23. Twenty-three

172 20 0
                                    

"Kau membawaku kemari? Ketaman?" Tanya Belle. Gadis itu tengah duduk melihat sekitar. Banyak orang berjualan, juga taman anak-anak yang membuat para bocah senang berlarian. Tempat yang di pilih Vantae memang cocok untuk piknik keluarga. Belle menatap Vantae yang tersenyum senang memakan gimbab miliknya, membuat gemas ketika pipi itu menggembung.

"Kita akan piknik seperti ini kalau Peach lahir" seru Vantae.

"Kenapa kita tidak berfoto? Aku akan membuat hadiah ulang tahun saat usianya 18 tahun dengan album" seru Belle.

Vantae terkekeh heran, "kenapa kau suka sekali membuat album?"

"Album memberimu ingatan tentang masa lalu Van. Sudah ayo selfie!" Ketus Belle.

Vantae memilih menurut dan mereka melakukan selfie. Bahkan bulan lalu ketika Belle baru saja hamil dan mengundang sahabat dan para hyungnya, mereka juga berfoto. Ia tak pernah melihat album yang dibuat oleh Belle. Seolah gadis itu menyembunyikan hal itu dengan baik dan akan memberinya kejutan.

"Aku tidak pernah melihatmu membuat album" seru Vantae menyuapkan gimbab pada Belle.

"Aku membuatnya secara rahasia saat kau kerja Van. Aku sedang mengerjakan 3 album. Album masa laluku, album kehidupan pernikahan kita, dan yang baru terpikirkan saat ini album untuk ulang tahun Peach" balas Belle menyombongkan diri. "Kalau Peach belum lahir, aku akan berselfie ria setiap bulan. Lalu saat sudah lahir aku akan memotret nya setiap tahun dan memakai foto terbaik untuk album pertumbuhan" lanjutnya.

"Aku terserah kau saja, kurasa itu tidak terlalu penting" balas Vantae malas.

Pemuda itu tersenyum ketika bola sepak menggelinding kearahnya. Ia mengedarkan pandangan, mencari sosok yang memainkan bola itu. "Paman, bisa kembalikan bolaku?" Tanya seorang anak. Vantae menahan gemas melihatnya, pipi tembam milik si kecil yang terlihat bergoyang ketika anak itu berlari.

"Ini bolamu? Mau bermain bersamaku?" Tanya Vantae.

"Kalau paman mau bermain, kita main disana saja. Teman-teman ku tidak bisa membantuku memutar mangkok putarnya" keluh bocah itu.

"Akan aku bantu, siapa namamu?" Tanya Vantae.

"Hans"

Belle yang melihat interaksi menggemaskan Vantae dan Hans tersenyum kala suaminya itu mengikuti Hans. Pemuda itu memutar mangkok yang ditempati 3 anak duduk. Teerlihat suaminya itu begitu senang ketika melihat Hans dan teman-temannya tertawa riang sembari menyuruhnya memutar lebih cepat.

"Sampai jumpa lagi paman!!" Seru Hans ketika orang tuanya memanggil.

Vantae kembali duduk disamping Belle dengan keringat yang menuruni dahinya deras. "Lelah?" Tanya Belle. Ia melihat pemuda itu menggeleng cepat sembari tertawa senang.

"Aku akan bermain seperti itu jika bersama Peach nanti" serunya senang.

"Well, kurasa tidak buruk piknik di taman bermain anak-anak. Kau terlihat senang" balas Belle.

"Sudahlah, bagaimana keadaan Peach?" Tanya Vantae.

"Dia baru 2 bulan Van. Kau ini ada-ada saja" balas Belle.

"Haaaah aku tidak bisa membayangkan perpisahan kita 7 bulan lagi"

"Kau memikirkannya? Karena ada Peach aku jadi tenang. Setidaknya kau akan memperhatikan anak kita nantinya" balas Belle menenangkan.

"Hanya Peach? Uuuh selucu apapun Peach nanti cintaku tetap padamu" manja Vantae.

Belle tertawa melihat perilaku kekanakan suaminya. Sejak ia hamil Vantae yang mengidam dan mengalami morning sickness. Seringkali pemuda itu memprotes parfum kesukaannya hingga memberikan parfum baru dengan bau yang Vantae pilih. Dan salah satu favoritnya adalah, Vantae semakin manja padanya. Tingkah kekanakan dan suka sekali memeluknya itu terlihat menggemaskan.

Kini didalam mobil yang dikemudikan oleh paman Lee, Vantae tengah tiduran di pangkuan Belle menghadap ke perut gadis itu. "Paman! kita ke supermarket dulu, aku harus belanja" seru Belle. Vantae tak peduli dan mengusakkan wajah tampannya ke perut sang istri membuat gadis itu terkekeh dan merekam kegiatan Vantae.

"Ibu tak tau kau itu Arsen atau Arisha, tapi lihat Ayahmu. Dia tak sabar sekali menunggu kehadiranmu. Anak Ibu masih berusia 2 bulan di perut Ibu. Baik-baik disana" seru Belle menatap kamera handphone miliknya. Vantae terkekeh pelan dan menyuruh istrinya untuk menyorotnya juga.

"Yak Peach! Kalau kau sudah besar dan nakal terhadap Ibu mu, ayah akan menggantung mu secara terbalik di pohon yang tinggi!" Ketus Vantae. "Ayah tak sabar menunggumu"

"Ini anakku! Beraninya kau menggantungnya!" Bela Belle.

"Dia juga anakku!" Ketus Vantae. "Apa salahnya mendisiplinkan dia" lanjutnya.

"Van, kau pikir dia ini Arsen atau Arisha?" Tanya Belle.

"Aku tidak peduli selama dia anakku" balas Vantae.

"Kupukul kau lama-lama" ketus Belle. "Ibu sayang Peach, tumbuhlah dengan baik. Dan jika Ayahmu jahat padamu, pukul saja kepalanya" seru Belle.

"Yak! Kau ingin Peach durhaka padaku!?" Ketus Vantae. Pemuda itu memilih duduk berdekatan dengan Belle membuat gadis itu terkekeh kecil. "Peach cepatlah keluar dari perut Ibu. Kami akan memberikan kasih sayang melimpah padamu" gumam Vantae lembut.

"Ayah benar, kami mengharapkan agar kau cepat hadir dalam hidup Ibu dan ayah" gumam Belle.

Vantae tersenyum dan menekan tombol merah menghentikan rekaman. Keduanya terkekeh pelan dengan kelakuan mereka. "Tak kusangka menyenangkan juga" seru Vantae tertawa pelan.

"Itu dia, aku bisa saja menyimpan Vidio ini dan menunjukkannya pada Peach" balas Belle.

"Kau mulai lagi" gumam Vantae malas.

"Ayolah Van, membuat album untuk dilihat dimasa depan itu menyenangkan. Peach bisa melihat kita dimasa lalu dan tau seberapa besar kita menyayanginya" jelas Belle. "Akan aku tunjukkan album pernikahan kita setelah kita berpisah" lanjut Belle tertawa mengejek.

"Aish, lalu kau mau buat apalagi?" Pasrah Vantae.

"Vidio setiap bulan untuk Peach" balas Belle.

"Melelahkan sungguh" ketus Vantae.

"Kau memang tidak sayang anak Van"

"Aku sayang kamu" balas Vantae menggoda.

Paman Lee yang daritadi mendengar dan melihat keduanya ikut tersenyum simpul. Tentu ia mengenal sosok Belle yang dicintai oleh Vantae. Bagi pemuda itu, dia dan bibi Han sudah seperti orang tua kedua. Setelah ayah dan Ibunya yang selalu saja sibuk bekerja dan kurang memperhatikan pemuda itu.

"Nyonya, kita sudah sampai" seru Paman Lee.

"Aish paman, anggaplah aku anakmu juga. Panggil aku Belle biasa" protes Belle. Gadis itu akhirnya turun dari mobil di ikuti oleh Vantae.

"Bawa keranjang dorongnya" suruh Belle. Gadis itu berjalan disamping Vantae sembari bergandengan tangan mencari beberapa bahan makanan yang menurutnya segar.

"Aku mau kita makan pizza saja" seru Vantae yang sedikit membenci makanan laut.

"Aku mau gurita Van, dibumbui dengan asam manis bagus juga" seru Belle membayangkan.

"Kenapa kau suka sekali makanan laut?" Tanya Vantae.

"Selama itu matang aku tidak masalah. Lagipula bagus untuk Peach" Belle terkekeh menatap Vantae yang terlihat protes dengan alasannya. "Aku akan memasak makanan lain untukmu" lanjutnya membuat Vantae senang.

Vantae memilih belanjaan dan melihat susu ibu hamil yang menarik di matanya. "Kau harus minum itu!" Seru Vantae menunjuk rak berisi susu. Mendengar seruan Vantae Belle menoleh dan melihat rak susu ibu hamil membuatnya terkekeh.

"Kau mau itu?" Tanya Belle.

"Oh, kau yang butuh itu" balas Vantae.

"Baiklah, ambilkan aku yang rasa cokelat 2 kotak" serunya. Ia terkekeh melihat Vantae berlari senang mengambil susu bubuk untuk ibu hamil rasa cokelat yang ada di rak atas. "Ayah mu sungguh merepotkan"

---To Be Continued---

Memories [REVISI END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang