01. First

376 44 1
                                    

Belle tengah duduk didepan meja rias saat ini, sembari menunggu acara pernikahan dimulai, ia kembali melihat penampilannya dipantulan cermin. Melihat Arash yang tengah mengusak rambutnya sendiri setelah ditata rapi oleh para stylish, Belle terkekeh pelan. Percuma saja mendandani Arash jika berakhir pemuda itu sendiri yang mengatur gaya rambutnya. "Ini lebih cocok denganku" gumam Arash bercermin dengan gaya tampannya. Belle tertawa, terkadang sang kakak bisa bersikap imut tanpa disadari oleh dirinya sendiri.

"Kakak, setidaknya tersenyumlah saat mengantarku ke altar" seru Belle tersenyum manis melihat Arash.

Dengan bola mata yang memutar malas, Arash kembali menatap Belle sinis. "Untuk apa aku bahagia di momen ketika kau akan pergi dariku?" Ucapnya.

"Aku mohon." Belle membalas, tak lupa bola mata memohon yang jelas tak bisa ditolak oleh Arash.

Mau tidak mau Arash hanya mengangguk saja, mengiyakan keinginan si adik kesayangan. Faktanya semenjak kedua orang tua mereka meninggal, Arash sangat menjaga dan melindungi sosok sang adik. Overprotektif, posesif, bahkan sadis adalah paduan sifat yang cocok untuknya jika sudah menyangkut tentang Arabelle. Arash selalu memasak makanan sehat, memberikan perhatian besar, bahkan menyediakan beberapa orang untuk memperhatikan Belle jika ia sibuk bekerja. Kasih sayang Arash terhadap gadis yang lebih muda sungguh luar biasa besar.

Keduanya hanya diam sembari saling memuji hingga seseorang datang dan menyuruh mereka untuk bersiap. Belle yang tengah duduk di kursi roda itupun didorong oleh Arash menuju ke altar. Dengan usaha yang cukup keras, Belle mencoba mengabaikan detak jantungnya yang semakin cepat setiap selangkah Arash berjalan. Pintu yang terbuka menunjukkan para tamu dari kalangan atas tengah menatapnya kasihan, sesekali berbisik mengenai perbedaan dirinya dengan sosok lelaki yang berdiri menunggu didepan sana. Belle tersenyum tipis, menepis rasa malu juga kecewa ketika ia sudah berada didepan Gavriel Ervanthe.

Arash yang tadinya mendorong kursi roda itupun beralih membantu sang adik untuk bangun dari duduknya dan berdiri didepan mempelai pria. Terlihat jelas pemuda tampan itu sedikit terkejut saat melihat Belle berdiri di depannya meskipun harus dengan bantuan. Vantae ingat jelas jika gadis yang akan menjadi istrinya ini tengah menjalani proses penyembuhan kaki dan bukannya berdiri apalagi berjalan.

"Jaga dia atau ku bunuh kau berkali-kali" Bisik Arash pada Vantae. Wali dari Belle memilih undur diri setelah Belle berhasil bertumpu pada Vantae, berjalan menuju tempat duduk di kursi yang sudah disediakan untuk keluarga mempelai wanita.

Pendeta membacakan kalimat sakral tanpa melihat Belle yang tengah menahan keseimbangan di kakinya. Dimana semua orang fokus melihat penampilan Vantae, Belle hampir terjatuh jika saja pemuda tampan itu tidak menarik dan memeluk pinggangnya cepat. Semua orang nampak terkejut tak terkecuali Arash yang sudah berdiri dari duduknya. Namun melihat reflek dari Vantae membuatnya sedikit tenang. Jujur saja, saat ini Arash tengah mengumpati sang adik didalam hati karena tak menuruti ucapannya.

Vantae yang kini dalam posisi memeluk pinggang Belle hanya mendengus, merutuki kebodohan calon istrinya yang terlalu memaksakan diri sendiri hingga hampir terjatuh seperti tadi. "Jika kau tidak mampu untuk berdiri maka duduklah!" Geram Vantae berbisik. Bukan karena malu, pasalnya dengan memaksakan diri begini membuat penyembuhan Arabelle semakin lama, dan hal itu akan membuatnya lebih repot lagi setelah menikah.

Posisi Vantae dan Belle bertahan seperti itu hingga pendeta mempersilahkan Vantae untuk mencium istrinya. Mendapat kecupan di kening dan bukannya ciuman di bibir hanya bisa membuat Belle tersenyum tipis menahan rasa kecewa. Berakhir Vantae yang menggendong Belle untuk kembali duduk di kursi rodanya.

Pesta pernikahan mereka berlangsung meriah, bahkan kekasih Vantae pun datang dan memberikan selamat serta senyum palsu. Belle jelas sadar jika gadis itu pasti sangat membencinya. Tak ingin membuat suasana lebih canggung lagi, Ia membiarkan Aleah dan Vantae untuk berdua meninggalkan dirinya sendirian sembari meminum wine yang diberikan pelayan. Di sisi lain, sang kakak kini tengah berkumpul dengan teman-teman bisnisnya, membahas topik yang membuatnya tidak tertarik untuk bergabung sama sekali. Belle hanya duduk memperhatikan sekitarnya, melihat wajah bahagia juga lirikan orang padanya. Hingga satu sosok berhenti didepannya, Belle mendongak melihat Christian Dirgantara yang tengah tersenyum manis untuknya.

Memories [REVISI END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang