06. Sixth

259 28 2
                                    

"Perlahan, jangan takut jatuh, aku akan menangkap mu!" Seru Vantae. Ia daritadi tidak berhenti mengoceh membuat Belle jengah. Yang keduanya lakukan saat ini hanyalah membantu Belle belajar berjalan. Sudah dua menit ia memegangi Belle agar berdiri, hingga gadis itu mencoba berjalan selangkah dua langkah dengan sendirinya. "YAK!!" Teriak Vantae tiba-tiba. "Sudah kubilang hati-hati!!" Lanjutnya setelah menangkap Belle sebelum benar-benar jatuh mencium lantai.

"Kau membuatku tidak fokus Van" balas Belle terdengar kesal.Pasalnya daritadi sang suami terus menerus mengoceh. Belle bahkan tidak tahu kapan Vantae mengambil nafas untuk kembali berbicara.

"Sudah diam, coba melangkah lagi!" Ketus Vantae. Ia menahan beban tubuh Belle membiarkan gadis itu melangkah perlahan. Belle tersenyum lebar kala ia sudah berhasil berjalan meskipun hanya 3 langkah. "Aku akan mencoba melepaskan mu perlahan" ucap Vantae. Ia menjauh dan membiarkan Belle berdiri sendiri dengan kaki yang gemetar menahan beban tubuhnya.

Dengan senyuman manis, Belle sudah bisa berdiri dihadapannya, namun kala gadis itu mencoba melangkah lagi, ia terkejut dan menangkap tubuh gadis itu kembali kedalam pelukannya."Sepertinya kau bisa memulai dari berpindah tempat" gumam Vantae terkekeh pelan ketuka Belle menatapnya tajam. "Kenapa? Bukan salahku kalau ingin mencobanya. Siapa tahu kau tiba-tiba bisa berlari" Lanjutnya.

"Harusnya kan kau sadar kalau aku belum terlalu bisa!" Ketus Belle. Selama 4 hari ia berlatih berjalan, Vantae tak ada hentinya mengomel. Bahkan pemuda itu selalu saja banyak hal agar dia berhati-hati. Meskipun tahu itu untuk dirinya, tapi mengetahui jika Vantae yang banyak bicara semengesalkan ini, ia lebih memilih Vantae yang menatapnya tajam.

"Maaf" balas Vantae, ia kembali menuntun Belle duduk di kursi rodanya. "Bagaimana rasa pertama kali berdiri dengan waktu yang cukup lama?" Tanya Vantae.

"Tentu saja menyenangkan, aku tidak sabar bisa berjalan dan berlari mengejarmu sekaligus memukulmu kalau kau mengganggu" geram Belle sembari tersenyum lebar.

"Besok aku kerja, akan ku usahakan pulang sore agar bisa membantumu berjalan lagi" ucap Vantae.

"Aku besok akan mengantarkan bekal padamu, dan memberikan hadiah yang istimewa" balas Belle dengan kedipan sebelah mata gemas.

"Hmmm.... Akan kupikirkan hadiah apa yang kau maksud" balas Vantae mencubit hidung Belle gemas.

Belle tertawa lebar, "Kau akan terkejut dengan hadiahku besok, santai saja. Kau pasti senang" Ucapnya.

"Baiklah, awas kalau hadiahmu gagal, Akan kuganggu kau seharian."

Keduanya terkekeh pelan, membiarkan sosok wanita paruh baya yang tersenyum melihat keduanya. "Haah, sudah lama aku tidak melihat kemesraan mereka" gumamnya.Bibi Han memilih berjalan menuju dapur, melanjutkan pekerjaannya.

Vantae dan Belle duduk sembari menonton film horor. Gadis itu membiarkan Vantae tidur di pangkuannya. Kadang kala Vantae ikut terkejut saat Belle kaget karena jumpscare. "Aaaah! Berhenti seperti itu! Kepalaku terantuk dari tadi" protes Vantae. Daritadi tak ada henti-hentinya Belle terlonjak karena jumpscare yang muncul di layar TV, hal itu membuat kepalanya yang sudah pusing menjadi semakin pusing. Vantae dan Belle bahkan tak menyadari jika dibelakang keduanya sudah terdapat 2 sosok pemuda yang menatap mereka heran. "Kau tidak merindukan kakakmu?" Sahut salah satunya.

Belle menoleh cepat melihat Arash dan Rayan. Vantae yang sebelumnya tiduran nyaman memilih duduk dan menyuruh Bibi Han membuatkan minuman untuk mereka. Sebenarnya ia malas ketika waktu berharganya dengan Belle terganggu seperti saat ini. Tunggu, Belle sepenting itu?. Vantae memilih mengabaikan pikiran anehnya, menatap Arash dan Rayan yang sudah duduk rapi di sofa. "Tumben" ucap Vantae pada Rayan yang ada disanpingnya.

Memories [REVISI END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang