22. Twenty-two

163 22 0
                                    

Christian menoleh kearah Belle sembari mengangguk. "Aku kenal, sangat mengenalnya" balas Christian menarik perhatian Vantae.

"Bisa ceritakan tentang dia?" Tanya Vantae.

Christian mengangguk mengiyakan. "Dia gadis yang aku cintai dulu. Lalu aku mengenalkannya padamu dan kau juga mencintainya. Kau mengejarnya dan terlihat serius dengannya, karena itu aku menyerah. Nellie selalu menolakmu selama 2 tahun, aku kagum melihatmu tidak menyerah sama sekali. Kemudian ketika kenaikan kelas 3, dia menerimamu karena kasihan. Tapi dia mengatakan padaku, perlakuanmu membuatnya nyaman dan membalas perasaanmu. Aku cukup galau saat itu tapi ini tentang Nellie, aku merelakannya. Lalu saat tahun baru, kami berkumpul di villa milikmu dan menyuruhmu datang bersama Nellie. Kalian mengalami kecelakaan, kau lupa ingatan dan Nellie, sampai sekarang aku tidak tau dia dimana dan keadaannya bagaimana. Tapi apapun yang terjadi, saat ini dia bahagia bersama orang yang tepat" jelas Christian.

"Apa maksudmu dia sudah menikah?" Tanya Vantae.

"Iya, dia mengatakan padaku dia menikah, melalui telepon kemudian kembali menghilang" balas Christian. Ia menatap Belle sembari tersenyum dan dibalas senyuman tulus oleh gadis itu.

"Baguslah kalau dia sudah menikah, aku tidak ada tanggungan dan tetap bisa bersama dengan istriku yang imut ini" balas Vantae mencubit pipi Belle.

"Sudah kubilang, Nellie sudah bahagia saat ini" seru Christian menatap Belle. "Aku akan kerja mengurus perusahaanmu, harusnya kau menambah gaji ku" sahut Christian. Pemuda itu memilih keluar dari ruangan Belle sekaligus membukakan pintu untuk bibi Han yang baru saja datang.

"Belle, ini makanan untukmu. Bagus dimakan setelah operasi dan ibu hamil" jelas Bibi Han singkat.

"Terimakasih bu"

Vantae memilih menyuapi Belle, tak lupa Bibi Han membawakan baju ganti untuknya. Vantae terkekeh kala Bibi Han mengomeli dirinya terus menerus. Seperti menyuruh untuk ganti baju lebih dulu, atau setidaknya membasuh muka karena wajahnya yang berantakan. Wanita ini sudah seperti ibu bagi Vantae. Bibi Han sudah merawatnya sejak kecil, menggantikan sosok sang Ibu yang selalu sibuk dengan perkumpulan sosialitanya.

"Ibu, dirumah sakit itu memang membosankan ya?" Tanya Vantae.

"Anda pikir bagaimana? Saya saat menunggu anda kecelakaan dulu juga bosan" balas Bibi Han.

"Apa kabar kau yang koma selama hampir setengah tahun itu?" Tanya Vantae.

"Aku dirawat dirumah Van, saat itu tubuhku membaik tapi aku masih koma, kak Arash menyuruh dokter untuk merawatku di rumah saja" balas Belle.

"Ah begitu, kau mau dirawat dirumah?" Tanya Vantae.

"Aku kasihan pada dokternya" balas Belle. Masih dengan memakan bubur yang disuapi oleh Vantae.

"Dasar aneh, itu kan pekerjaan mereka" balas Vantae santai.

Pemuda itu keluar dari ruangan guna berbicara dengan resepsionis dan memilih untuk memulangkan Belle. Bahkan gadis itu menggelengkan kepalanya heran ketika sang suami memilih untuk merawatnya dirumah saja.

❃.✮:▹I Know Its You◃:✮.❃

"Bagaimana keadaanmu? Merasa baikan?" Tanya Vantae. Sudah satu bulan lamanya Belle berada dirumah tanpa Vantae memperbolehkannya keluar.

"Aku bosan Van, operasi ku sudah sembuh. Peach ingin jalan-jalan" serunya mengelus perut yang baru menginjak usia 2 bulan.

Jujur Vantae cukup was-was jika dia akan memisahkan Belle, mengingat kini adalah awal bulan kelima pernikahan mereka. Pemuda itu menatap perut istrinya yang masih datar dan tersenyum tipis. "Besok saja jalan-jalan, sekarang kau istirahat dulu" balas Vantae membelai kepala Belle.

"Huft, baiklah" balas Belle cemberut.

Keduanya tengah berada di halaman belakang dengan Belle yang tengah berendam didalam kolam. Jarvin selalu menyarankan kalau berenang baik untuk ibu hamil. Namun melihat Belle membuat Vantae ingin tertawa karena gadis itu hanya berendam dan bukannya berenang.

Belle terus saja berdiri di kolam sesekali melebarkan kakinya dan mengatakan dia hampir bisa melakukan split didalam air. Vantae yang tengah duduk sembari memainkan handphone miliknya itu terkekeh pelan melihat kelakuan sang istri.

"Honey, mau melakukannya didalam air?" Tanya Vantae.

"Apa-apaan kau itu? Aku sedang hamil. Bertahan 9 bulan tanpa jatah kau!" Ketus Belle berjalan ketengah kolam.

"Ayolah, trimester pertama justru akan membuatmu lebih nikmat mencapai klimaks" balas Vantae.

"Aku tidak mau, dan kau sebaiknya bermain solo saja!" Balas Belle.

Vantae mendecak kesal karena ditolak oleh istrinya. Bagaimana ia tidak nafsu kalau melihat istrinya yang memakai baju renang two-piece. "Aku sedang tidak mood untuk melakukan hal itu Van" balas Belle. Ia mengangguk saja mengiyakan ucapan Belle karena masih kesal dengan penolakan sang istri.

"Apa kau masih berhubungan dengan Aleah?" Tanya Belle. Gadis itu berada didepannya dan melipat tangan di pinggiran kolam.

"Tidak, aku rasa dia juga sudah melupakanku. Dia memiliki kekasih lain" balas Vantae.

"Yeah, kekasih sementara" Ketus Belle.

Vantae menatap istrinya tak suka, "kau ini kenapa?" Tanya nya.

"Hanya saja kita tak membahas Aleah akhir-akhir ini. Bukankah kau akan menikahinya setelah menceraikan diriku?" Tanya Belle.

"Ya mungkin, dia memintaku menikahinya 2 minggu setelah kita berpisah" balas Vantae malas.

"Aku akan datang. Dan lagi kandunganku pasti sudah membesar saat itu" balas Belle tersenyum senang.

"Dan aku heran kau senang berpisah denganku? Senang kalau aku menikah dengan Aleah?" Kesal Vantae.

"Aniya, aku tidak menyukainya. Maksudku, kalau kehamilanku makin besar, kau makin memperhatikanku. Bukan begitu? Lagipula kau sudah janji akan selalu memperhatikanku dan anak kita meski sudah menikah" santai Belle.

"Kalau begitu kenapa tidak kujadikan saja Aleah istri kedua?" Tanya Vantae kesal dengan pikiran istrinya.

"Tidak, dia akan menganggapku buruk kalau begitu. Lagipula kau masih punya alasan menemui Peach pada Aleah. Dia tidak akan bisa menolak" balas Belle.

"Daripada Aleah, lebih baik aku mencari sosok Nellie yang terkadang datang kedalam mimpiku" ketus Vantae.

Mendengar jawaban Vantae membuat Belle diam. "Apa saja yang kau impikan tentang Nellie?" Tanyanya.

"Aku seolah melihat masa laluku. Aku seperti berada didalam kotak kaca dan melihat diriku sendiri dengan gadis bernama Nellie. Aku bisa melihat semuanya dengan jelas, hanya saja wajah gadis itu buram atau tertutupi oleh punggungku"

"Kalau begitu menurutmu dia cantik tidak?" Tanya Belle sembari menahan senyumnya.

"Kalau aku mencintainya berarti dia cantik" balas Vantae santai.

Belle memutar bola matanya malas mendengar jawaban Vantae. "Iya, aku juga setuju kalau kau dengan Nellie daripada Aleah" serunya.

"Kau setuju? Apa istimewanya Nellie?" Tanya Vantae syok.

"Apa ya? Selain dia sahabat Christian, dia sempat menjadi kekasihmu dan tulus mencintaimu. Hanya itu" jelasnya singkat.

"Kalau begitu aku akan mencari Nellie"

"Kau tak akan menemukannya bodoh, Christian bilang dia sudah menikah dan akan mempunyai anak" ketus Belle.

Vantae terkekeh melihat reaksi istrinya dan memilih turun mendekati sang istri. "Aku hanya mencintaimu, dulu, sekarang, dan selamanya" ucapnya mengecup kening Belle.

"Benar. Dulu, sekarang, dan seterusnya." Belle membalas kecupan Vantae tepat di bibir.

Keduanya terkekeh bersama. Vantae menyuruh istrinya untuk membersihkan diri dan tidur siang. Selama Belle hamil, pemuda itu cukup overprotektif pada sang istri. Makan tepat waktu dengan menu sehat dan baik bagi ibu hamil, istirahat yang cukup dan teratur, tidak boleh terlalu lelah. Bahkan terkadang Belle, Bibi Han, dan juga Paman Lee bosan mendengar omelan Vantae.

---To Be Continued---

Memories [REVISI END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang