20. Twentieth

193 24 1
                                    

"Kau akan baik-baik saja" seru Vantae. Saat ini ia tengah menemani Belle yang sedang berbaring dan diperiksa oleh Jarvin. Tak lupa sneyum manis ia berikan untuk menenangkan sang istri. Awal mula mendengar pengakuan Belle membuatnya kesal bukan main. Hampir setiap hari selama seminggu berada di Hawai, ia menahan emosinya kala melihat Belle yang tertawa bahagia disana.

"Belle, apa kau baru-baru ini merasa mual?" Tanya Jarvin, ia melepaskan stetoskop yang tersampir di lehernya setelah memeriksa Belle.

"Tidak, malah Vantae yang sering mual" balas Belle menatap suaminya mengejek.

"Vantae mual? Lalu apa kau tidak suka bau-bau menyengat? Sakit perut di pagi hari? Atau nyeri punggung? " Tanya Jarvin lagi.

"Tidak kak, kalau yang aneh akhir-akhir ini itu Vantae, bukan aku" ketus Belle. "Vantae mual ketika aku memasak makanan favoritnya. Dia juga mengataiku bau sampai ingin pindah kamar" curhat Belle.

Vantae yang menjadi bahan pembicaraan itu hanya terkekeh pelan melihat Belle tengah kesal padanya beberapa hari terakhir setelah pulang dari Hawai. "Yah, kurasa itu normal seru Jarvin"

"Normal? Maksudmu aku tidak sakit?" Tanya Vantae, aku pikir aku demam atau masuk angin.

"Tentu itu normal Van! Aku malah senang karena kau yang mengalami morning sickness dan bukan Belle" ketus Jarvin.

"Morning sickness? Itu kan-"

"Hm, dia hamil 2 minggu" balas Jarvin cepat.
Belle dan Vantae saling pandang. Senyuman tentu tak bisa dielakkan lagi dari wajah Gavriel Ervanthe. Pemuda tampan yang sangat menyukai anak kecil itu pasti senang ketika ia menjadi ayah. "Kak kau serius dia hamil? Tak salah diagnosa?" Tanya Vantae tak percaya.

"Tidak, aku hanya bercanda" balas Jarvin diselingi senyum paksa. "Aku seriuslah bodoh!"

"Serius aku hamil!? Sungguh!?" Seru Belle.
Gadis itu bangun dari tidurnya dan tegak melihat Jarvin dengan mata berbinar miliknya. Vantae juga melakukan hal yang sama hingga keadaan Jarvin saat ini seperti orang yang tengah melihat anjing kelaparan dan memohon meminta makan.

"Kau hamil Belle, rayakan saja dirumah. Aku malas melihat wajah aneh kalian berdua" ketus Jarvin. Tak menutup kemungkinan jika ia juga senang, hanya saja bukan hanya Belle yang memiliki keperluan dengannya.

"Lalu operasinya kak?" Tanya Vantae.

"Dia bisa operasi Minggu depan, jangan pernah makan makanan yang aneh dan cari di google makanan sehat. Selama berada dibawah trimester dua, ibu hamil tidak masalah melakukan operasi" jelas Jarvin.

"Ah begitu, baguslah" seru Vantae. Pemuda itu menggenggam pinggang Belle ketika berjalan. Senyuman Vantae tak pernah hilang membuat Belle juga ikut tersenyum.

"Van, kita harus memberitahu kak Arash" seru Belle.

"Ah kau benar. Ouuh aku senang sekali sayang, rasanya aku jadi orang paling bahagia di dunia" serunya.

Belle terkekeh melihat Vantae yang terlihat menggemaskan didepannya. "Suruh kak Arash, Christian, Justin, dan kak Rayan kerumah Van" balas Belle.

"Baiklah akan aku telepon mereka. Kita pulang dulu" seru Vantae.

❃.✮:▹I Know Its You◃:✮.❃

"Ibu, aku mau gimbab!" Seru Vantae pada bibi Han. Wanita yang diteriaki seperti itu terkekeh pelan bersama Belle yang berada disampingnya.

"Saya senang pada akhirnya semua kembali seperti semula" gumam bibi Han

"Benar ibu, aku juga bahagia. Aku tidak pernah menduga kenapa ibu Vantae memintaku untuk menikah dengan putranya jika beliau membenciku dulu" gumam Belle. Tidak tau saja kalau kekuasaan kakaknya itu bisa meruntuhkan GVR Corporate hanya dengan jentikan jari.

Memories [REVISI END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang