Epilog

65.9K 2.3K 53
                                    

'BERI TANDA PADA TYPO DAN SALAH PENGGUNAAN KATA'

HAPPY READING 🕳️



Malam ini turun hujan yang tidak terlalu lebat, udara yang dingin membuat orang-orang lebih memilih menyembunyikan tubuh mereka di dalam selimut yang hangat.

Seperti keluarga kecil Aldrick yang tampak duduk di sebuah sofa besar yang ada di ruangan keluarga. Mereka duduk dengan Aldo dan Aleta berada di tengah-tengah Aldrick dan Melya, dengan tubuh yang di tutupi oleh selimut berwarna merah gelap dengan masing-masing secangkir teh hangat buatan Melya, tak lupa dua buah wadah yang berisi camilan yang juga dibuat oleh wanita hamil itu.

Karena udara yang dingin itu mereka memutuskan untuk berkumpul sambil menonton film yang berjudul "Keluarga Cemara".

Aleta memilih bersandar ke bahu Aldrick dengan pandangan yang terus fokus ke arah Televisi.

"Mommy emang kenapa kalau ada bendera Jepang di roknya?" tanya Aldo sambil menunjuk layar Televisi yang menampilkan suasana di ruangan kelas yang terlihat menertawakan seorang siswi yang sedang menulis di papan tulis

"Mungkin teman-temannya merasa lucu" jawab Melya sambil melirik Aldi sekilas

"Tapi Aldo tidak merasa ingin tertawa" ucapnya sambil mengerutkan dahinya

"Emang kenapa roknya bisa merah begitu mommy?" Kali ini Aleta yang bertanya sambil menegakkan tubuhnya

Aldrick dan Melya saling pandang karena tak tahu mau menjawab apa.

"Mungkin di bangkunya ada cat merah yang tumpah saat mereka melakukan kelas seni" jawab Aldrick sambil mengelus kepala Aleta. Aldo dan Aleta mengangguk mengerti

Mendengar jawaban Aldrick, Melya langsung tersenyum geli sambil menggelengkan kepalanya.

Setelah film yang mereka tonton ending, Aldo dan Aleta masuk ke kamar mereka masing-masing. Meninggalkan Aldrick dan Melya yang duduk semakin rapat satu sama lain.

Bulan telah berganti bulan, kini usia kandungan Melya sudah memasuki usia yang ke sembilan bulan. Dokter memprediksi kalau Melya akan melahirkan sekitar tiga hari lagi.

Melya yang dulunya memiliki tubuh yang tidak terlalu gemuk saat ini sudah semakin membengkak, terutama di bagian pipi dan bokongnya. Hal itu membuat Aldrick sering mencubit pipi Melya karena merasa gemas.

Bukan bokong.

"Kamu belum mengantuk?" tanya Aldrick sambil mengelus kepala Melya yang bersandar di dadanya. Aldrick mengangguk mengerti karena merasakan bahwa Melya menggeleng

*"*"*"*

Pagi yang cerah di sambut dengan embun pagi yang terlihat lebih tebal dari hari biasanya. Daun-daun meneteskan air sisa hujan dan embun di pagi itu.

Di saat sang fajar saja masih belum menampakkan dirinya, wanita itu sudah keluar dari dalam selimut yang menghangatkan tubuhnya, meninggalkan sang suami yang masih tertidur pulas di balik hangatnya selimut.

Melya menyusuri taman belakang dengan sebuah baju hangat untuk melindungi tubuhnya dari serangan udara yang dingin di pagi itu. Dengan perut yang membuncit, wanita itu menikmati setiap tarikan dan hembusan nafas yang ia lakukan.

Melya mengelus perut buncitnya sambil tersenyum tipis, banyak rintangan yang sudah ia lalui, banyak suka duka yang ia alami membuat dirinya sadar bahwa hidup tidak akan selalu bahagia, dan hidup tak akan selamanya menyedihkan.

Bisa melalui suka duka yang terbilang tidak mudah itu membuat Melya merasa bersyukur dengan kebahagiaan yang kali ini ia dapatkan. Melihat orang lain yang lebih menyedihkan dari dirinya membuat Melya merasa bersyukur karena Tuhan tidak mengujinya diluar batas kemampuannya.

Vendetta [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang