10. Tenth

242 30 3
                                    

Pulang dari rumah sakit tempat dokter Jarvin bekerja membuat Belle merasa lelah. Ia memilih berjalan menuju kamar tidur dan tidak memperdulikan keberadaan Vantae yang menghilang. Masih kesal dengan apa yang dilihatnya pagi tadi, Belle ingin mengamuk saja ketika melihat wajah Vantae. Meskipun tidak peduli, ia yakin Vantae akan kembali pulang, tidak mungkin pemuda kaya itu tidur dijalanan.

Merasa gerah, Belle memilih menuju kamar mandi, hanya untuk membasuh tubuhnya. Keluar dari sana ia memakai piyama biru satin sebelum mengambil gitar dan memilih keluar dari kamarnya menuju ke taman belakang. Vantae benar, halaman belakang rumah sudah seperti wilayah pribadi baginya. Ayunan berbentuk sarang burung yang berisi banyak bantal menarik perhatiannya. Belle sudah 4 bulan tinggal dirumah itu dan belum pernah mencoba ayunan yang sering ditiduri Vantae ketika menemaninya. Ia seringkali hanya melihat daripada menempatinya, mengingat kepala yang mudah sekali pusing membuatnya tidak nyaman. Tapi semakin dilihat, ayunan satu itu nampak sangat nyaman jika ditempati, ia rasa tidak buruk juga memainkan gitar di ayunan penuh bantal, pikirnya.

Vantae yang baru saja pulang dari suatu tempat itu melihat Belle yang berada di taman belakang sembari tersenyum tipis. Ia mendekat, mendengarkan nyanyian Belle yang sering membuat kantuknya datang. Suara Belle itu menenangkan, ia suka. Hingga nyanyian gadis itu selesai, Vantae berjalan mendekat dan duduk di ujung ayunan.

"Kenapa kau kesini?" Ketus Belle melihat kedatangan sang suami.

"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat besok. Kau bisa kan?" Tanya Vantae dengan senyum tipisnya. Gumaman pelan yang ia dapat dari Belle membuat senyum Vantae semakin lebar. Dengan begini, rencana permintaan maafnya akan berjalan dengan lancar. "Aku akan mempersiapkan pakaianmu" lanjut Vantae.

Pemuda itu berlari menuju kamar dan mencari baju yang cocok untuk dresscode kegiatan mereka esok hari. Tak butuh waktu lama untuk memilah baju, terimakasih pada Arash yang sering membelikan Belle baju sederhana yang begitu elegan. Vantae memilih short dress biru muda dan sandal sederhana dengan hak 2cm. Membayangkan Belle memakai pakaian yang ia pilih, Vantae senang karena didalam otaknya Belle nampak sempurna.

Setelah menatap kepergian Vantae, Belle hanya menaikkan bahunya tak peduli. Yang ada dipikirannya hanyalah Vantae yang mencium Aleah. "Percuma aku pura-pura lumpuh kemarin" Kesalnya. Belle memilih masuk kedalam rumah, menuju dapur dimana sudah ada bibi Han disana. Ia menyuruh wanita paruh baya itu menyingkir, membiarkan dirinya sendiri yang memasak untuk makan malam. Masih dendam dengan kelakuan Vantae, Belle tersenyum jahat ketika bubuk cabai yang ia tuangkan kedalam masakan bertaburan hingga menghasiokan warna merah yang cukup pekat.

"Belle, Vantae tidak bisa makan makanan pedas, kau tahu itu" Seru bibi Han menatap horor masakan Arabelle.

"Aku tahu bi, ini hukuman karena mencium wanita lain dihadapan istrinya sendiri" Balas Belle singkat.

Bibi Han hanya menggelengkan kepalanya, merasa kasihan dengan nasib Vantae yang harus memakan masakan sang istri yang nampak begitu pedas. Tapi bagaimanapun juga, beliau pun agak kesal dengan tuan muda yang masih saja bingung akan perasaannya.

Di dalam kamar, Vantae yang barusaja selesai menelfon Aleah untuk tidak menemuinya lagi sampai ia berpisah dengan Belle, merasa sedikit lega. Entah kenapa rasanya ia sangat marah ketika Aleah datang dan melanggar perjanjian mereka. Mereka sudah putus, Vantae bahkan hampir tidak peduli lagi dengan mantan kekasihnya itu. Dan anehnya, ia masih bingung dengan perasaannya.

Harum makanan yang baru masak memenuhi indra penciuman ketika Vantae barusaja keluar dari kamar. Ia berjalan menuju dapur, melihat beberapa makanan yang tengah ditata diatas meja oleh Belle. Vantae berjalan mendekati sang istri dan memeluknya dari belakang, tak lupa ia menyandarkan kepalanya di bahu sang istri. Wangi sabun yang melekat di tubuh Belle itu harum dan memikat. Tapi bukan itu tujuannya saat ini. "Sungguh maafkan aku, aku tidak tau dia akan datang, aku sudah mengatakan padanya kalau jangan menemuiku dulu" gumam Vantae lesu. Gadis didepannya hanya diam sembari melanjutkan acara mari menata makanan diatas meja.

Memories [REVISI END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang