12. Twelfth

218 27 0
                                    

"Van? Kau sudah sadar?" Tanya Belle.

Melihat sang istri menatapnya khwatir, Vantae jelas merasa bingung. "Ada apa?" Tanyanya. Ia memegang kepalanya yang sedikit merasa pusing, seperti biasa.

"Kau mengerang kesakitan dan menjambak rambutmu lagi. Kau membuatku takut Van. Kau kenapa?" Khawatir Belle, terlihat beberapa air mata menetes di pipi gembilnya.

"Aku hanya pusing, aku baik-baik saja. Tenanglah" balas Vantae membelai lembut dan menghapus sisa air mata di pipi istrinya, tak lupa ia memberikan kecupan singkat di bibir si manis. "Kemari" serunya memeluk sang istri.

"Lain kali jangan membuatku takut" gumam Belle membuatnya terkekeh pelan.

"Aku baik-baik saja, mungkin karena terlalu banyak berfikir" Balasnya mencoba menenangkan.

"Huft, yasudah kita makan dulu. Tapi setelah ini bantu aku membangun istana pasirnya" cemberut Belle yang diangguki mantap oleh Vantae.

Belle mengambil sandwich bagiannya dan memakan lahap tak merasa jika Vantae menatap dirinya intens. "Apa aku pernah mengenalmu?" Tanya Vantae. Ia sadar jika gadis didalam bayangannya itu adalah istrinya. Terdengar dari suara khas sang istri ketika memanggilnya. Namun ia tidak pasti, mungkin saja Belle memanggilnya ketika ia menutup mata.

"Tidak, kita pertama kali bertemu dirumahmu saat perjodohan waktu itu" balas Belle dengan gemas mengunyah makanannya.

"Kau yakin?" Tanya Vantae mencoba agar Belle berpikir lagi.

"Iya, kenapa?"

"Aku seperti pernah melihat situasi ini. Melihatmu dipantai dan memunggungiku"

Belle tersenyum tipis, "mungkin hanya bayanganmu" ucapnya.

❃.✮:▹I Know Its You◃:✮.❃

Saat itu cuaca sangat cerah ketika Belle diajak oleh kekasihnya pergi untuk piknik ditepi pantai. Keduanya sangat senang bahkan berjalan sembari bergandengan tangan menyusuri pinggiran pantai. "Van, Aku mencintaimu" ucapnya pada sang kekasih.

Pemuda yang dipanggil Van tersenyum memeluk pinggangnya. "Aku juga mencintaimu" balas sang kekasih. Belle terkekeh pelan mendengarnya. Ia memilih berlari menuju pasir kering dan membangun istana pasir. Sedangkan kekasihnya hanya melihat dengan senyuman gemas dari belakang.

"Ayo bantu aku membangunnya Van!" Seru Belle kala ia sedikit kesusahan membangun istananya. "Van! Cepat bantu aku!" Panggilnya lagi.

Pemuda itu terkekeh dan berlari pelan mendekati Belle. Namun kala berlari ia tersandung kakinya sendiri hingga terjatuh. Belle yang melihat hanya tertawa melihat kekonyolan sang kekasih, "Hahaha, kau terlihat bodoh dengan banyak pasir di wajahmu Van" serunya. Ia mendekat, membantu kekasihnya berdiri dan mengajaknya untuk ikut membangun istana pasir.

❃.✮:▹I Know Its You◃:✮.❃

"Kau ini mau membangunnya seperti apa sih?" Tanya Vantae yang membantu Belle membangun istana pasirnya. Sungguh ia lelah sekali dengan ocehan Belle sejak dirinya membantu sang istri untuk membangun istana pasir. Bahkan melihat hasil kerja keras Belle pun ia merasa sedih, tak ada rapi-rapinya sama sekali. Tembok istana yang keropos, menara yang tinggi sebelah, bahkan ia kasihan dengan kepiting yang tadinya Belle jadikan penghuni terkubur karena istana yang dibangun Belle roboh tanpa sengaja.

"Kau yang bagaimana! Sudah benar seperti tadi malah dirusak!" Balas Belle tak terima.

"Ya karena tinggi sebelah! Dasar tidak pintar"
Ketus Vantae lagi.

"Kau yang tidak pintar, tinggal tambahkan tingginya jangan dirobohkan!" Belle
membalas.

"Aaah sudahlah! Aku akan membangun istana pasir ku sendiri! Kita lihat milik siapa yang lebih bagus" balas Vantae menjauh sebanyak 6 langkah dan membangun pasirnya sendiri. Istrinya itu tidak bisa diajak berdebat apalagi bekerja sama.

Memories [REVISI END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang