Namanya Senja
Anugerah terindah yang tiba-tiba saja dikirimkan Tuhan untuk menitipkan beberapa pelajaran
Pelajaran tentang kedewasaan, kehendak, juga perbedaan
Yang tidak Senja tau adalah bahwa saya tidak pernah merencanakan hati ini untuk jatuh padanya
Sungguh, niat saja tidak pernah terpikir sama sekali pada awalnya
Ya, semua berubah begitu saja
Dengan cepat
Bahkan untuk menyadarinya saja saya tidak sempat
Kasih sayang yang pada awalnya tidak ada sama sekali
Kini menjelma ketakutan terbesar bila saya harus kehilangannya
Aneh saja
Aneh bila saya harus membayangkan hari-hari saya kalo nggak ada dia
Cuma ya... gimana?
Kami berbeda
Sangat berbeda
Saya berpikir ini, dia berpikir itu
Ia percaya bila perbedaan akan selalu jadi pertentangan, saya enggak
Saya selalu percaya bila perbedaan bisa menjadi alat untuk menyatukan dua orang, tapi dia enggak
Hmm
Sejak dia masuk dalam hidup saya, doa saya cuma satu
"Tuhan saya mau dia"
Itu saja
Saya sebenarnya berharap sekali
Bahwa Senja dikirim Tuhan bukan sekedar menitipkan pelajaran
Tapi juga untuk bisa saya sayangi sepenuh hati
Saya menyayanginya
Sayang sekali
Maka bila kata selamanya terlalu abadi
Tapi Tuhan, saya mohon untuk tidak secepat ini
Harapan serta doa yang saya miliki sendirian itu sekarang berdiri di antara persimpangan kanan dan kiri
Ya, jadi... jalan lurus ke depannya tuh udah nggak ada
Jalur yang pada awalnya saya kira akan selalu satu, ternyata berujung berpisah
Dan... sekarang saya dan dia harus memilih
Kemana dan bagaimana
Kami akhirnya bicara
Setelah beberapa waktu disimpan untuk saling menjawab pertanyaan
Ia tampak sedih
Berusaha keras untuk tidak mengeluarkan air mata
Saya terlalu mengenalnya sampai saya tau bahwa sebenarnya pembicaraan ini tidak perlu ada
Karena ini cuma semakin akan menyakitinya
Dengan lirih Senja berkata,
"Kamu harus dapatkan yang terbaik dan bukan saya orangnya"
"Lupakan saya karena kamu pun tau jika kita memang diharuskan untuk saling melupakan"
"Kita berbeda, terlampau berbeda"
"Kamu hitam saya putih, pun sebaliknya"
"Kalaupun dipaksa bersatu kamu tau kita akan menjadi warna apa, abu-abu"
"Dan semua akan jadi percuma"
Saya raih kedua tangannya
Berharap ia mau mendengar dan duduk sebentar
"Senja, saya memang nggak pernah tau apa yang ada di masa depan"
"Bahkan satu jam setelah ini saya juga nggak tau"
"Tapi saya yakin bahwa nggak ada yang percuma"
"Saya bertahan bukan karena saya tau kamu yang terbaik"
"Tapi karena kamu berhasil buat saya ingin selalu jadi orang yang lebih baik"
"Saya nggak bisa lihat ini berakhir"
"Saya mau kita mencobanya"
Senja menentang dengan bilang,
"Enggak, kamu salah"
"Kita nggak boleh mencobanya walau cuma sekali"
"Karena semuanya akan semakin percuma"
"Saya menyayangimu, saya nggak mau masing-masing dari kita semakin sakit"
"Kamu tau kehendak Tuhan memang nggak bisa dilawan"
"Kamu harus cari warna yang lain"
"Dan saya bukan warna yang bisa melengkapi pelangi kamu"
"Saya cuma abu-abu"
Ia melepas genggaman tangannya dari genggaman saya
Lalu kemudian matanya menangis deras
Saya menunduk lemas
Menangis
Tidak sanggup bersuara keras kecuali,
"Kamu tau saya hancur?"
Iya balik bertanya,
"Kamu tau saya pun begitu?"
Ia beranjak pergi
Meninggalkan saya tanpa perpisahan apa-apa
Tanpa kalimat sampai bertemu lagi
Tanpa pelukan
Tanpa kecupan selamat tinggal
Saya berusaha membenarkan semua ini
Entahlah, ini dia tidak mengerti atau saya yang nggak mau mengerti
Senyumannya adalah pengharapan
Matanya adalah kejujuran
Dia adalah satu yang mustahil untuk direlakan
Perasaan saya semakin tidak karuan
Hati dan kepala kian berdebat hebat
Di satu sisi saya harus merelakannya
Namun ada sisi lain yang lebih besar yang mengatakan bila saya harus terus mempertahankannya
Tapi pada akhirnya
Saya berpikir murni dan berujung pada kesimpulan dimana...
Ada beberapa tujuan yang tidak bisa memiliki jalan yang searah
Ada perasaan yang tidak bisa dilalui dari arah yang berbeda
Mungkin dia benar
Dia benar soal yang terbaik
Mungkin kita biarkan saja perasaan ini ada dan pernah ada
Biarkan dia menjadi bingkai pelajaran yang paling berharga
Mungkin cukup begitu saja
Cr : Rintik Sedu
04/09/2020
![](https://img.wattpad.com/cover/234951722-288-k775945.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Podcast Rintik Sedu (Season 2) [Completed]
De TodoSetelah setahun, kisahnya masih berlanjut. Podcast Rintik Sedu di tahun kedua akan dituliskan disini. Selamat membaca sambil mendengarkan! Ingat ya only on Spotify Rintik Sedu! p.s. ini cuma akun teri, bukan akun paus