33. Thirty-three

199 23 0
                                    

"Kau tau? Tersiksa aku selama 2 minggu bersama istrimu! Dia selalu menangis dan tertawa sendiri. Hormon ibu hamil memang" keluh Jarvin yang asyik duduk diruangan Gavriel Ervanthe.

Kini Arash, Rayan, Christian, dan Jarvin berkumpul di ruang make up menunggu acara pernikahan dimulai 1 jam kedepan. Sedangkan Harry Rajendra sekretaris Arash memilih menyibukkan diri dengan menikmati hidangan di aula.

Mendengar keluhan Jarvin membuat Vantae terkekeh gemas. "Lalu kenapa kau tidak datang bersamanya Kak?" Tanya Vantae.

"Belle bilang dia akan berangkat sedikit telat. Dia juga bilang kalau kepalanya sedikit pusing, tapi dia akan kemari" balas Jarvin.

Mendengar penuturan Jarvin sontak membuat Arash melotot. "Kau menyuruhnya menyetir sendirian!? Kak dia sedang hamil! Kejadian 2 tahun lalu cukup membuatnya trauma dengan mobil!" Khawatirnya. Arash sudah menyugar rambutnya kebelakang bingung. "Chris, cepat telepon Belle!" Ucapnya mengingat handphone miliknya berada di saku Harry.

5 menit, Christian tertawa pelan ketika diseberang sana Belle menggerutu memilih baju pesta yang mana. Mendengar suara melalui speaker Christian cukup membuat semua orang lega setelah mendengar ucapan Arash.

"Yak sayang, kau sudah cantik. Pakai apapun yang membuatmu dan Peach nyaman" seru Vantae di telepon.

"Eoh!? Aku harus lebih cantik dari mempelai wanitanya!" Ketus Belle dari seberang.

Panggilan diakhiri oleh Belle yang mengatakan sibuk dan menyambungnya ketika sudah bertemu saja. "Kau tau Rash, dia sudah baik-baik saja" balas Jarvin.

"Dan kau bajingan! Sudah bercerai dengan adikku masih memanggilnya sayang?!"

"Aku tak bercerai dengan Belle, Kak. Aku merobek kertas yang sudah ditandatangani oleh Belle. Dia masih sah sebagai istriku" balas Vantae tegas. "Pernikahan ini sudah cukup menyiksaku, ditambah dengan tak melihat istriku secara langsung selama 2 Minggu membuatku ingin emosi Kak" lanjutnya.

Arash hanya diam tak ingin menjawab. Begitu pula dengan yang lain. Mereka tahu kalau saat ini Vantae memang telak mencintai adik pria bermarga Nelson. "Van, apa Belle tau kalau kau tidak menceraikan dirinya?" Tanya Christian.

"Dia tidak tau. Aku ingin mengatakannya saat bertemu nanti" balas Vantae.

"Presdir, kau punya 2 istri sebentar lagi" goda Christian mencoba mencairkan suasana.

"Apa-apaan! Hentikan itu!"

"Hello guys! Am I late?" Sahut sosok imut dengan tubuh kekar dibalik pintu. Terlihat jika Justin tengah menyembulkan kepalanya melihat beberapa pemuda yang berkumpul diruang make up Vantae.

"Just, kau datang sendiri?" Tanya Rayan.

"Kekasihku ingin bertemu dengan mempelai perempuan. Jadi aku membiarkannya" balas Justin. "Mana Freja dan Belle?" Lanjutnya bertanya.

"Freja berada ditempat yang sama seperti kekasihmu, sedangkan Belle belum datang" balas Christian.

"Apa Belle sudah berangkat Chris?" Tanya Vantae. "Perasaanku campur aduk sekarang!" Ucapnya.

"Kau hanya gugup Van. Tenanglah" balas Rayan menenangkan adiknya.

5 orang itu mencoba menenangkan Vantae dengan banyak cara seperti bersenda gurau mengenai respon Belle ketika datang. Hingga tak terasa, 1 jam berlalu, mereka meninggalkan Vantae sendiri ketika pintu diketuk dan terdengar suara perempuan yang menyuruh mempelai pria untuk bersiap-siap.

"Semangat Van, aku yakin Belle lebih cantik dari istri barumu!" Seru Christian.

Vantae hanya memaksakan senyumannya dan mengangguk pelan. Ia menggerakkan kakinya mencoba untuk tenang. Sungguh perasaannya tak menentu. Ia berdiri dan memilih berjalan menuju altar. Melihat beberapa tamu yang memandangnya kagum karena ketampanan miliknya. Bahkan tak peduli kalau ini pernikahan keduanya. Vantae melihat ke meja dimana Arash dan Rayan duduk bersama Christian dan Freja.

Ia menaikkan sebelah alisnya seolah memberikan sinyal bertanya dimana Belle. Sedangkan Christian menghendikkan bahunya pelan tanda ia pun tak tau. Lagi dengan senyum palsunya ia mengedarkan pandangannya kearah lain berharap Belle-nya berada disalah satu kursi tempat para tamu duduk.

Ia tersenyum, senang. Sangat senang ketika melihat istrinya menggerakkan telapak tangannya menyapa disalah satu kursi pojok yang sedikit gelap. Istrinya itu terlihat cantik dengan gaun biru dan perut buncitnya. Hingga pintu terbuka menampilkan Aleah dengan balutan gaun putih pernikahan.

Vantae mengalihkan fokusnya kearah Aleah, terlihat cantik. Sesekali ia mengerjabkan matanya tak fokus melihat gadis yang berjalan mendekatinya. Sekilas, sangat singkat ia mengingat dimana Belle berusaha berjalan menuju altar dimana ia menyambut tangan gadis itu.

"Ash-"

Christian yang melihat Vantae dengan tingkahnya yang sedikit aneh berdiri dari duduknya. Terlihat jika sahabatnya itu tengah memegang kepala, sesekali menjambak rambutnya dan mencengkeram tempat mimbar. Tidak sedikit orang yang sadar, bahkan beberapa lainnya ikut bingung dan sama khawatirnya seperti Christian.

Pemuda itu berlari naik keatas altar dan memegangi pundak Vantae khawatir. "Van! Van sadar! Kau kenapa!? Yak!!" Seru Christian gopoh.

"Tidak... Belle ku, Kepalaku sakit!!! Sialan!" Umpatnya. Vantae berjongkok karena sungguh sakit dikepalanya tak mampu membuatnya berdiri. Ia melihat Belle berjalan kearahnya dengan gaun pernikahan mereka dulu. Ia melihat Belle mendekatinya dengan seragam sekolahnya dulu. Ia juga melihat Belle-nya tersenyum manis membawa es krim menggunakan pakaian musim dingin.

"AAAAARRHHHGGG!!!!" teriaknya memenuhi aula.

Rayan yang ikut khawatir juga naik keatas altar sembari mencoba menyadarkan sang adik. Bahkan Aleah pun hanya diam karena tak tau harus berbuat apa. Arash dan Justin hanya berdiri melihat Vantae khawatir begitu juga para tamu.

"Van!!! Sadar Vantae!! Jangan mengingat apapun!! Tenangkan pikiranmu! Yak Vantae!!" Seru Rayan.

Christian menatap sahabatnya khawatir, selalu begini. Ia mengingat sesuatu dengan tiba-tiba disaat yang tidak tepat. Namun ia diam ketika Vantae berhenti bergerak dan menyakiti kepalanya. Pandangan Vantae yang kosong menatap kedepan membuat Christian bingung bukan main

"Van?" Gumam Christian memanggil nama sahabatnya.

"Chris, a-aku ingat" gumam Vantae hampir tak terdengar. Christian menajamkan pendengarannya ketika pemuda itu kembali membuka mulutnya mengatakan "aku ingat!"

"Apa yang kau ingat ha!? Van sadarlah ini pernikahanmu! Fokus!" Serunya menyadarkan Vantae. Namun sahabatnya itu hanya menggeleng cepat dan terkekeh pelan.

"Tidak, tidak, istriku hanya satu. Kak aku ingat! Kak Arash aku ingat!!!" Ucapnya lagi. "A-aku mengingatnya! Aku ingat! Belle bukan orang asing dihidupku, dia- Chris dia kekasihku kan!? Dia kekasihku bukan!? Aku mengingatnya Chris! Aku mengingatnya! Justin aku mengingat Nellie-ku!" Ucapnya dengan banyak nada bertanya.

Christian, Arash dan Justin tersenyum senang. Cinta Vantae pada Belle justru akan semakin besar dengan ini. Christian mengangguk sembari menatap Vantae, "iya dia kekasihmu, sosok yang selalu kau kejar"

"Benar bukan!? Dia istriku, karena itu- karena itulah cintaku padanya datang dengan begitu cepat! Dia sudah memiliki hatiku bahkan ketika ingatanku hilang! Chris, dimana Belle? Aku melihatnya disini tadi!" Serunya. Ia berdiri tak peduli dengan tatapan bingung para tamu, Vantae lebih memilih mencari sosok istrinya disudut ruangan dimana dia melihat Belle-nya tersenyum manis.

"Chris Belle diman-"

"ARASH!!!!"

Seluruh penghuni di aula menatap heran sosok yang berlari masuk mendekati Arash yang berjalan kearah Vantae. "Kenapa Harry?" Tanya Arash dengan raut wajah bingung.

"Belle... Kak adikmu, dia mengalami kecelakaan ditempat yang sama seperti 2 tahun lalu dalam perjalanan kemari"

---To Be Continued---

Memories [REVISI END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang