

~~~

Jadilah Haruto yang terpaksa membawa Jennie ke hotel.

Pertama Haruto tak mungkin membawa Jennie ke rumahnya, bisa bisa ia dibakar habis oleh sang ibu.

Kedua Haruto tak mungkin meninggalkan Jennie begitu saja. Haruto tak setega itu. 

Haruto mengabaikan tatapan aneh mbak resepsionis di depannya. Haruto sudah menebak apa yang dipikirkan mbak mbak itu.

"Kalo bisa kamar nya di lantai dasar aja." Ucap Haruto.

Mbak resepsionis tersebut malah tersenyum.

Haruto sudah benar benar tak peduli dengan pikiran wanita di depannya ini.

"Ini kuncinya. Selamat beristirahat."

Haruto segera menggendong Jennie di punggungnya. Membawa Jennie ke kamar yang telah ia pesan.

Ia tau sedari tadi banyak perempuan yang menatapnya. Ia sudah terbiasa akan hal tersebut.

Ia sudah terbiasa menjadi tampan (?).

Haruto meletakkan Jennie dengan sangat hati-hati. Melepaskan sepatu Jennie dengan pelan.

"Julio tega  sama mama." Gumam Jennie sembari terlelap.

Dalam keadaan seperti ini Haruto tau, bahwa Jennie sangatlah menyayangi putranya, melebihi apa pun.

"Nghh"

Haruto membulatkan matanya kala melihat Jennie memutar tubuhnya dan melenguh pelan.

Haruto menegang seketika, ia tak mampu berkata-kata.

Haruto juga masih normal. Tentunya ia memiliki nafsu terhadap perempuan, apa lagi perempuan seperti Jennie yang memiliki badan serta wajah yang sangat-sangat molek.

"Inget dosa to." Gumam Haruto.

Haruto memilih untuk tidur di sofa sambil menjaga Jennie.

Aneh memang, ia menemani wanita yang baru ia temui 2 kali untuk tidur di hotel.

Namun bagaimana lagi? Jiwa kemanusiaan Haruto mengatakan untuk tidak meninggal kan Jennie begitu saja.

Atau mungkin, Jiwa modus Haruto (?).

"Sleep well!"


...lll...

Jennie mengerjapkan matanya, merasakan badannya sangat sakit. ditambah kepalanya yang begitu pusing.

Jennie menyadari jika dirinya tak berada di kamarnya. Segera ia melirik pakaiannya.

Masih aman.

Matanya mengitari setiap sudut kamar hotel itu. Menemukan pemuda (Haruto) yang masih terlelap di sofa.

Jennie berjalan ke arah pemuda tersebut. Menepuk pundak pemuda itu pelan.

JANDA'S BOYFRIEND ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang