bagian 21

69.5K 4.7K 535
                                    

Halo semuanya??????

Yeiyeee aku up

'BERI TANDA PADA TYPO DAN SALAH PENGGUNAAN KATA'

HAPPY READING♥
[♥]

Melya memandang pantulan dirinya pada cermin yang ada di toilet. Ya, Melya sedang berada di toiletkafe tempat ya bekerja.

Tanpa sadar tangannya bergerak kearah perutnya yang masih rata, yang katanya sudah diisi oleh sebuah kehidupan.

Setetes cairan bening menetes dari pelupuk mata Melya, namun cairan itu tak kunjung ia hapus dia membiarkan cairan itu terus-menerus menetes bergantian membasahi pipinya.

Bayangan di mana dia kehilangan segalanya dan menimbulkan dua garis merah pada benda itu kembali terlintas di pikirannya, hal itu membuatnya sangat tertekan.

"Kenapa? Hiks...hiks...." Akhirnya isakan lolos dari mulut Melya, tangannya kemudian bergerak menghapus cairan yang membasahi pipinya.

"Kenapa harus aku Tuhan? Bukankah aku selalu melakukan hal yang sesuai dengan perintah-Mu?hiks..." Melya memukul-mukul perutnya.

Sungguh, dia tak menginginkan makhluk itu tumbuh di perutnya. Tidak! Dia tak menginginkan makhluk itu tumbuh.

"Hiks...hiks..." Melya terus memukuli perut ratanya sambil menggeleng kuat.

"Kak!" Teriak seseorang dan langsung menghentikan aksi Melya.
"Kakak gak boleh melakukan itu" ucap orang itu sambil mendekap Melya yang sedang lemah.

"Kita pulang aja ya kak, biar aku permisiin kakak" ujar orang itu yang tak lain adalah Agnes.

Agnes yang baru saja sampai di Kafe langsung bertanya pada karyawan dia sana dimana keberadaan Melya. Saat dia telah mendapatkan jawabannya, dia langsung menuju toilet sesuai dengan informasi yang ia dapat.

Melya hanya mengangguk, dia memang sudah merasa tidak enak badan apalagi ditambah dengan beban pikirannya yang begitu banyak.

"Ayok kak" ajak Agnes saat dia telah meminta Ijin Melya untuk pulang.

Mereka menaiki angkot karena mengingat keadaan Melya yang tidak cukup baik dan kuat untuk berjalan, walaupun tidak terlalu jauh tapi jika dengan keadaan yang demikian itu akan membuang waktu dan memperkeruh keadaan.

"Makasih Pak" ujar Agnes saat Diateh menerima kembalian uangnya.

Mereka berjalan menuju kosan dengan Agnes yang menggenggam lengan Melya, tak ada perbincangan saat mereka menempuh perjalanan. Agnes yang fokus pada jalan dan Melya yang bagaiakn mayak berjalan.

"Kakak ga boleh lakukan itu" ujar Agnes saat mereka telah sampai di dalam kos Melya.

Tak ada jawaban!

Melya hanya menunduk sambil menatap keramik putih yang ada di bawah mereka.

Agnes memang telah mengetahui semuanya, semuanya tentang Melya karena Mya telah menceritakan semua yang Melya alamai pada Agnes sehabis mereka kembali ke kamar kos Melya kemarin.

"Kak, anak itu gak salah kak. Kakak akan berdosa kalau kakak melakukan itu" lanjut Agnes yang kali ini mengambil posisi duduk tepat di samping Melya.

"Tapi aku takut Nes" jawab Melya dengan suara parau dan sambil menunduk.

"Apa yang kakak takutkan?" Tanya Agnes bingung.
"Aku takut tidak bisa membesarkan anak ini, aku takut saat dia tumbuh orang-orang akan membencinya, aku takut di–"

"Shut!" Kalimat Melya belum selesai namun Agnes langsung mengehntikn ucapan Melya dengan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Melya.

"Kakak takut orang-orang akan menjauhi kakak?" Tanya Agnes dan Melya mengangguk lemah.
"Karena aku belum menikah, pasti orang akan menganggap aku pelacur dan sebagianya padahal aku...." Melya tak mampu melanjutkan kalimatnya, cairan itu kembali menetes membasahi pipinya.

Vendetta [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang