17. Seventeenth

254 28 1
                                    

"Haaaaaaaa!!!!!! Segarnya!!!!" Seru Belle. Berada di pesawat cukup lama membuatnya bosan bukan main. Kini ia berlarian di pantai, setelah melakukan check in ke kamar hotel terdekat. Kedua pasangan itu tengah melaksanakan bulan madu mereka di Hawai seperti yang dijanjikan Vantae. Dengan celana jeans pendek dan kaos putih juga kacamata hitam Belle terlihat keren saat ini. Berbeda dengan Vantae yang tetap saja terlihat tampan bagaimanapun style nya.

"Kita kembali ke hotel sore hari, sekarang sayangku ini mau kemana dulu?" Tanya Vantae.

"Kau tau? Aku berfikir bahwa lebih baik kita berfoto, aku akan membuat album pernikahan kita selama satu tahun untuk itu" balas Belle.

"Kau membuat album? Aku baru tahu"

"Sudahlah" balas Belle. Gadis itu menyuruh Vantae untuk memegang kamera miliknya dan selfie bersama. Terkadang keduanya akan bermain kejar-kejaran di pantai karena Belle yang selalu menyiratkan air kewajah Vantae. "Van ada kuda!" Seru Belle. Vantae melihat arah yang ditunjuk Belle, memang terlihat ada kuda disana.

"Kau mau naik?" Tanya Vantae.

"Kau mau aku dilemparkan oleh kuda?" Ketus Belle.

Vantae tertawa lebar memilih untuk berbicara dengan orang yang menjaga 5 kuda itu. Belle melotot kala Vantae membawa 1 kuda putih mendekatinya. Sang kuda terlihat gagah, bahkan lebih gagah dari Vantae. Sayangnya sang suami tak memakai baju ala pangeran dan malah memakai jeans selutut juga kaos putih Celine favoritnya.

"Mau naik?" Tanya Vantae. Belle melihatnya bingung, dengan sigap ia mengangkat sang istri untuk duduk dipunggung kuda putih yang diberi nama Felix.

"Van kalau aku mati terlempar bagaimana?" Tanya Belle.

Vantae hanya menatap gemas istrinya, memilih naik dan ikut duduk dibelakang Belle. "Berkuda adalah latihan yang diberikan ayahku saat umurku 7 tahun" balas Vantae berbisik.

"Ooh, aku tidak perlu khawatir kalau begitu" santai Belle.

Vantae menarik tali kudanya memberikan perintah untuk berjalan pelan. Terlihat gadis didepannya sangat senang dan terus mengelus punggung kudanya. "Suruh dia berlari Van!" Senang Belle. Vantae menurut dan mengibaskan talinya menyuruh kuda itu lari.

Melihat Belle yang senang sembari sedikit terangkat ketika kudanya lari membuat pemuda itu peka dan memeluk pinggang Belle dengan tangan kiri. Ia menarik tali kuda menyuruh Felix berhenti, meskipun melihat Belle senang, tapi menaiki kuda secepat itu untuk yang pertama kali bisa beresiko, dan Vantae tidak mau Belle kenapa-kenapa.

"Wah, kalau aku hamil dan naik kuda, pasti anakku sudah keluar ditengah jalan" gumam Belle.

"Lagipula ibu hamil bodoh mana yang akan menaiki kuda" balas Vantae mengusak rambut Belle.

"Tapi kan aku hanya membayangkannya Van. Kalau nyata pasti mengerikan ya" seru Belle polos.

Vantae kembali menyuruh Felix berjalan pelan menyusuri bibir pantai. Ia tidak menyangka akan menikah dengan gadis polos seperti istrinya ini. "Lalu, hal penting apa yang mau kau bicarakan denganku?" Tanya Vantae.

Belle mendongak menatap Vantae yang menunduk melihatnya. Keduanya terkekeh pelan karena tingkah konyol Belle, "Nanti saja saat di hotel" balasnya.

Belle dan Vantae menikmati waktu berkuda mereka hingga panas matahari tepat berada diatas kepala. Vantae menyuruh pemilik kuda untuk memfotonya bersama Belle dan Felix. Tentu saja Belle senang, ditambah hasil yang cukup bagus dan memuaskan. Bahkan Vantae terkekeh pelan ketika dengan antusiasnya Belle memuji agar orang itu mencoba jadi fotografer daripada penjaga kuda.

Vantae menggendong Belle dipunggung nya ketika gadis itu mengeluh lelah. Ia membawa Belle menuju restoran dekat hotel mereka karena jam menunjukkan pukul 2 siang. "Aku mau burger Van" gumam Belle dipunggung Vantae. Pemuda itu terkekeh dan menurunkan sang istri menyuruhnya duduk sedangkan ia memesan.

Tak butuh waktu lama hingga Vantae kembali duduk bersama istrinya yang tengah meletakkan kepala diatas meja. "Kita akan kembali ke hotel setelah makan. Kau terlihat lelah" balas Vantae. Belle hanya mengangguk setuju membuat Vantae tak tahan dan membelai lembut kepalanya.

Pesanan datang ketika Belle tengah ketiduran, ia akui pelayanan di restoran itu cukup lama hanya untuk memesan 2 burger dan 2 cola. "Sayang, ayo makan" seru Vantae. Ia memotong burger menjadi 4 bagian agar istrinya itu tak terlalu kesulitan memakan burger dengan tinggi 15cm itu.

Belle terbangun dan melihat makanan didepannya yang terlihat menggoda. Bahkan Vantae memberikan burger yang sudah dipotong. Ia mengambil 1 bagian dan memakannya. "waaah Van luar biasa" serunya dengan binar mata yang berkaca-kaca karena mengagumi rasa dilidahnya.

"Sudah cepat makan, kemudian tidur siang" balas Vantae. Ia memakan burgernya dengan cara yang sama seperti Belle. Vantae bahkan merasa dirinya juga tidak akan mampu memakan burger yang tingginya hampir 15cm.

Vantae memakan burgernya sembari melihat layar handphone yang selalu saja berdering. Seolah tak mengerti akan kebahagiaan, Rayan terus saja memberikan kabar mengenai perusahaan membuatnya bosan. Namun ia sedikit terkejut ketika cahaya lampu kamera mengenai matanya.

"Jangan cemberut Van, kenapa?" Tanya Belle.
Dilihatnya burger sang istri sudah habis. Gadis itu membawa kamera dan selalu memfotonya membuat ia gemas. "Kak Rayan menggangguku dengan cara mengirim pesan mengenai perusahaan" keluhnya.

"Biarkan saja, tak usah dipikirkan. Cepat habiskan burger mu, aku mengantuk" cemberut Belle.

Vantae menurut dan segera menghabiskan makanannya. Selesai menikmati burger, Ia berdiri dan menggendong Belle yang jelas sangat mengantuk. Terlihat dari mata yang setengah terbuka ketika berbicara dan melihatnya. Vantae bernyanyi ketika istrinya itu bersandar di punggung. "Suaramu bagus Van, kenapa tidak masuk agensi kakakku saja?" Tanya Belle.

"Kalau aku jadi artis, semua gadis akan menyukaiku" balas Vantae terkekeh. Didalam lift yang bergerak naik, terasa berat punggungnya semakin bertambah. Hal itu menjadi tanda bahwa Belle kini tertidur sangat pulas. Ia tersenyum kala mengingat ucapan Belle yang memuji dieinya benerapa waktu lalu bahwa dadanya merupakan bantal ternyaman untuk istrinya tidur, sedangkan bahunya adalah tempat bersandar paling sempurna yang ada di dunia.

Ia membuka pintu lift dengan 1 tangannya. Memilih menidurkan gadis itu dikasur empuk mereka setelah membuka pintu kamar. Presidential suite room mewah dengan jendela yang menghadap ke laut itu membuat Belle senang karena bisa melihat pemandangan yang indah dari atas.

Vantae melepas pakaiannya dan memilih mandi karena merasa gerah. Ia menghidupkan shower dan berdiri sembari mengusak rambut gemas karena sudah mulai panjang. Asyik menikmati tetesan air yang mengenai tubuhnya, ia sedikit syok kala sang istri masuk hanya dengan handuk yang melilit tubuhnya. Terlihat jelas wajah istrinya itu masih mengantuk dan belum sepenuhnya bangun. Ia menyingkir dari guyuran air shower dan membiarkan Belle dengan mata tertutup melepas handuk didepannya.

Belle yang sebelumnya tidur merasa kesal karena rasa lengket ditubuhnya, hal itulah yang membuat ia memilih mandi. Ia meraba-raba shower dan baru sadar jika shower itu sudah menyala sedari tadi. Vantae yang masih bingung sedikit aneh melihat sang istri yang masih belum sadar dengan kehadirannya, tidak mungkin gadis itu menderita sleep walking kan. "Aaah segarnya" seru Belle kala merasakan dingin air menyentuh tubuhnya.

"Segar?" Tanya Vantae.

Belle terlonjak kaget dan menoleh cepat ketika suara suaminya itu menginterupsi. "Kau disini sejak kapan Van?" Tanya Belle.

"Sejak tadi, dan kau tiba-tiba masuk seenaknya kemari" ketus Vantae. "Mengganggu acara mandiku saja" lanjutnya mendorong Belle untuk menyingkir dari guyuran shower.

"Kupikir kau keluar membeli sesuatu" balas Belle. "Lagi pula apa yang mengganggumu!? Seperti tidak pernah mandi bersama saja" ketusnya.

Vantae membiarkan Belle mandi didepannya, ia bahkan tak sadar jika tubuh molek istrinya itu telah membangunkan adik kecilnya dibawah sana. Belle terkikik geli melihat Vantae yang menatapnya intens, Vantae bahkan tidak berkedip sama sekali. "Van! Apa yang kau lihat sampai adikmu bersemangat sekali"

---To Be Continued---

Memories [REVISI END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang